{15} |Cemburu|

12 0 0
                                    


"Mungkin kamu berfikir jika rasa tulusku ini hanyalah sebuah hembusan angin lewat. Namun disini, aku selalu menunggu kamu untuk melakukan respon yang sama terhadapku, dan ternyata salah. Bahkan kamu selalu melakukan hal-hal yang selalu membuatku merasakan cemburu."

Pandangan Daisuke masih terfokus pada sebuah buku berukuran kecil yang di baca olehnya dan, tampaknya pria berketurunan Jepang itu membaca dengan sangat menikmati di tambah lagi dengan udara sejuk yang menimpa wajah mulusnya.

Saat ini Daisuke sedang bersantai di rumahnya, niatnya untuk beberapa hari ke depan Daisuke akan pergi keluar negeri untuk merancang bisnis nya yang sudah pernah dikelola olehnya sejak di bangku perkuliahan. Daisuke merupakan sosok pria yang rajin bahkan, dirinya saja tidak terlalu mementingkan gaya hidup seperti anak muda lainnya yang asik bermain-main. Namun berbeda dengan Daisuke, sejak remaja pria itu sudah berfikiran untuk mempelajari dan menguasai dunia bisnis dan. Kedua orang tua Daisuke tidak pernah menuntut Daisuke bahkan, semua ini adalah keinginan dari seorang Daisuke itu sendiri.

"Hmm kalo make strategi yang seperti ini sepertinya menarik juga. Lumayan lah, tapi kan beberapa produk gue yang udah tersebar belum sepenuhnya gue pake cara seperti ini. kayaknya, kalo gue gunakin cara ini ada sedikit perkembangan." Daisuke mulai menulis beberapa ide-ide yang sudah Ia dapatkan untuk kemajuan bisnisnya. Setelah mencatat, pria itu kembali berfikir sejenak seraya menepuk-nepuk pulpen hitamnya di dagu. Menandakan sekarang dia tengah serius.

"Oke, segini kayak-"


Tok! Tok! Tok!

Suara pintu diketuk, berhasil membuat pandangan Daisuke tertuju pada pintu kamarnya. Menutup buku dan menaruh pulpennya, Daisuke berjalan untuk membuka pintu kamar nya.

"Okasan?"

Tersenyum pada putra sulungnya Lia berjalan menaruh segelas susu hangat di atas meja.

“Gimana usaha kamu saat ini?” tanya nya, seraya duduk di tepi kasur dan menatap seluruh isi kamar sang putra yang selalu rapih.

“Sepertinya Daisuke mau ngembangin produk Daisuke lagi deh. Ya, sedikit di upgrade gitu Okasan. Menurut pendapat Okasan bagaimana?” Daisuke memperlihatkan hasil catatan yang telah dia tulis kepada Ibu nya.

Kedua alis Lia menyatu, kini perempuan paruh baya itu masih fokus menatap catatan bisnis putranya yang ingin di kembangkan.

“Hmm, bagaimana kalo yang bagian ini kamu kurangi? Biar ga terlalu membuat kulit konsumen kamu menjadi sensitif. Jangan terlalu banyak menggunakan Alcohol, tidak semua kulit konsumen kuat dengan Alcohol,” ujar nya dan mendapati anggukan dari Daisuke.

Daisuke mulai kembali menulis beberapa hal yang di sarankan oleh sang Ibu, seraya meminum sedikit susu buatan Lia.

“Oh ya Okasan, Rahma sudah pulang?” Daisuke memperhatikan jam di dinding yang sudah tertera pukul 18.00.

Lia menghela nafas, dia juga berfikir hal yang sama dengan Daisuke mengapa Rahma belum kunjung pulang juga saat ini? Padahal putri nya itu bila mau pergi dia selalu meminta izin kepada Lia namun sampai sekarang pun Lia masih belum mendapatkan kabar dari Rahma.

“Coba kamu telfon Rahma menggunakan handphone mu, punnya Okasan sedang di cas.”

Bangun kemudian mengambil ponsel di atas meja Daisuke mulai menyalakan ponsel tersebut dan mencari nomer Rahma yang niat nya akan dia hubungi.

Love In The Night SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang