Chapter 1

10K 306 6
                                    

Aku nggak tahu cara menyenangkan orang, jadi mungkin ceritaku akan tidak sempurna. Tetapi! Tidak ada salahnya membaca kan? Mana tahu kalian jatuh cinta sama ceritanya, hehehe.

Ingat! Buat seluruh pembaca yang mungkin mengenal aku, tolong! Jangan judge aku dari sebuah cerita. Tolong bijaksana, dan bersikap dewasa;)

***

You weren't being punished. You were waiting for me
-Jean.M.Auel

Ella
Aku menggigil saat hembusan angin malam menusuk pori-poriku. Sepertinya malam ini akan turun hujan.

Aku melepas celemekku dan mulai berjalan. Malam ini adalah malam yang cukup damai dan gelap, membuatku mulai tersesat dalam pikiranku sendiri.

Aku ingat saat aku masih kecil; Mereka begitu ceria dan tampak seperti kebahagiaan yang begitu tulus. Aku tersenyum mengingatnya. Ibuku meninggal saat aku berumur 15 tahun, ia meninggalkanku bersama ayah tiri yang sangat aku benci, dia selalu menyiksaku.

Ayahku seorang pemabuk, dan saat kembali ke rumah ia akan melakukan apa yang ia mau sesuka hatinya. Ia memukulku, memperlakukanku seperti anjing.

Selama 3 tahun aku hidup dengan monster. Ketika aku berusia 18 tahun, hampir sebulan yang lalu, aku melarikan diri. Sebelum ibuku meninggal, ia memberikan uang padaku, untungnya ayahku tidak tahu akan hal itu. Aku pakai uang itu untuk membeli tiket perjalan yang jauh, di mana ayahku tidak akan menemukanku lagi.

Aku menemukan pekerjaan di sebuah kafe di mana aku bekerja keras selama 12 jam sehari hanya untuk biaya yang cukup agar tidak diusir dari apartemen kecilku.
Untungnya, tempatku bekerja hanya setengah mil jauhnya dari apartemenku jadi aku tidak perlu membuang-buang uang untuk taksi.

Seperti yang diharapkan, gerimis mulai turun, walaupun hanya satu-satu titik saja yang turun.

Aku menghirup udara dingin dengan bebas, aku tidak terkunci di kamar lagi. Aku tampak menjadi manusia normal.

Ayahku pasti berpikir aku tidak akan berhasil tanpa dia, bahwa aku akan berakhir di jalanan. Tapi sekarang hidupku lebih nyaman daripada saat bersamanya.

Aku tersentak saat mendengar beberapa orang tertawa dibelakangku. Mereka orang yang mabuk.
Pasti mabuk.

Empat pria mabuk tersebut berjalan ke arahku, aku berjalan sedikit lebih cepat. Aku memegang tanganku sendiri di dalam saku cardiganku.

Aku semakin takut saat mereka sudah berada di sampingku. Mereka terus menatapku, menatapku seperti singa yang kelaparan. Aku masih terus berjalan, maksudku ayolah, mereka tidak akan melakukan apa-apa kan? Tetapi tatapan mereka membuatku semakin takut.

"Gadis sialan, kau sangat cantik," salah satu dari mereka berbicara. Aku memaki mereka di dalam hatiku saat memanggilku 'sialan'.

"Kenapa kau tidak mau melepasnya?" yang paling besar berkata sambil meraih blusku.

Aku melepas tangannya kasar dari tanganku. Hatiku mulai berpacu. Aku mencoba keluar dari cengkramannya tapi meskipun dia mabuk, dia masih cukup kuat. Telapak tanganku mulai berkeringat ketika mereka melihatku dengan mata naik turun, menarikku ke gang gelap, dan mendorongku ke dinding.

Aku menahan air mataku agar tidak keluar, aku sungguh takut sekarang. Seharusnya tadi aku berlari saja!
Aku berusaha memberontak. Tetapi mereka ada empat dan aku hanya seorang diri.

Aku mencari ide, dan saat itu aku pura-pura melihat ke kanan dan berkata. "Kau tenang saja, aku tidak apa-apa."

Ya, mereka ikut melihat ke kanan dan mereka pasti berpikir aku sedang berbicara dengan seseorang. Saat itu juga aku menggigit tangan pria di bahuku, menendang kaki temannya dan berlari sekencang mungkin.

Tetapi mereka malah ikut mengejarku.
Setelah beberapa menit berlari aku tidak mendengar suara ataupun tawa memuakkan mereka.

Aku berhenti.

Aku berusaha menenangkan nafasku tapi aku harus kembali menghela nafas saat melihat blusku robek di beberap titik.

Aku kembali tersentak saat seorang pria tadi menunjukku sambil berteriak. "Itu dia!"
Oh, ayolah, aku lelah harus berlari lagi.

"Kejar dia!" jantungku seolah berhenti berpacu.
Aku kembali berlari
Aku takut.
Aku merasa tak berdaya.
Air mata mulai turun dari mataku tak terkendali, pandanganku kabur dan aku terengah-engah begitu keras, tenggorokanku menjadi kering seperti gurun Sahara.
Aku merasa lemah.

Tiba-tiba aku menabrak dinding dan tersandung beberapa langkah ke belakang
... Tunggu, ini bukan dinding!

Aku linglung dan akan jatuh karena aku tidak bisa menjaga keseimbangan kakiku.

Tapi ... aku merasakan sebuah lengan di pinggangku membantuku mendapatkan kembali keseimbanganku. Tangannya memegangku erat-erat, seolah-olah memastikan aku tidak melarikan diri.

"Bisakah kau hati-hati?" suara beratnya berkata padaku. Itu tajam dan dingin. Tidak menunjukkan perhatian apapun. Siapa lagi ini!

"Tolong a ..." ucapanku terhenti saat pria-pria tadi sudah berada tepat di belakangku, mereka menemukanku. Sekarang semuanya tergantung pada orang asing ini yang tangannya masih terikat di pinggangku.

Salah satu dari mereka berbicara.
"Berikan gadis itu, dan kau boleh pergi," katanya seolah-olah aku ini milik mereka.

Kemudian, sesuatu yang tak terduga terjadi. Orang asing itu tertawa kecil.

"Kenapa kau diam, pergilah! Tinggalkan gadis itu."

Orang asing tersebut menampilkan smirknya. "Saya akan memberi anda dua pilihan. Tinggalkan wanita ini dan jangan ganggu dia atau siapapun lagi, atau aku akan mematahkan kedua ratus enam tulangmu, memastikan kau akan mendengar setiap retakan." Dia mengatakannya dengan dingin dan kasar, aku bahkan mulai takut akan ancamannya.

Pria-pria itu tertawa terbahak-bahak. Dan dari apa yang aku lihat, orang asing ini tampak tidak suka ditertawakan.

Dia melonggarkan cengkeramannya dari pinggangku memastikan aku dapat berdiri selama 45 detik berikutnya sementara dia benar-benar memukul empat pria tersebut sekaligus. Omong kosong yang keluar dari mulutnya tadi baru saja terjadi, dia mematahkan setidaknya 3 tulang di masing-masing pria. Aku menutup mulutku kaget sekaligus takut.

Semuanya mulai berputar di pikiranku dan aku bisa mendengar detak jantungku sendiri yang berpacu lebih cepat dari biasanya. Orang asing itu menatapku dan seolah-olah dia membaca pikiranku. Ia berjalan ke arahku, dan saat itu juga hanya kegelapan yang menaungiku.

Flashback :

Aku melihat bayanganku di cermin. Aku memastikan rambutku baik-baik saja saat aku memasuki ruangan. Dia tidak suka ketika aku terlihat berantakan.

Aku mengambil anggur dan berjalan menuju meja. Dia duduk di sana, makan malam yang kubuat untuknya. Aku tidak berani menatapnya terlalu lama. Aku menghampirinya dan menuangkan anggur ke dalam gelasnya.

"Lebih." Dia mengatakan seolah-olah itu adalah hal yang paling jelas di dunia aku menuangkan dia lagi tapi tanganku tidak berhenti gemetar. Sialan! aku merasa anggur tumpah ke pangkuan dan ke lantai. Aku amat ketakutan sekarang.
Aku melihat wajahnya memerah karena marah. Murni kemarahan.

"Maafkan saya."

Dia berdiri dan aku tidak berani bergerak sedikit pun. Dia mengambil botol anggur dan melemparkannya ke dinding. Aku menggigil ketakutan.
Botol itu hancur berkeping-keping dan aku tahu aku akan dihukum.

Aku mencoba menjauh tapi dia menarik rambutku dan memukul kepalaku di atas meja. Sekali. Dua kali. Dia melemparku ke dinding aku mendengar teriakan dan jeritanku sendiri karena aku tak berguna.

Dia berteriak bahwa memiliki anjing akan lebih baik daripada aku. Tapi itu tidak seberapa dibanding dia memukulku dengan pemukul bisbol favoritnya.

***

See u,

I♥️U all guys

You're Mine [Lengkap✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang