17

745 99 6
                                    




Yahiko berjalan dengan terburu-buru dan tujuannya adalah menemui Ino. Raut wajahnya masih menggambarkan keterkejutan juga rasa takut.

Keringatnya bahkan belum mengering secara sempurna, dan juga degup jantung yang belum terkendali.

Tobirama yang melihat tingkah laku orang itu sedikit mengernyitkan keningnya, lelaki itu jelas merasa penasaran akan sikap Yahiko yang terkesan aneh. Ia pun memutuskan untuk mengikuti orang itu secara sembunyi-sembunyi.

'Malam - malam begini ia mau kemana?' batin Tobirama penasaran.

Yahiko membuka pintu kamar Ino dengan paksa hingga menimbulkan bunyi yang membuat kaget sang selir agung itu.

Ino yang bahkan baru akan memulai menjelajahi mimpinya sontak terbangun, dan matanya terbelalak melihat Yahiko yang sudah berada di ambang pintu dalam keadaan terengah-engah.

"Kau gila? Apa yang kau lakukan di kamarku?" Bentaknya marah.

Yahiko segera menghampiri Ino, nafasnya masih memburu karena berlari sedari tadi.

"Ada masalah besar." Bisik lelaki itu penuh penekanan.

Ino memicing memicingkan matanya,"Ada apa? Bagaimana tugasmu? Kau sudah berhasil melenyapkannya?" Tanya wanita itu.

Yahiko menggeleng dengan cepat, "Yang Mulia raja, ia menggagalkan rencanaku." Jawabnya cepat.

Ino menatapnya tidak percaya, ia tidak menyangka bahwa Itachi akan menggagalkan rencananya seorang diri.

"Bagaimana bisa?!" Teriak wanita itu frustrasi.

"Siapa yang ingin kau lenyapkan?!"
Tobirama menyahut dari arah pintu masuk.

Ino dan Yahiko dibuat kaget dengan kedatangan Tobirama. apalagi lelaki dengan rambut jingga itu, ia tidak ingin kena pukul lagi gara-gara mencoba melenyapkan Hinata.

"Kenapa kalian diam? Siapa yang coba kalian lenyapkan?" Tanya Tobirama lagi dengan suara meninggi.

Ino berbalik memunggungi Tobirama, matanya terpejam erat dengan kedua tangan yang saling mengepal.
Jika sudah seperti ini situasinya bisa semakin memburuk.

Tobirama semakin dibuat kesal oleh keduanya, mereka tidak ada yang berniat menjawab pertanyaan darinya.

Ia kemudian meraih kerah baju Yahiko,dan menariknya,"Jawab aku sialan!" Bentaknya marah.

Yahiko berusaha melepaskan diri dari cengkeraman lelaki itu dalam keadaan masih bungkam.

"Lepaskan dia! Aku menyuruhnya untuk melenyapkan Hinata! Kau puas?!" Teriak Ino frustrasi sambil mengguncang tangan Tobirama untuk segera melepaskan Yahiko.

Lelaki itu terbelalak kaget, matanya mendelik kearah sang selir agung, membuat yang ditatapnya merasakan ketakutan.

Ia segera melepaskan Yahiko dan mendorong lelaki itu hingga jatuh tersungkur. Tanpa membuang waktu lagi ia segera pergi meninggalkan ruangan tersebut untuk memastikan keadaan sang pujaan hati.

Sementara itu Itachi membawa Hinata ke kamarnya, ia juga telah memerintahkan seorang tabib istana untuk merawat luka yang wanita itu dapatkan. Dirinya bahkan memperketat keamanan di sekitar pavilliun dengan menempatkan banyak sekali prajurit.

Kini Itachi tengah merenung seorang diri, istana kini sudah dihebohkan dengan berita penyerangan terhadap selir raja. Dirinya bahkan belum membersihkan diri demi menyingkirkan sisa-sisa darah bekas pertempuran.

Matanya lurus ke depan, di mana Hinata tengah terbaring dalam posisi membelakanginya dengan lilitan kain di bagian bekas sayatan pedang.

Itachi merasa menyesal karena tidak bisa menjaga wanita yang dicintainya juga merasa bersalah karena mengingkari janjinya terhadap mendiang sang ibunda.

Selir : The Forbidden Love (Hinata Centric) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang