37. Black Side

2.2K 468 48
                                    

Sore hari, Jimin yang baru saja mandi, tengah duduk di halaman mansion sambil memangku Iti. Boneka ayam berwarna kuning itu bahkan sejak bertahun-tahun masih ada dan masih gembul. Se-sayang itu Jimin dengan Iti yang menjadi teman hidup semati barunya. 

"Iti kiyowo.. kayak aku. Hehehe.." Jimin menggerakkan tangan Iti ke kanan dan ke kiri. Membuat Yoongi yang tadinya akan pergi tiba-tiba tersenyum. Sangat mustahil sebenarnya seorang Kim Yoongi tersenyum, tapi lihatlah sekarang. Sudut bibirnya naik. Betapa terlihat baiknya dia sekarang.

"Jimin. Mau ikut?"

Jimin menoleh. Menatap Yoongi yang menggoyangkan kunci mobil di tangan kanannya. Sejak ia beranjak besar, Jimin sudah tidak mau lagi dipanggil bayi. Dia sudah besar. Jimin menolak kecil!

Tapi omong-omong.. kemana Yoongi akan pergi dengan pakaian serba hitam itu? Bahkan dia juga menggunakan kaca mata hitam. Sedangkan hari sudah sore dan jelas-jelas tidak ada panas matahari yang menusuk mata.

"Papa mau kemana?"

Yoongi tersenyum tipis. Lebih tipis dari biasanya sehingga sulit dilihat jika ia tengah tersenyum, "Mengunjungi mama Jimin. Ikut?"

Jimin menatap kunci mobil yang masih ada di tangan Yoongi. Sekarang dia sudah bisa berpikir lebih matang kalau ia tidak dilahirkan dengan telur. Setiap di sekolah, Jimin selalu melihat teman-temannya yang diantar jemput oleh seorang wanita yang disebut Mama. Bahkan Haechan dan Nana juga punya Mama. Beberapa kali Jimin ditanyai oleh temannya 'Dimana mamanya?' Dia hanya bisa terdiam membisu. Dan sekarang.. Jimin akan tau kebenarannya. Kenapa ia harus menolak? Jimin mengangguk pelan, kemudian tangannya digandeng Yoongi menuju sebuah mobil.

Perjalanan berjalan dengan tenang. Tidak berisik seperti hari-hari sebelumnya. Biasanya ada Taehyung dan Jackson yang berdebat. Atau ada celotehan penasaran dari Jungkook. Ah.. mengingat Taehyung yang baru saja pergi saja membuat Jimin kembali sedih. Sampai-sampai ia menghembuskan nafasnya.

Yoongi melirik Jimin dari sudut matanya. Dia tau jelas apa yang ada di pikiran Jimin. Mansion jadi kurang konduktif belakangan ini. Terkadang Yoongi sendiri muak dan lebih sering menghabiskan waktu untuk menyiksa para tahanan, daripada harus di rumah yang se-sunyi hutan. 

Beberapa menit perjalanan, akhirnya mereka berdua telah tiba di sebuah tanah lapang. Banyak batu berukuran besar yang bertuliskan nama-nama yang Jimin sendiri tidak tau siapa itu.

Yoongi menarik tangan Jimin yang ragu-ragu. Membawa Jimin ke dalam, ke salah satu papan batu yang cukup besar. Jimin bisa melihat sebuah nama terpasang apik disana.

"Min.. Su.. Ran?"

Yoongi mengelus ujung rambut Jimin. Memberikan Jimin sebuket bunga Lily untuk ditaruh ke atas makam.

"Ini.. Mama?"

Yoongi mengangguk. Berjongkok dan melipat tangan di depan dada. Begitu pula Jimin yang kebingungan mengikuti Yoongi.

"Berdoa Jimin.. Berdoa." Jimin mengangguk. Sepertinya Yoongi tau jika Jimin kebingungan.

Jadi, Jimin ikut melipat tangan dan memejamkan mata. Dia ikut berdoa bersama Yoongi. Hanya saja dia tidak mengatakan dalam hati, tapi tanpa sadar mengucapkan dengan intonasi pelan.

"Mamanya Jimin.. Jimin senang bisa bertemu Mama. Jimin senang Jimin tau dimana mama selama ini. Jimin lihat foto mama. Mama cantik sekali. Makanya Jimin tampan hehe.." Yoongi tersenyum. Kali ini ia tidak bisa menahannya.

"Mama.. Mama jangan khawatir sama Jimin. Jimin kan strong!! Jimin bakal cari Taetae dan jadi hyung kesayangan Jungkookie! Mama harus bahagia di atas sana. Nanti Jimin akan rajin berdoa biar Mama semakin bangga."

Maknae Baby - BTS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang