Chapter 12

2.8K 182 2
                                    

Happy reading, jangan lupa untuk VOTE
Vote
Vote
Vote!

***

Resentment is like drinking poison and then hoping it will kill your enemies
~Nelson Mandela

ELLA
Aku masih terus menangis sesenggukan meskipun Aland sudah membawaku keluar dari sana. Ini lebih mengerikan dari saat ayahku mengamuk. Aku benci Liam, seharusnya tadi kubiarkan saja Aland membunuhnya, tapi itu berarti Aland akan menjadi pembunuh 'kan.

Aland membuka pintu mobil dan mendudukkanku di sana. Ia juga masuk dari arah yang berlawanan.
Aku mendekap tanganku di dada dan sesekali memperhatikan tubuhku yang porak poranda.

Aku tersentak saat Aland mendekatiku, dia menepikan rambutku yang berantakan dan menghapus air mataku, bisa kurasakan tangannya yang hangat.

"Maaf aku terlambat," ujarnya menarikku ke pelukannya. Refleks aku kembali menangis kencang dan meremas kemeja Aland kuat.

"Lain kali dengarkan aku karena aku tidak akan melukaimu," titahnya melepas pelukannya. Lihat! Di saat seperti ini sifat otoriternya masih saja terlihat. Dasar ...

Aland membuka jasnya dan menaruhnya ke tubuhku. Ia beralih ke kaki dan tanganku. "Sakit," ucapku sudah berhenti menangis.

Ia mengambil kotak P3K yang memang sudah tersedia di mobilnya. Perlahan Aland mengangkat kedua kakiku ke atas pahanya dan membersihkan lukaku dengan alkohol.

"Arkh," desahku merasa pedih. Ia menatapku sebentar dan kemudian kembali membersihkan lukaku, setelah itu ia juga membersihkan luka di tangan dan bibirku.

"Kau benci Liam?" tanyanya tiba-tiba saat ia membersihkan luka di bibirku.

"Kenapa kau bertanya seperti itu?" tanyaku bingung.

"Jawab saja," ucapnya datar.

Aku menghela nafas. "Ya, aku lebih membencinya dari ayahku."

"Apa kau juga membenciku?" tanyanya lagi. Oke, ini pertanyaan yang sangat sulit.

"Aku-aku ... mmm-aku tidak punya alasan untuk membencimu," ucapku tidak berani menatap matanya.

"Kau berbohong," jawabnya cepat menarik tangannya dari bibirku dan merapikan kembali kotak P3K di tangannya.

"Aku tidak peduli kau membenciku atau tidak, aku hanya ingin kau percaya padaku dan mematuhiku, itu cukup," lanjutnya menangkup kedua wajahku.

"Kau percaya padaku?" tanyanya menginterogasiku. Entah dorongan dari mana aku malah mengangguk meng-iya kan.

Cup
Aland mengecup keningku dan tersenyum. Oh crap! Senyumnya hampir saja membuatku ikut tersenyum ...
Senyumnya sangat manis dan menawan.

Bahkan di saat ia sudah menyetir pun aku masih mengingat-ingat senyumnya. Aku membuka sedikit kaca jendela dan menikmati udara angin malam yang menenangkanku dan membantuku melupakan kejadian tadi.

***

Aland membantuku membuka pintu mobil. Saat aku ingin mengangkat kakiku tiba-tiba ia sudah menggendongku dan membawaku ke dalam rumahnya.

"Emily, panggil Selena dan suruh bawa pembalut luka," ucap Aland pada Emily yang akan menghampiri kami.

"Baik, Tuan," jawab Emily menjauh dari kami.

Aland membuka pintu kamar dan meletakkanku di atas kasurnya. Tunggu ... kenapa ia membawaku ke kamarnya?!

"Kau sepertinya lupa, kamarku ada di sebelah," ucapku menyengir padanya.

You're Mine [Lengkap✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang