Tahta, pertempuran, kudeta, perang saudara, hal-hal semacam itu selalu menghiasi dunia kekuasaan.
Jika kau menjadi seorang pemimpin, dirimu harus memiliki banyak pendukung dari orang-orang yang memiliki peran penting di pemerintahan. Jika hanya mengandalkan garis keturunan, dirimu hanya akan menjadi 'boneka' bagi mereka yang memiliki peranan penting di pemerintahan.Itachi akhir-akhir ini merasakan kegelisahan kasus korupsi dan pemberentokan semakin sering terjadi di masa pemerintahannya.
Setelah mendiang ayahnya meninggal dan memberikan tahta kerajaan padanya. segala tetek bengek dalam kerajaan menjadi tanggung jawabnya.
Namun dirinya merasa terlalu lemah sehingga tidak bisa mengendalikan kerajaan ini seperti yang Fugaku harapkan."Aku bersumpah! Tidak akan pernah menyentuh pedang lagi, dan tidak akan pernah membiarkan tanganku berlumur darah." Itachi mengucapkannya dengan lantang di hadapan Fugaku.
Pemuda berusia belasan tahun itu duduk bersimpuh dihadapan sang ayah yang merupakan raja kerajaan Konoha.
"Jangan memberikanku lelucon! Kau adalah calon raja masa depan, jika dirimu lemah kau hanya akan menjadi sasaran mereka!"
Bentak Fugaku marah."Aku tidak akan pernah menjadi raja, melihat bagaimana keluargaku harus bersimpah darah hanya karena sebuah tahta, aku lebih baik tidak mendapatkannya." Ucapnya penuh keyakinan, Itachi pun berdiri hendak meninggalkan fugaku, namun ayahnya terlanjur bersuara.
"Itachi, takdir seorang pengendali pedang adalah melihat darah. Kau tidak akan pernah bisa mengelaknya."
Itachi terdiam mendengarkan ayahnya berbicara, ia tidak memungkiri akan hal itu. Tapi Itachi hanya ingin menghindarinya.
"Di depan kuburan ibu dan juga mayat Shisui, aku telah mengatakan sumpah. Aku tidak akan menjadi pengendali pedang lagi."
Pemuda itu pergi meninggalkan fugaku begitu saja, ia bahkan tidak melihat bagaimana ekspresi sendu sang ayah ketika dirinya mengungkit kematian Mikoto.
Tentu saja dirinya merasa bersalah, atas kejahatannya di masa lalu, istri tercintanya harus terbunuh.Setelah hari itu, Itachi terus melakukan penghindaran selama bertahun-tahun. Ia menikah muda, memiliki anak, hingga dirinya disarankan untuk menikah lagi dengan Ino dari keluarga Yamanaka, dirinya masih belum bisa berdamai dengan sang ayah. sampai waktu dimana dirinya menemukan ayahnya sudah tidak bernyawa duduk di singgasana miliknya.
Itachi duduk termenung, lagi-lagi ingatan di masa lalu menghantui pikirannya. Meski sudah memasuki waktu tengah malam, ia masih belum bisa memejamkan matanya.
Obsidian hitamnya bergulir kesamping, menatap wajah damai Hinata yang tengah tertidur, ia tersenyum tipis.Pada akhirnya ia pun ikut bergabung bersama Hinata, Itachi membenarkan posisinya sehingga membuat kepala Hinata bersender di dada bidang miliknya.
**
Tobirama keluar dari istana secara sembunyi-sembunyi pada malam hari. Ia menunggangi kuda dengan begitu cepat kearah selatan.
melewati hutan gelapnya malam, tidak menumbuhkan sedikit rasa takutpun dalam dirinya.Dirinya kini telah sampai di depan sebuah gua yang cukup besar, di sana telah berdiri beberapa orang yang menjaga bagian pintu masuk yang hanya di terangi oleh beberapa obor api.
Setelah mengikat kudanya, ia pun memantapkan untuk melangkah mendekat, beberapa penjaga yang melihatnya langsung mengenali dirinya dan memberikan hormat.
"Bagaimana keadaan di dalam?" Tanya Tobirama pada salah satu dari mereka.
"semuanya telah berkumpul, Tuan. Mereka tengah menunggu anda di dalam." Jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selir : The Forbidden Love (Hinata Centric)
Fanfiction( TAMAT ) Fanfiksi Hinata - Itachi - Tobirama Lika-liku kehidupan Hinata yang menjadikannya seorang Selir dalam ketidakinginan. Raganya hanyalah milik sang Raja, tetapi hatinya tetap milik Pria lain. Seseorang yang telah memberinya arti hidup dan...