18

760 105 26
                                    

Rumor beredarnya tentang pemberontakan yang terjadi di istana dalam menyebar dengan begitu cepat.
Dari mulai penyerangan terhadap selir raja, dan kembalinya Uchiha Itachi si ahli pedang menjadi topik terhangat yang dibicarakan para bangsawan saat ini.

Pihak Inoichi masih belum melakukan pergerakan apapun, namun otak mereka tengah bekerja mencari siasat yang tepat untuk segera menggulingkan kedudukan Itachi.

Kabar tentang kudeta yang berhembus pada telinga tiap orang yang berada di istana sedikit memudar, dikarenakan para anggota fraksi selatan masih menempati istana dalam tanpa menimbulkan kecurigaan.

Hinata sudah sepenuhnya pulih, selir cantik itu juga mendengar desas-desus yang tengah beredar itu.
keterlibatan Tobirama yang juga disebut-sebut sebagai kandidat raja pengganti jelas membuat dirinya merasakan kecemasan tiada tara.

Ia berdiri dengan gelisah, Hinata ingin sekali menanyakan perihal rumor tersebut pada Tobirama langsung. namun sampai saat ini Itachi masih belum memberinya izin untuk keluar dari paviliun.

"Aku harus segera menemuinya."

"Menemui siapa?"

Suara baritone itu mengagetkan Hinata, wanita itu berbalik dan mendapati penampakan Itachi yang tengah berdiri menjulang sambil menatapnya.

Hinata berjalan dengan cepat dan menubrukan dirinya pada tubuh sang raja. Ia dengan cekatan mengambil langkah tersebut supaya Itachi tidak menyadari kegugupannya karena ucapan yang barusaja pria itu dengar.

"Tentu saja menemuimu." jawab Hinata sedikit malu-malu.

Itachi membalas pelukan Hinata, tidak terlalu erat mengingat di punggug wanita itu masih ada bekas luka sayatan pedang.

"Yang Mulia, sudah dua hari tidak menemuiku. Aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu."

Itachi tersenyum tipis mendengarnya, ia kemudian menuntun Hinata untuk duduk di tepian ranjang besar dihadapan mereka.

Lelaki itu meraih tangan Hinata yang terasa halus di indera perabanya, ia mendekatkan tangan itu dan mengecupnya dengan segera.

Wajah Hinata merona ketika mendapatkan perlakuan seperti itu, sedangkan obsidian hitam milik Itachi tidak sedikitpun melewatkan moment di mana sang pujaan hati tengah memerah menahan malu.

Dalam hati lelaki itu berkali-kali mengucapkan rasa syukur karena rupanya Hinata tidak menunjukan gelagat akan menghindarinya setelah wanita itu menyaksikan langsung dirinya membantai orang-orang jahat kemarin.

"Aku kira kau ingin menemuiku karena perasaan rindu."

Lelaki itu berucap dengan nada bergurau, namun Hinata menanggapinya dengan serius.
Wajah cantiknya terlihat gugup dan kebingungan.

"I-itu juga termasuk." Jawab wanita muda itu setengah berbisik.

Hinata mengalihkan wajahnya, ia malu dan terlihat salah tingkah karena Itachi masih saja menatapnya dengan tatapan aneh.

Itachi benar-benar merasa gemas melihat tingkah laku selirnya itu.
Sikap malu-malunya itu membuat sisi lain dari dirinya muncul menampakan diri ke permukaan.

"Bagaimana keadaanmu?"

"Saya sudah jauh lebih baik, Yang Mulia."

Lelaki itu merengkuh tubuh mungil milik Hinata, menghirup aroma menenangkan yang menguar dari tubuh selirnya.

Jantung Hinata berdebar entah untuk alasan apa, akhir-akhir ini ia tidak mengerti dengan degup jantungnya yang selalu menggila ketika berdekatan dengan sang raja.

Rasa dan kegilaan yang hampir sama ketika ia berduaan dengan kekasihnya.

Itachi masih bungkam, ia bingung harus memulai pembicaraan seperti apalagi untuk membunuh kecanggungan saat ini. namun ini jelas berbeda, kecanggungan saat ini jauh lebih menenangkan dan mendebarkan.

Selir : The Forbidden Love (Hinata Centric) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang