{9} |Tuan Farensyah|

12 1 0
                                    

Dari mana saja, kenapa baru pulang?”

Seorang laki-laki berpakain jazz itu, menatap putra semata wayangnya yang baru saja memasuki rumah dengan baju lepek akibat terguyur hujan deras di luar sana. Dalam pemikiran pria tersebut, yang ia pikirkan hanyalah pekerjaan dan pekerjaan. Bahkan dia juga tak tahu, kalau kasih sayang Ia terhadap putra nya perlahan-lahan hampir menghilang.

“Dan, mengapa baju mu bisa basah seperti itu? Memangnya kamu tak berteduh saat hujan tadi?”

Zachery Farensyah, yang sering di sebut Tuan Farensyah. Merupakan sosok ayah dari seorang Abay Farensyah. Sebenarnya Abay tak suka dengan kehadiran sang ayah di rumahnya, bahkan lelaki itu saja jarang sekali pulang di sore hari. Ia lebih sering pulang pada pukul 00.00, itu juga terkadang.

Abay membenci sang ayah semenjak lelaki itu tau bahwa penyebab kematian sang Mamah adalah ayahnya sendiri.

“Bukan urusan Anda. Tuan Farensyah," rahang pria tersebut sedikit mengeras, saat menjawab pertanyaan sang ayah.

“Jelas urusan saya, karna kamu merupakan anak saya. Sekaligus pewaris perusahaan saya," ucap Farensyah, dan itu semakin membuat Abay merasa ingin segera keluar dari rumah tersebut.

“Oh ya? Sejak kapan Anda menganggap saya sebagai anak Anda? Tuan Farensyah?” Abay tersenyum remeh, “Bukan kah? Selama ini Anda selalu sibuk mengurus wanita jalang. Si sekertaris Anda itu?”

“Hentikan ucapan mu!” bentak Farensyah.

“Bukan kah, ucapan saya benar? Gara-gara wanita murahan itu, orang yang sangat saya cintai meninggal!"

“Cuk-”

“Apa? Memang benar itu kan kenyataannya? Karena Anda sendiri yang membuat saya menjadi seperti ini!” perkataan Farensyah terpotong oleh Abay.

“Saya bilang hentikan ucapan mu!”

“Untuk apa saya memiliki mulut, jika tidak boleh di gunakan untuk berbicara? Tuan Farensyah?" Abay tersenyum sinis.

“Dengar baik-baik. Kematian Mamah kesayangan mu itu, bukan saya penyebabnya. Tapi dirimu!" telunjuk pria paruh baya itu mengarah lurus tepat di hadapan dahi sang putra.

Abay tertawa meremehkan. Bukankah, selama ini yang menjadi penyebab kematian Mamahnya adalah ayah kandungnya sendiri? Lantas, mengapa pria itu menuduh dirinnya.

Prok!

Prok!

Prok

Abay bertepuk sebanyak tiga kali tepat di hadapan wajah sang ayah. Jangan lupakan juga dengan senyum sinis nya, yang kini sudah sangat menyerupai devil.

“Sebelum berbicara, alangkah baiknya bila Tuan bercermin terlebih dahulu.”

Langkah kaki pria remaja itu berjalan melewati sang ayah yang sangat ia tak sukai itu masa bodo dengan teriakan-teriakan menggelegar yang berasal dari suara Farensyah untuk saat ini Abay hannya ingin keluar dari rumah tersebut

€€€

Kedua pria dengan ponsel yang di miringkan tersebut itu, masih sangat serius menatap layar tersebut. Jari-jari mereka juga lincah menyentuh layar ponsel itu.

Siapa lagi kalau bukan Aksa dan Kenzo. Sedari tadi kedua pria itu sedang asik-asik nya bermain game Abay yang baru saja datang dengan membawa kabur motor ninja kesayangannya itu langsung menghampiri mereka berdua. Kini ketiga pria tersebut sedang berada di apartmen milik seorang Abay Farennyah, pria itu terlebih dahulu menyuruh temannya agar datang ke sini.

Love In The Night SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang