7

862 113 4
                                    


Plakk!

Tamparan keras telah Ino layangkan tepat pada wajah Yahiko yang tengah berada di hadapannya.
Aquamarine miliknya menatap pria itu begitu nyalang, Yahiko hanya bisa memegangi pipinya yang memerah.

"Kau bodoh dan juga ceroboh! Bagaimana bisa kau membiarkan rencana milikmu bocor pada salah satu pelayan rendahan itu!" amukan Ino pada Yahiko tidak terkendali.

Pria itu mengepalkan tangannya dengan kuat, menahan amarah yang sudah siap ikut meledak.

"Ino, bisa tenangkan dirimu sebentar saja?" pinta Yahiko dengan halus.

"Bagaimana aku bisa tenang? Sekarang para polisi sedang melakukan penyelidikan bersama tabib istana. Dan juga gadis pelayan itu jelas mengetahui siapa pelayan yang menaburkan bubuk racunnya!"

"Kita akan tamat, Yahiko! Kau sadar itu!" bentaknya lagi.

Tubuh wanita itu bergetar hebat, mukanya memerah karena amarah yang begitu besar. Yahiko memberanikan diri memeluk Ino, mencoba menenangkannya.

Ino hanya terdiam menerima pelukan itu, matanya terpejam erat dengan tangan yang mengepal.

"Aku akan membereskannya, kau tidak usah khawatir. Posisi kita akan baik-baik saja." ujarnya berusaha meyakinkan Sang Selir.

"Tolong, lenyapkan semua yang menjadi penghalang untuk rencana kita." Bisik Ino dingin.

***

Istana sedang dalam keadaan genting, para polisi kerajaan tengah mencari sosok pelayan bernama Shizuka.

Hasil pemeriksaan mengatakan bahwa serbuk yang berada pada manisan kering untuk Putra Mahkota memanglah racun. Membuktikan bahwa perkataan dari Hinata adalah sebuah kebenaran.

Para polisi mulai menyisir tiap sudut istana untuk menemukan tersangkanya, namun sosok pelayan itu tidak ditemukan dimanapun.

"Tuan Nara, Gadis pelayan itu tidak ada di manapun." Lapor seorang anggota kepolisian pada Shikamaru.

Pria dengan rambut yang dikuncir itu memijit keningnya pelan, sungguh merepotkan sekali pikirnya.

"Periksa gerbang utama dan tanyakan pada penjaga di sana, barangkali gadis itu kedapatan meninggalkan istana!" titahnya tegas.

Sedangkan itu Hinata mulai gelisah, setelah terungkapnya kasus ini yang memungkinkan dirinya ikut terseret.
Hinata sangat yakin orang yang berperan sebagai dalang tidak akan membiarkan dirinya hidup, nyawanya sudah pasti sedang diincar sekarang ini.

"Aku benar-benar takut sekarang, tidak ada yang bisa melindungiku untuk saat ini." Gumamnya penuh kekhawatiran.

Mata bulannya bergulir memerhatikan para polisi yang sedang berpencar di berbagai sudut istana.

"Hinata!" Panggil seseorang dari arah depan.

Hinata mendongakkan kepalanya, ia mendapati Tenten berdiri di hadapannya.

"Kau di panggil Tuan Kakashi ke perpustakaan." ujar gadis itu.

"Memangnya ada apa?"

Gadis itu mengedikkan bahunya, "Aku tidak tahu, aku hanya diperintahkan untuk memanggilmu saja."

Hinata pun bergegas untuk menemui Kakashi, gadis itu melewati para penjaga dan polisi yang masih berkeliaran di istana.

Ruang perpustakaan berada di ujung lorong, sebelum menuju kesana Hinata harus melewati bangsal penyimpanan mayat. Sepanjang perjalanannya yang diisi oleh kesunyian membuatnya sedikit bergidik ngeri, meski masih siang hari namun entah kenapa lorong yang biasanya berjejer beberapa penjaga mendadak kosong.

Selir : The Forbidden Love (Hinata Centric) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang