Keadaan putra mahkota sudah membaik. ia juga sudah bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. pihak kepolisian belum bisa menemukan orang yang mencelakakan Sasuke, membuat pihak istana meningkatkan keaamanan mereka.
Sasuke berjalan dengan angkuh menuju lapangan tempat ia biasa berlatih memanah, ketika sampai di sana ia melihat Sai sedang berlatih pedang dengan panglima Senju.
Sai yang melihat kedatangan kakaknya itu berhenti sejenak, ia menghampiri Sasuke dan memberikan penghormatan."Kemampuan pedangmu sudah semakin hebat, Sai." Puji Sasuke tulus. Ia memang tidak menyukai ibu Sai. Tapi ia menyayangi Sai sama seperti ia menyayangi Sumire.
Sai tersenyum tulus,"Tentu, Tobirama-san mengajariku dengan baik." balas Sai.
Mata Sasuke melirik kearah pria itu, memperhatikan dengan seksama permainan pedang dan juga ilmu beladiri yang dimiliki sosok Tobirama.
Seingat Sasuke, ia belum pernah melihat orang itu memperlihatkan kemampuan memanahnya, bahkan di medan perang pun. Membuatnya sedikit bertanya-tanya, apakah pria itu tidak mahir dalam berpanah? Tapi rasanya tidak mungkin, seseorang yang mendapat gelar panglima besar kerajaan tidak seharusnya memiliki kelemahan dalam hal bertarung, baik pertarungan jarak dekat ataupun jauh.
Sasuke mengedikkan bahunya acuh. ia tidak begitu dekat dengan Tobirama, membuatnya tidak tahu sama sekali perihal orang itu. ia lantas mulai memusatkan pikiran dan ketajaman matanya untuk memulai berlatih memanah.
Sedangkan Sai sudah lebih dulu berpamitan untuk kembali ke kamarnya untuk beristirahat.
..
Hinata memandangi masakannya sekilas, ia sedikit gemetar ketika memegang nampan berisi makanan menuju ke ruangan Itachi. Sesuai perintah pria itu, hari ini Hinata harus menyajikan sendiri masakannya pada sang Raja langsung.
Ia memandang pintu besar di hadapannya ini dengan ragu-ragu. menurut si penjaga pintu Yang Mulia sedang ada tamu, jadi Hinata di suruh menunggu terlebih dahulu.
Sekitar tiga menitan ia mematung di depan pintu sambil memangku nampan yang berisi beberapa jenis masakan.
Pintu kayu dengan banyak ukiran itu terbuka menampilkan sosok pria dewasa berbadan tegap, mata merahnya menatap lurus ke depan tepat pada seorang pelayan yang kini juga memandangnya.Hinata menunduk dengan cepat, memutus kontak mata antara dirinya dan pria itu.
"Ah—Tobirama-san, kau masih di sini rupanya." Suara Kakashi yang berasal dari belakang punggung orang itu mengintrupsi ketegangan yang dirasa oleh Hinata.
Tobirama melirik sekilas Kakashi lewat ekor matanya sebelum pergi meninggalkan tempat itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Kakashi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia merasa diabaikan oleh panglima Senju itu. namun raut wajahnya berubah cerah ketika matanya menatap sosok gadis mungil di depannya.
"Eh, Hinata? Kau sudah datang ya. Ayo masuk, Yang Mulia sudah menunggu." ajak Kakashi ramah, Hinata hanya mengangguk canggung pada pria itu, sebelum ikut melangkahkan kakinya mengikuti Kakashi.
..
"Bagaimana?" Suara pria paruh baya itu menyadarkan lamunan Yahiko tentang tugas yang akan ia emban menggantikan Tobirama.
"Tobirama diperintahkan langsung oleh Yang Mulia Raja untuk memimpin perang merebut wilayah jajahan yang kini sedang dikuasai oleh Suna. dan beberapa orang-orang tangguh di istana akan ikut bersamanya." jelas Inoichi lagi.
Karena sedang ada masalah antara kerajaan Konoha dan Suna, membuat sebagian pihak militer dan kepolisian lebih memfokuskan untuk menangani masalah ini dan sejenak melupakan permasalahan putra mahkota.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selir : The Forbidden Love (Hinata Centric)
Fanfiction( TAMAT ) Fanfiksi Hinata - Itachi - Tobirama Lika-liku kehidupan Hinata yang menjadikannya seorang Selir dalam ketidakinginan. Raganya hanyalah milik sang Raja, tetapi hatinya tetap milik Pria lain. Seseorang yang telah memberinya arti hidup dan...