Bab 9

1.4K 223 10
                                    

"Dia sebenarnya orangnya baik dia orang yang perhatian kepada wanita. Kau tau walau kadang ia cuek ia selalu memberikan perhatiannya lewat cara lain. Aku iri karena kau bisa memilikinya kau tau sudah 5 tahun aku mengenal yujin tapi sampai sekarang ia belum memberikan ku kepastian hubungan kami. Bahkan sekarang kami masih berstatus teman walau sudah seperti pasangan". Kata minjoo membuatku menganggukan kepalaku. Aku tau winter orang yang cuek tapi ia sangat perhatian.

"Kau benar aku merasa sangat beruntung memilikinya walau mungkin dia tidak berpikir sepertiku". Kataku jujur tapi dia malah menggelengkan kepalanya membuatku menatapnya heran ada apa?

"Kurasa dia orang yang sangat mencintaimu melebihi cintamu padanya. Kau harus bisa membaca tatapan matanya mungkin dia tidak mengatakan dan tidak melakukannya tapi dari tatapan. Dia menatapmu penuh cinta dan kehangatan. Kau mungkin tidak menyadarinya saja dia hanya sok cool saja padahal buaya lembek". Katanya sambil tertawa dan aku tertawa mendengar buaya lembek? Aku bahkan tidak tau apa itu.

"Dia bahkan jarang berbicara dan selalu bermain game. Kurasa aku harus membuang game online di handphonenya. Dia bahkan mengabaikanku dan selalu telat bangun saat pagi". Jelasku dia malah terkekeh pelan.

"Dia memang begitu bahkan saat berkumpul dengan kami dia tidak tidur karena bermain game bersama sakura eonnie. Aku tidak tau apa yang disukai mereka dari itu bahkan ku melihatnya saja sudah pusing apalagi bermainnya". Katanya membuatku terkekeh.

Aku mengedarkan pandanganku dan aku melihat winter sedang melangkah mendekati kami. Walau suasana malam gelap tapi winter terlihat terang karena kulit putihnya. Walau ribuan orang mengerumuninya kurasa aku bisa menemukan winter. Karena winter seperti terlahir sebagai center. Saat sudah berada didepanku dia merangkulku membawaku lebih merapat padanya membuatku merasa aman.

"Mau pulang sekarang?". Bisiknya dan aku menatapnya sebentr lalu menampar mulutnya pelan. Dia berbau alkohol sejak kapan dia minum aku bahkn tidak melihatnya. Apakah saat berbicara dengan temannya ia minum?

"Aduh... sakit! Kenapa sih?". Tanyanya menatapku bingung sambil mengusap bibirnya. Aku hanya mendengus kesal melihatnya selalu sok polos.

"Kau bau alkohol sudah aku bilang aku tidak suka". Kataku sinis dan dia menganggukan kepalanya mungkin dia mengerti.

"Hanya segelas tidak lebih. Kalau kau tidak suka bau alkohol kenapa kau jadi dokter? Bukankah disana bau alkohol dimana-mana dan kau pasti selalu menggunakannya". Katanya membuatku menatapnya tidak percaya. Bisa-bisanya ia membandingkan alkohol antiseptic dan alkohol memabukkan ini.

"Ya sudah ayo kita pulang". Lanjutnya sambil menggenggam tanganku dengan lembut jantungku seakan ingin berhenti sekarang. Semua perlakuan lembutnya padaku membuatku terbang dan bahagia.

     Tapi apakah dia juga merasakan yang sama? Winter ini sangat misterius dan membuatku ingin terus tau tentang dia dan ingin tau semua tentangnya. Aku hanya ingin dia tidak merasakan dunia ini sendirian karena ada aku disini disisinya. Aku siap menjadi penyediapelukan hangat dan aku siap menjadi tempatnya mencurahkan isi hatinya. Tapi terlalu sulit menjadi tempat seperti itu. Entah winter menganggapmu apa aku pun tidak tau.

     Kami sudah menuju parkiran namun langkahnya berhenti dan aku menabrak punggungnya. Sakit yang kurasakan karena tulangnya. Sepertinya dia harus makan lebih banyak supaya tidak berisi tulang semua. Aku berdiri disampingnya dan menatap wajahnya yang tegang dan terdiam ditempat dengan pandangan kedepan. Aku mengikuti arah pandangannya dan aku terkejut bukankah itu gadis yang hampir kami tebrak beberapa jam yang lalu?

     Gadis itu terlihat ketakutan karena 2 pria didepannya. Ia berjalan mundur dan menabrak mobil terparkir dibelakangnya. Apakah ini penculikan atau apa? Kenapa winter hanya diam saja? Aku merasakan tangan ku panas dingin aku juga takut sekarang.
"Winter ada apa ini? Tidak bisakah ku menolongnya?". Tanyaku sedikit takut melihat ekspresinya yang berubah sekarang. Wajahnya merah menahan amarah nafasnya tidak beraturan lagi dia hanya diam tanpa menatapku.

Great DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang