Menatap papan tulis di hadapannya, membuat Rahma semakin semangat untuk menjalani materi nya pada hari ini. Bagi gadis itu, pelajaran yang berbau dengan IPA adalah pelajaran terfavorit, saat ini guru berwatakan tegas dan sangar itu sedang menjelaskan tentang materi KIMIA. Banyak murid-murid yang menguap dan juga diam-diam tertidur, Rahma tau sekali Pak Zen--guru mata pelajaran KIMIA itu mencatat nama siswa yang tidak mau mendengar penjelasannya.Di saat ini, Abay dan juga kedua temannya itu lagi-lagi tidak hadir di sini. Membuat kelas ini tidak terlalu heboh, biasannya kedua pria itu yang selalu membuat kelas ini menjadi ramai akan tingkahnya mereka. Kalo Kenzo? Pria itu masih ada urusan di Singapura
"Iya Liara? Apakah kamu ingin bertannya?" Zen melirik Liara, yang saat ini tengah mengacungkan jari telunjuknya.
Rahma menoleh pada Liara yang kini duduk di sampingnya, saat ini Liara hannya ingin menggantikan Abay, yang masih belum menginjakan kaki di kelas ini sejak jam pelajaran pertama. Dan itu membuat bangku di sebelah Rahma kosong.
"Ra? Kamu pucet banget," merasa aneh dengan keadaan temannya, Rahma pun menempelkan punggung tangannya di kening gadis itu, badan Liara sekarang begitu panas.
"Kamu sakit?" tannya Pak Zen, seraya berjalan menghampiri kursi Liara dan jawaban Liara hannya mengangguk.
"Yasudah, kamu boleh ke UKS. Rahma, tolong kamu antarkan teman kamu ya. Saya sudah izinkan kalian berdua untuk meninggalkan pelajaran saya."
Setelah mendapatkan izin dari sang guru, langsung saja Rahma dan juga Liara pergi meninggalkan kelas yang masih terasa sunyi itu.
€€€
"Ma, keknya penyakit Anemia gue kambuh lagi deh. Semenjak gue pulang hujan-hujanan kemaren, gue sama sekali ga nyentuh nasi. Di tambah lagi, gue lupa minum obat gue ehehe," Liara terkekeh pelan di atas brankar panjang tersebut.
Rahma hannya menggeleng, sahabatnya itu selalu saja lupa akan prihal minum obat. Padahal, sakit yang di derita gadis itu lumayan membuat konsentrasi dirinya menurun. Sejak dulu Liara mempunyai penyakit Anemia yang setiap saat kumat, jika gadis itu tidak meminum obatnya.
"Kebiasaan," tangan Rahma beralih mencubit hidung Liara, "jangan di ulangi lagi Liara. lah? Kamu kemaren kok bisa pulang-pulang kehujanan? Bukannya, kemaren Aksa nganterin kamu pulang?"
Ya, setau Rahma, kemarin sejak di parkiran sekolah Abay bilang pada dirinya. Kalo Liara pulang dengan Aksa, karna Rahma selalu mementingkan Liara. Pasalnya, gadis itu sangat takut akan kesendirian karna dia mempunyai Autophobia. Ya semenjak kejadian beberapa tahun silang yang membuat Liara trauma.
"Maaf sudah menganggu waktu kalian berdua," obrolan mereka berdua terpaksa berhenti, karna sang dokter sudah tiba.
Rahma bangkit dari duduknya, kemudian dirinya sedikit menggeser membiarkan--Luna, sang dokter UKS tersebut memeriksa keadaan Liara. Entahlah, Liara sangat ceroboh dengan kesehatannya membuat Rahma gemas sendiri.
"Kamu pasti lupa meminum obat mu lagi kan?" tanya Luna, dan di angguki oleh Liara.
"Liara, jika penyakit Anemia tidak segera di obati lebih lanjut. Maka kasus ini cukup serius, apalagi hemoglobin itu penting sekali bagi tubuh. Jika tubuh kita kekurangan hemoglobin, dampaknya banyak sekali. Seperti, kamu merasa lelah, pusing kliyengan dan itu bisa menggangu aktivitas belajar kamu." Luna sering sekali menasehati Liara. Ya namun Liara selalu saja lupa meminum vitamin nya.
"Iya Dok, Liara paham. Sekali lagi makasih ya Dok," ucapnya tulus.
"Sama-sama."
kring!
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In The Night Sky
Teen Fiction[DI HARAPKAN FOLOW AKUN PENULISNYA TERLEBIH DAHULU!] "Persyaratan apaan si? Cepetan deh ngomongnya, gak usah basa basi kelamaan." Abay tersenyum kiri, "Kalo lo yang menang. Gue bakalan keluar dari sekolah SMA Saturnus. Dan berjanji, gak akan ganggui...