6

873 127 6
                                    


Gerakan gadis pelayan itu terlihat lincah dan juga gesit dalam melakukan pekerjaannya. Tak lupa senyum tipis menghiasi wajah cantiknya. Bibirnya juga ikut bersenandung kecil, suasana hatinya sedang bagus.
Wajahnya yang berseri-seri itu adalah buktinya.

"Apakah akan ada acara makan malam keluarga kerajaan?" tanya Hinata pada Momo.

Gadis cantik berponi tipis itu tersenyum tipis,"Iya, makanya kita diperintahkan untuk memasak di jam sekarang." ucapnya sambil memotong beberapa jenis sayuran.

"Jepit rambutmu sangat cantik, kau dapat darimana?" tanya gadis itu ketika matanya melihat jepitan yang tersemat di sela-sela kepangan rambut Hinata.

Gadis itu tersipu malu, ia mengelus jepitan rambutnya,"Seseorang memberikannya padaku." jawabnya malu-malu.

Momo menampilkan raut wajah seperti sedang berpikir, "Sepertinya itu sangat mahal, aku sering melihatnya sama seperti yang selalu dipakai putri para bangsawan."

"Eh, Benarkah?" tanya Hinata terkejut.

Gadis itu mengangguk, "Apa orang yang memberikannya adalah kekasihmu?" Momo bertanya diiringi kerlingan nakal yang membuat Hinata gelagapan.

Kemudian mereka tertawa, lebih tepatnya Momo yang menertawakan wajah Hinata yang kini tengah berubah jadi merah padam.

"Hei! Apa yang kalian tertawakan! Cepat selesaikan pekerjaan kalian!"

Suara teguran dari gadis bernama Shizuka itu menghentikan obrolan mereka berdua. Baik Hinata maupun Momo memilih diam dan kembali melanjutkan pekerjaan mereka sebelum gadis itu kembali menegurnya.

Para pelayan di bagian dapur istana yang sedang bertugas berjumlah 6 orang, dan satu diantaranya adalah Hinata. Mereka mulai memasuki ruang makan keluarga kerajaan, untuk menata meja dan juga menyiapkan hidangan makan malam.

Ketika semua sudah tertata dengan rapi, mereka pun bergegas untuk keluar.

Di tengah perjalanan menuju kamarnya, tepatnya di sebuah belokan Hinata melihat dua orang yang terlihat mencurigakan menuju gudang di belakang dapur.

Karena rasa penasaran yang tinggi, Hinata pun memilih untuk mengikutinya. Ia melihat Shizuka tengah berbicara dengan seseorang yang Hinata duga adalah laki-laki.
Orang itu mengenakan pakaian serba hitam dengan setengah wajahnya yang telah tertutupi oleh selembar kain.

Gadis itu mengintip dan merapatkan tubuhnya dibalik dinding kayu.

"Bagaimana?" orang misterius itu bertanya pada Shizuka.

"Saya sudah melaksanakan perintah tuan. Saya menaburkan bubuk racun itu di atas manisan buah kesemek kering yang akan dihidangkan untuk Putra Mahkota."

Hinata terkejut mendengarnya, ia berkali-kali meyakinkan bahwa pendengarannya tidak salah.

'Mereka berniat meracuni Putra Mahkota!' Jerit Hinata dalam hati.

Keringat dingin mengucur dari dahinya, ia jadi bingung sendiri.
Ia memang tidak ada urusan dengan pihak kerajaan, Hinata juga tidak sedang berada di pihak manapun.

Tapi tetap saja, mereka berniat melenyapkan nyawa seseorang.
Bagi Hinata, setiap nyawa yang hidup sangatlah berharga, tidak peduli dia lahir dari kasta manapun. Rendah ataupun tinggi sama saja, melenyapkan sebuah nyawa adalah kejahatan.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya, ia ingin menggagalkan rencana mereka, tapi tidak tahu dengan cara seperti apa.

"Arrghh.. Kenapa harus aku yang mengetahui hal seperti ini!" gerutunya pelan, setelah memastikan kedua orang tersebut telah pergi.

Selir : The Forbidden Love (Hinata Centric) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang