Mata teduh itu terperangkap, di dalam mata berwarna coklat pemilik sepasang sepatu berwarna putih milik seorang gadis cantik nan indah.
"Ini sampah kamu kan?"
Abay terdiam, menatap Rahma yang sekarang berdiri di hadapanya, sembari menyodorkan botol aqua kosong milik pria itu, lantas Abay pun berdiri dan meraih tangan mulus milik gadis itu.
"Heh! Lepas gak!" Rahma memberontak.
Abay tersenyum devil, lalu membawa Rahma ke dalam pelukannya, saat pria itu memeluk tubuh Rahma entah mengapa pikiran pria itu menjadi jauh lebih tenang sedikit demi sedikit. Emosi yang terkandung dalam fikiran Abay, sedikit berkurang Rahma bagaikan obat tenang untuknya.
Rahma pun terdiam, menerima perlakuan seperti ini dari Abay. Gadis itu tiba-tiba saja terdiam bahkan dia juga tak memberontak lagi, sebenarnya apa yang terjadi pada dirinya ini?
"Ngapain malam-malam masih di luar? Hmm?" Abay semakin mempererat dekapannya, Rahma bagaikan boneka mungil yang sedang di peluk oleh pemiliknya.
"Bay? Lepas dong, gak bisa nafas!"
Abay terkekeh, tapi pria itu masih tetap memeluk tubuh mungil Rahma rasannya sangat nyaman sekali memeluk wanita yang sudah Ia klaim sebagai kekasihnya.
"Lagian siapa suruh keluar malam-malam?"
"Tadi lagi mau beli makanan di luar, sama Onichaan. Sekarang aku lagi cari Onichan, sampai sekarang dia belum juga balik."
Ani/Onichan, dalam bahasa Jepang artiinya adalah kakak laki-laki Rahma biasa memanggil kakaknya dengan sebutan Ani/Onichan.
"Kenapa ga telfon gua? Kalo tau begini, Gua bakalan bawain lo makanan ke rumah. Jadi lo gak usah keluar-keluar malam segala."
"Seterah aku, emangnya kamu siapa aku? ngatur-ngatur segala."
"Pacar."
"Hah? Sejak kapan ya? Aku aja gak nganggap kamu sebagai pacar aku."
Dengan gemas, Abay memeluk tubuh Rahma semakin erat. Baginya gadis ini sangatlah menyebalkan tapi terkesan sangat imut di hadapannya, ingin sekali rasannya Abay membawa gadis ini ke Apartment nya.
"Lepas ga!"
"No, siapa suruh lu manggil-manggil gua. Coba aja kalo lu ga manggil, ga bakalan dah lu ketemu gua."
"Tadi kamu buang sampah sembarangan kaya gitu ke tengah jalan. Ya aku tegor, itu bahaya bagi pengendara lain, percuma ganteng kalo ga bisa jaga kebersihan lingkungan!" omel Rahma seraya memukul-mukul dada bidang Abay.
"Jadi menurut lu? selama ini gua ganteng?"
"Iya lah, kamu mau aku bilang cantik? gak kan?" Rahma masih memukuli dada bidang tersebut, "sekarang lepasin! Buruann!"
Akhirnya Abay pun melepaskan pelukan hangat nya terhadap Rahma, membuat wajah sang empunya merasa jengkel. Sekaligus kesal tetapi di sisi lain Abay sangat senang sekali bisa bertemu dengan Rahma di saat kondisi dirinya yang sedang dilanda kerinduan kepada sang Ibu tercinta.
"Jadi sekarang, lo udah beli makanannya?" Abay pun mengambil alih botol kosong itu dari tangan Rahma, kemudian pria tersebut langsung membuang botol itu di tempat sampah.
Rahma menggeleng pelan.
"Why? Onichan lo kemana? Katannya tadi lu bilang, lu pergi sama Ani lu. Sekarang dia kemana?" tanya Abay.
"Balik lagi ke rumah."
"Ngapain? Lupa bawa duit?"
Rahma mengangguk kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In The Night Sky
Teen Fiction[DI HARAPKAN FOLOW AKUN PENULISNYA TERLEBIH DAHULU!] "Persyaratan apaan si? Cepetan deh ngomongnya, gak usah basa basi kelamaan." Abay tersenyum kiri, "Kalo lo yang menang. Gue bakalan keluar dari sekolah SMA Saturnus. Dan berjanji, gak akan ganggui...