2

1.2K 173 8
                                    


Seorang pria paruh baya duduk bersila dengan tegap menatap tajam pada sosok pria dewasa lainnya yang kini duduk dihadapannya.

"Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi, Tobirama. lakukan tugasmu secepatnya!" Perintah Yamanaka Inoichi pada panglima perang milik Konoha itu.

"Penobatan gelar putra mahkota sudah disahkan sejak satu bulan yang lalu, kurasa tidak mudah untuk membuat pangeran Sai naik ke tahta tersebut." Jelas Tobirama terdengar tenang.

Ino, Sang Selir kerajaan yang sedari tadi duduk di samping kiri ayahnya mendelik tidak suka pada Tobirama.

"Kau adalah yang terkuat di kerajaan ini, kau bahkan mendapat julukan si 'Jenius'. Apakah sangat sulit untuk menyingkirkan Sasuke?" hardiknya.

"Ingat! Jika Sai berhasil menjadi putra mahkota, Kita bisa dengan mudah melakukan kudeta atas kepemimpinan Itachi dan menghancurkan fraksi barat." lanjut Ino berapi-api.

Tobirama menghela nafas, ia memberikan tatapan tajam pada wanita pirang itu, "Aku tidak bisa melakukannya dengan terburu-buru. Sasuke dikelilingi orang-orang hebat dan juga cerdas, kau pikir bisa dengan mudah melenyapkannya?" Tobirama membalas dengan sedikit menaikkan nada bicaranya.

"Tobirama! Jaga nada bicaramu pada Selir Kerajaan ini!" Inoichi dengan tegas memperingatkan pria itu.

"Kita lanjutkan pembicaraan ini lain waktu, Pergilah!"

Tobirama mengangguk, ia pergi undur diri dari ruangan milik Inoichi.

"Kita harus bersabar, tidak mudah untuk mengendalikan pria itu." ucap Inoichi kemudian.

..

Hinata menyenderkan punggungnya pada tiang kayu di sekitaran dapur kerajaan berada. Gadis itu kini telah menjadi seorang pelayan istana, Kakashi yang menyarankannya pada Kurenai. Hari ini dapur sangatlah sibuk, mengingat akan ada perjamuan untuk keluarga inti kerajaan yang akan mengadakan makan siang bersama hari ini.

"Ya ampun, lelahnya." keluh gadis itu, ia dengan sengaja memukul pelan kedua kakinya untuk mengurangi rasa pegal.

Tiba-tiba mata Hinata menangkap sebuah objek hewan kecil berbulu putih sedang bersembunyi di semak-semak, lantas ia pun berjongkok dan melakukan pergerakan secara pelan untuk mendekati kelinci tersebut.

Belum sempat ia meraihnya, kelinci tersebut sudah lebih dulu berlari menjauhi Hinata. ia pun berlari mengejarnya, hewan kecil itu terlihat keluar menerobos bagian penghalang antara taman dan juga hutan di belakang istana.

Karena rasa penasaran yang tinggi membuat gadis itu memilih untuk terus mengejarnya, hingga tanpa sadar ia sudah keluar dari istana dan berada di hutan.

"Dimana kelinci itu?" tanyanya pada diri sendiri.
Matanya berpendar mencari mahluk mungil dan putih itu namun hasilnya nihil, kelinci itu sudah menghilang entah kemana.

Seolah tersadar bahwa dirinya sudah melanggar aturan karena telah keluar istana tanpa izin. Hinata pun mulai mencoba untuk kembali, namun langkahnya terhenti ketika telinganya mendengar suara pedang beradu dan juga suara-suara orang yang sedang berkelahi.

Hinata melihatnya, dua orang laki-laki tengah bertarung. yang satu terlihat menyerang dan satunya lagi cuma menghindar dan menahan.

Hinata berdiri di balik pohon dengan jarak 10 meter dari tempat kejadian.
Ia memerhatikan dengan seksama penampilan kedua orang itu, sepertinya yang lebih muda adalah seorang pangeran terlihat dari pakaiannya terdapat lambang kipas khas keluarga kerajaan Uchiha.
Sedangkan satunya lagi Hinata tidak bisa menebak, karena posisi orang itu yang membelakanginya, ia hanya tahu bahwa pria itu memiliki rambut putih keperakan.

Selir : The Forbidden Love (Hinata Centric) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang