11

815 113 35
                                    






Itachi dan Kakashi telah kembali ke Istana pada malam hari dengan raut muka yang terlihat kesal. Kakashi membuntutinya di belakang dengan perasaan campur aduk.

"Yang Mulia, kurasa kita perlu berbicara." kata Kakashi berusaha menghentikan langkah kaki Itachi.

"Aku sedang tidak ingin membahas apapun!" Jawabnya ketus.

Pria dengan kedudukan paling tinggi di Kerajaan pun memasuki kamarnya dan langsung menutup pintunya dengan keras hingga membuat sang bawahan terkejut.

"Astaga! Kenapa dia jadi tidak bisa mengontrol emosinya." Kakashi menggerutu pelan.

Kakashi pun memilih kembali ke tempatnya.

Dari dalam terlihat Sang Raja tengah terkulai lemas sambil memegangi dadanya. Ia hampir kehilangan dirinya yang sekarang dan membiarkan sisi gelap darinya yang sejak dulu ia tahan mengambil alih.

Penolakan Hinata membuatnya merasa terhina. dengan kekuasaan yang ia miliki seharusnya menjadikan dirinya ditakuti dan di patuhi, tapi gadis itu malah bersikap di luar dugaan.

Itachi berjalan dengan tertatih menuju sebuah kotak besi yang terkuci, ia menyentuhnya secara perlahan. Sudah belasan tahun ia tidak menyentuhnya, semenjak ia di angkat menjadi Raja, kotak tersebut tidak pernah dibukanya lagi.

Lelaki tampan itu tersenyum miring, "Belum saatnya aku kembali." ucapnya pada dirinya sendiri.

Sementara itu Hinata tengah kebingungan, Itachi benar-benar membuatnya harus tinggal di paviliun besar ini dengan penjagaan yang super ketat. Dirinya masih tidak mengerti apa yang membuat sang Raja melakukan semua ini.

Tok tok tok

"Nona, saya datang untuk mengantar makanan." seseorang berseru di luar pintu kamarnya.

"Masuk!" Sahut Hinata agak keras

Seorang pelayan wanita masuk dengan membawa nampan berisikan makanan yang terlihat menggugah selera.

Wanita itu meletakannya diatas meja, ia kemudian memerhatikan Hinata yang masih saja dalam posisi memeluk lutut sedari tadi.

"Nona, makanlah. Yang Mulia pasti akan sangat marah besar jika mengetahui Nona tidak makan sedari tadi." Bujuk pelayan itu lembut.

"Aku tidak lapar, Nanao-san." Hinata merespon pelan.

Wanita cantik bernama Nanao itu hanya bisa menghela nafas pelan,"Kalau begitu, saya permisi." pamitnya.

Sepeninggal wanita berambut hitam itu, Hinata melirik sekilas makanan di atas meja yang bahkan masih mengepulkan uap panas pertanda makanan yang baru saja di buat.

Ia kembali menunduk sedih sambil memegangi perutnya yang sudah terasa lapar.

Tanpa sadar ia meneteskan air mata, dirinya kini tengah menyesal.

"Tobi, Tolong aku." Bisiknya dengan bercucuran air mata.

Andai saja Hinata menurut untuk tidak keluar dari kediaman senju tanpa izin dan pengawalan, mungkin saat ini ia tidak mengalami hal seperti sekarang.

**

"Bagaimana bisa dia menghilang?!" tanya Tobirama pada salah satu penjaga di kediamannya.

Lelaki paruh baya itu menunduk, ia sangat merasa takut akan kemarahan dari majikannya yang terkenal garang itu.

"Maafkan saya Tuan, Nona Hinata pergi tanpa memberitahu salah satu dari kami. dan sampai saat ini ia belum kembali." jelasnya dengan hati-hati.

Tobirama memicingkan matanya marah, "Kalian benar-benar ceroboh!" Bentaknya kemudian.

Selir : The Forbidden Love (Hinata Centric) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang