20

662 56 9
                                    

Selir : The forbidden love, Alternative ending.




Enam tahun setelah Kematian Tobirama

Kematian sang ratu Konoha memberikan pukulan terdalam bagi kerabat dan para rakyat yang mencintai beliau semasa hidupnya. Sasuke merasa sangat kehilangan akan sosok ibunda tercinta yang sepanjang perjalanannya menjadi seorang ratu selalu berusaha mengayomi para anggota kerajaan. Sedangkan Itachi merasa bersalah karena sampai akhir hayat Yugao, pria itu belum bisa mencintainya. Dan tidak akan bisa memberikan cintanya untuk sang ratu. 

Itachi memilih untuk turun tahta dan memberikan kepemimpinan istana pada putra mahkota, ia merasa telah gagal menjadi seorang raja atas insiden pemberontakan enam tahun yang lalu. 

Insiden yang menewaskan banyak orang dan menjadi salah satu penyebab hilangnya cahaya hidup sang selir tercinta. Hinata mengalami depresi berat karena kematian Tobirama, wanita itu bahkan hampir menyerah akan hidupnya. Hinata berniat akan menyusul Tobirama namun kehamilannya yang tidak ia duga berhasil menyadarkan kembali Hinata. 

Kehamilan yang membuat hidup dirinya berubah dan hubungan antara Itachi dan Hinata menuju babak baru. 

*

*

*

Tangannya begitu lincah menggerakan pisau untuk memotong berbagai sayuran untuk ia olah. Ini adalah hal yang diinginkan Hinata sejak dulu,  menyiapkan masakan untuk keluarga tercinta. Memasak sayuran yang ia tanam sendiri menjadikan kebahagiaan yang tak ternilai harganya. Karena dari dulu Hinata sangat memimpikannya. 

Aroma masakan mulai menyebar di seluruh penjuru rumah yang berukuran sedang itu, rumah sederhana yang memiliki halaman cukup luas yang banyak ditanami berbagai jenis bunga-bungaan. Aroma tersebut berhasil menarik perhatian beberapa penghuni rumah lainnya termasuk seorang anak laki-laki berusia Lima tahunan yang kini tengah berlari menuju arah dapur dimana Hinata berada.

"Kaa-Chan!" Anak itu memeluk ibunya dari belakang, surai putih keperakannya bergerak secara liar akibat gesekan pada kain yang dipakai Hinata. Wanita itu tersenyum simpul menanggapi sikap manja putra sulungnya, sikap manja yang tidak dimiliki oleh ayahnya sendiri. 

"Shiro-kun, sudah bangunkan Kuro-chan?" Tanya Hinata lembut. Anak laki-laki bernama Shiro itu menggeleng pelan. 

"Kuro sangat menyebalkan! Ia marah-marah padaku karena aku membangunkannya!" Adunya pada sang ibu. Bibirnya sedikit mengerucut saat mengingat kembali bagaimana adiknya yang enggan untuk dibangunkan. 

Hinata membalikan tubuhnya lalu ia berjongkok tepat di hadapan Shiro,  diuasapnya rambut keperakan itu dengan lembut. Menatap mata merahnya yang menawan, seluruh jiplakan sempurna dari ayahnya yang telah tiada. Hinata mencium pipinya karena gemas. 

"Apa Tou-san belum kembali dari ladang?" Shiro menggeleng lagi, 

"Belum. lagian tadi aku menyuruh Tou-san untuk kembali mencarikan aku tupai di hutan. Sepertinya ia belum menemukannya." Bocah itu terkikik saat membayangkan wajah ayahnya yang menahan kesal saat dirinya kembali meminta dicarikan seekor tupai hutan. 

Hinata mencubit hidung mancung putranya dengan gemas, ia tidak habis pikir karena Shiro begitu berani menyuruh ayahnya untuk melakukan apapun yang diinginkannya. 

"Jangan terlalu keras pada Tou-san. Kasihan, dia sudah tua." Hinata tertawa saat setelah mengucapkannya. Ia jadi mengingat kembali beberapa malam yang lalu suaminya itu mengeluh kesakitan di pinggangnya karena terlalu giat bekerja.

Dalam hati ia merasa senang dan juga bangga pada suaminya, pria yang berasal dari golongan bangsawan mau bekerja keras untuk menghidupinya dari nol. Pria itu mengerjakan pekerjaan berat yang biasa dilakukan pria-pria desa pada umumnya. Padahal Hinata sangat hafal jika suaminya tidak pernah memiliki pengalaman di bidang tersebut, tapi pria itu tetap mengerjakannya tanpa mengeluh.

Selir : The Forbidden Love (Hinata Centric) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang