16

803 115 34
                                    


Hinata saat ini tengah dilanda kebingungan. Hinata sangat meyakini perasaannya pada Tobirama masihlah sama, tapi akhir-akhir ini ia juga merasa nyaman atas setiap waktu yang ia habiskan bersama Itachi.

Lelaki tampan penuh perhatian itu sukses menyentil sisi lain dari hatinya, dan masuk ke tempat di mana ia menyimpan nama sang kekasih sejak dulu.

Semua berjalan begitu saja, sikap dan perilaku Rajanya begitu membuat ia merasakan aman dan nyaman. meski dengan cara yang berbeda sebagaimana Tobirama memperlakukannya.

Namun dibalik semua itu, Hinata masih saja ketakutan, jika suatu saat nanti Itachi mengetahui hubungan terlarang antara dirinya dan Tobirama. maka ia harus siap mendapat konsekuensinya apapun itu.

"Kudengar akhir-akhir ini yang mulia lebih sering menghabiskan waktunya bersamamu."

Ino memulai pembicaraan dengan Hinata di sela-sela acara minum teh mereka.

Tangan Hinata yang hampir menyentuh pinggiran cangkir itu terhenti, ia kemudian menatap Ino dan tersenyum ke arah wanita itu.

"Yang Mulia sedang banyak pikiran. jadi ia memintaku untuk menjadi teman bicaranya." Jawab Hinata halus.

Ino mengangkat sudut bibirnya ke atas,"Benarkah?" tanya Ino dengan nada tidak percaya.

"Aku tidak tahu ternyata kau wanita yang pandai menggoda." ucap Ino sinis, "Coba perlihatkan padaku, Bagaimana caramu menggoda Yang Mulia? sehingga dia mau menjadikan wanita rendahan sepertimu menjadi seorang selir." tutur Ino lagi dengan senyum culasnya.

Perkataan dari Ino sukses membuat Nanao terkejut. ia tidak menyangka sang selir agung itu melontarkan hinaan pada majikannya secara frontal.

Hinata menanggapinya dengan senyum tipis, ia memberanikan diri untuk memperlihatkan wajahnya pada selir angkuh itu.

"Tidak perlu menjadi wanita penggoda untuk mendapatkan hati Yang Mulia. aku hanya berdiam diri saja yang Mulia sudah sangat menyukaiku." Hinata membalas tanpa ragu, membuat Ino mengepalkan kedua tangannya.

Plakk

Ino menampar Hinata dengan keras, mencipatakan tanda kemerahan di pipi mulus wanita muda itu.

"Lady Hinata" Teriak Nanao. Maid itu hendak berlari menghampiri Hinata, namun Ino melarangnya.

Hinata memegangi pipinya yang terasa sakit dan juga perih, namun ia pantang untuk memperlihatkan kesakitannya.

"Kau wanita rendahan! Beraninya berbicara lancang padaku!" Ino membentak Hinata dengan penuh kemurkaan.

"Ada apa ini?"

Suara seseorang bertanya di depan pintu ruangan minum teh tersebut, membuat Ino dan Hinata memusatkan perhatiannya ke arah sumber suara.

Di sana Itachi tengah berdiri bersama Yugao. Hinata dengan segera mengalihkan wajahnya, ia tidak ingin Itachi melihat wajahnya yang memerah akibat tamparan Ino.

Berbeda dengan Ino yang kini sudah sangat cemas, ia takut Itachi mengetahui apa yang ia lakukan pada selir kesayangan sang Raja.

Yugao tersenyum ke arah kedua selir itu,"Aku tidak tahu kalau kalian cukup akrab sehingga melakukan ritual minum teh di pagi hari berdua. " sang Ratu berbicara.

Obsidian hitam Itachi memperhatikan Hinata, wanita itu sedari tadi menundukkan wajahnya menghindari tatapan darinya.

Ino tertawa kecil menanggapi perkataan ratu hingga matanya menyipit,"Ya, kami baru saja memulai pertemanan untuk mempererat ikatan antar selir Raja." Jawabnya santun.

"Hinata." Itachi memanggil Hinata dibarengi dengan ia menyentuh dagu sang Selir. membuat wajah Hinata terangkat dan memperlihatkan dengan jelas jejak kemerahan pada pipinya itu.

Selir : The Forbidden Love (Hinata Centric) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang