Part 15. Falling

8 4 0
                                    

Part 15. Falling

Hana memandang langit yang berwarna gelap, tanda sebentar lagi akan turun hujan atau bisa jadi hanya mendung biasa. Hana menghembuskan nafasnya sebentar sebelum akhirnya melanjutkan langkahnya untuk ke minimarket. Sudah seminggu sejak kejadian itu dan Hana belum sama sekali bertemu dengan Cakara. Bukan Cakara yang tidak berusaha menemui nya tapi dia yang selama ini berusaha menghindar.

Hana tau perbuatan nya malah membuat keadaan semakin memburuk, Hana tau perbuatan nya ini tidak dewasa dan pengecut. Namun setiap kali Hana memikirkan nya, ia masih merasa sulit untuk bertemu dengan Cakara. Hana butuh waktu yang dia sendiri tidak tahu kapan. Hari ini, setelah Hana memikirkan semua nya kembali mencoba memahami masalah dari sudut pandang yang berbeda. Hana memutuskan untuk bertemu dengan Cakara besok. 

" Selamat datang selamat berbelanja,"

Hana tersenyum membalas sapaan pegawai minimarket yang senantiasa tersenyum menyambut pelanggan. Dia langsung melangkahkan kakinya ke arah rak tempat mie kesukaan nya berada. Ya terkadang Hana memang senang berjalan sendiri saat sedang memikirkan sesuatu. Dia merasa dengan berjalan seperti ini membuat fikiran nya jauh lebih jernih untuk berfikir. Udara semakin dingin saat Hana baru keluar dari minimarket membuat Hana semakin merapatkan jaket nya.

Niat nya ingin ke taman, ia urungkan bukan karena udara semakin dingin tetapi karena bundanya sudah mewanti-wanti nya agar tidak mampir kemanapun. Bunda khawatir tentu saja, apalagi sekarang marak sekali kasus-kasus pelecehan terhadap perempuan. Miris sekali.

Hana tersentak saat tiba-tiba ada yang memegang tangannya. Baru saja dia akan berteriak namun ia urungkan saat melihat siapa yang ada di depannya saat ini.

" Rania Lo bikin kaget tau gak, untung kagak gue teriakin maling," ucap Hana kesal

Rania mah santai-santai saja karena niat awalnya bukan untuk membuat kaget Hana, Hana nya saja yang kagetan.

" Gue gak niat ngagetin padahal, Lo nya aja kali lagi ngelamun. Kebiasaan emang," jawab Rania.

" Lo nongol dari mana sih kok dari tadi gak keliatan. " Hana menghentikan ucapannya dan melihat Rania sebentar. " Lagian ini ngapa masih pake seragam, baru pulang ya Lo." Lanjut Hana.

Rania hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

" Udah ah yuk balik dah malem juga, " ucap Rania sambil menarik tangan Hana. Yang di tarik pun pasrah saja.

****

Sekarang Hana sedang duduk di taman biasa ia dan Cakara bertemu. Dia sudah mengirimkan pesan jika dirinya ingin bertemu dengan Cakara. Dan di balas dengan kalimat tunggu oleh Cakara.

Hana memandangi anak-anak yang sedang bermain dengan keluarganya. Senang sekali melihat nya, seperti ada kebahagiaan tersendiri saat melihat orang lain tertawa. Tanpa sadar ia pun ikut tertawa.

" Apa ada yang lucu sampai tertawa seperti itu? " Ucap Cakara yang sudah berada di samping Hana.

Seketika tawa Hana terhenti begitu saja tanpa di komando. Ia memandang Cakara yang sudah duduk manis di samping nya. Baru satu Minggu tapi rasanya ia sudah lama sekali ia tidak memandang wajah di sampingnya.

" Mau terus memandangi wajah ku atau menjawab pertanyaan ku. Saya pikir sudah ada banyak pertanyaan yang muncul di kepala kamu sekarang, " ucap Cakara sambil menolehkan wajahnya nya memandang Hana.

Di tatap seperti itu pun Hana buru buru memalingkan wajahnya yang akan memerah. Lemah sekali fikirnya. Baru di pandang saja sudah baper lagi.

" Disini bukan aku yang harus berbicara tapi kamu, aku udah kasih kamu waktu untuk menjelaskan semuanya sekarang," ucap Hana.

" Kalo aku yang tanya duluan, mungkin bakal kemana mana pertanyaan ku. Karena memang terlalu banyak. Sudah menumpuk sedari lama di otak ku,"

" Bisa di bilang aku marah, tapi aku juga sudah tidak marah lagi. Tapi tetap penjelasan kamu itu wajib, aku harus denger itu semua dari kamu kak. Aku tau aku disini juga salah memilih menghindar dari kakak yang sudah berusaha ngasih penjelasan. Jadi disini aku juga mau minta maaf sama kamu dan sekarang aku siap buat denger semua nya dari kamu, " lanjut Hana

Melihat tak ada respon dari orang di sampingnya, Hana pun berinisiatif untuk memandang Cakara dan tanpa ia duga Hana melihat Cakara sedang tersenyum sambil terus memandang nya. Senyum terlama yang pernah Hana lihat pada diri Cakara.

Tangan Cakara terulur untuk menggenggam tangan tangan Hana tangan satunya lagi menyelipkan rambut Hana di balik daun telinga. Perlakuan kecil Cakara yang selalu Hana rindukan.

" Sebelum bertemu kamu, Yumi adalah orang pertama yang ada di hidup aku. Kita bertemu saat masih duduk di bangku SMA dia murid pindahan di kelas ku waktu itu dan ternyata dia tetangga baru di depan rumah saya. Dari situ interaksi kami semakin dekat, mama sangat senang saat melihat Yumi karena Yumi mengingatkan mama pada adik aku yang sudah tidak ada. " Cakara mengentikan ucapan nya untuk melihat reaksi apa yang di berikan oleh Hana.

Hana kaget tentu saja, Cakara belum pernah membicarakan apapun tentang keluarga nya. Yang ia tahu Cakara adalah anak tunggal.

" Papa dan adik ku meninggal karena kecelakaan tunggal saat kami baru saja pulang sekolah. Entah keberuntungan atau kesialan hanya aku yang selamat dari kecelakaan maut itu. Saya melihat sendiri bagaimana mobil meledak dan membuat mereka meninggal." Hana menggenggam tangan Cakara mencoba untuk menyalurkan energi nya.

" Mama sangat terpukul bahkan mama pernah masuk rumah sakit jiwa saat itu. Dan saat melihat Yumi kesehatan mama mulai membaik, ia sedikit demi sedikit mulai melakukan kegiatannya kembali. Pertunangan itu pun usul dari mama. Dulu saya fikir harus membalas budi pada Yumi karena telah mengembalikan senyum mama. Saya fikir juga telah mencintai nya tapi ternyata itu semua atas dasar balas Budi.

" Kami sepakat untuk membatalkan pertunangan saat Yumi tau bahwa saya selama ini tidak mencintai nya. Anggap saja saya jahat memang kenyataannya seperti itu. Saat lulus, Yumi memutuskan untuk kembali ke kota asalnya, di Bandung. Dan saya baru mengetahui jika dia baru saja pindah kembali. Dan saat di rumah sakit waktu itu memang saya yang sakit. Saya sakit parah Hana itu faktanya. Saya ingin memberitahu mu itu semua nanti tapi kamu sendiri sudah mengetahui nya. Yumi tahu soal penyakit saya karena dia yang menemani saya dulu dan itu tidak ada artinya lagi Hana. Percaya saya."

*****
Gak tau nih random banget isi kepala ku. Gak kerasa udah berbulan bulan gak update. Padahal cita cita pengen cepet nyelesain cerita ini.
Semoga kalian semua suka ya!! Kalo ada typo jangan lupa buat bilang oke!
Happy reading semua, love you all!!!

CakaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang