Just press the vote n then scroll to read...
***
Distance-it is a relative thing, it can widen or shorten the gap. Yet, sometimes, we long for face-to-face encounters
~Primadonna AngelaElla
Hari-hari berlalu
Setiap pagi selalu diawali dengan perintah Aland, membuat sarapan, entahlah tapi ia meminta agar aku yang membuatnya sarapan.Kadang aku juga telat bangun dan pastinya Aland akan mendiamiku selama satu hari full. Itu akan membuatku frustasi karena aku tidak tahu keinginannya jika ia tidak berbicara.
Perihal kejadian di malam itu, aku tidak bisa melupakannya atau mungkin tidak akan bisa tapi aku tidak menganggapnya terlalu serius dan melakukan pekerjaanku dengan baik tanpa ada hubungan serius dengan Aland. Karena Aland juga sudah berjanji seperti itu.
Aku juga belajar untuk mengingat kebiasaan Aland, apa yang ia suka, yang ia benci, karena bekerja untuknya harus memang benar-benar memahami mood pria itu.
Jujur, aku sering gelagapan di depan Aland karena jika aku melihatnya kejadian pada malam itu akan terlintas di benakku, di mana Aland melakukan hal yang seharusnya tidak pernah terjadi.
Aku melihat kalender dan ternyata akhir bulan, hari ini aku menerima gajiku. Siapa yang tidak senang saat menerima gaji!
Aku sedikit berlari ke ruangan Aland, sekarang hari minggu jadi aku tidak bekerja. Dan, Aland juga tidak akan merepotkanku jika ia tidak ingin memberikan bonus tambahan.
Aku mengetuk pintu dan masuk ke dalam, terlihat Aland sedang berdiri di tepi jendela kaca menatap kota.
"Gajiku belum kau transfer," ucapku pelan, sejak kapan aku bisa berbicara dengan nada tinggi di depannya.
Ya. Gajiku tidak dibayar oleh perusahaan tetapi oleh Aland sendiri, aku juga tidak tahu mengapa begitu.Tapi tiba-tiba ponselku bergetar dan ternyata gajiku baru saja masuk. Aku jadi malu.
"Aku keluar," kataku berjalan keluar, ia sama sekali tidak menganggapku. Ada apa dengannya?
Hari ini, aku berjanji shopping dengan Debi.
Ia mendengar tentang apa yang terjadi antara aku dan Liam. Ia sangat kesal dan marah. Begitu pula Lola dan Vicky. Anehnya, mereka juga tidak melihat Liam lagi, aku juga tidak penasaran dengan hal itu.Aku masuk ke kamarku untuk bersiap-siap, menyentuh bulu mataku menggunakan mascara, mengoleskan lipstick pink muda ke bibirku.
Aku membiarkan rambutku terurai, cocok dengan outfitku sekarang.Aku merampas tasku dan bergegas keluar dari kamar. Suara langkah yang ribut mengundang perhatianku sehingga membuatku menoleh ke sumber suara.
Ohh hell..!
Itu adalah maid yang beberapa hari ini suka membuat moodku buruk, Melanie berjalan sambil menyentakkan tumit sepatunya ke lantai.
God... I hate that name.
No... I hate her.
Ia selalu mengenakan pakaian ketat yang membuatku ingin muntah.Aku langsung keluar dan masuk ke taksi yang sudah kupesan. Taksi itu langsung membawaku ke sebuah mall di tengah kota.
"You're 3 minutes and 49 seconds late!" racau Debi begitu melihatku.
"I know, sorry... i was stuck in traffic."
"Whatever, ayo..." kata Debi menarikku melihat lihat kosmetik wanita.
"Oh ya--bagaimana apartementmu? Kemarin aku ke sana, kau tidak ada," kata Debi tiba-tiba sembari mencoba lipstick di depannya.
"Aku tidak tinggal di sana lagi."
"Kau pindah? Di mana kau tinggal sekarang?"
"Well, aku tinggal dengan Aland Whaston di penthousenya," jawabku. Pertanyaan Debi menjebakku.
Tiba-tiba Debi meletakkan kosmetik di tangannya dan menatapku sengit.
"Kau serius?!" teriaknya.Aku menutup mata malu melihat pengunjung lainnya.
"Ya," jawabku pelan menganggukkan kepala."O.M.G ceritakan padaku," sahut Debi masih ekspresi terkejut.
Aku mengangguk, kemudian menceritakan semua hal yang menimpaku.
***
Aku masuk ke penthouse Aland setelah selesai berbelanja dengan Debi, menghabiskan hampir semua gajiku bulan ini. Hufft
Aku melirik ke bagasi, mobil porsche Aland tidak ada, aku yakin ia sedang tidak di rumah. Aku masuk ke kamarku dengan perasaan riang, seharian tanpa perintah dari Aland sungguh menyegarkan hati, otak, dan badanku.
Aku cukup merasa bahagia sekarang setelah mencoba melupakan penyesalanku di masa lalu. Maybe, i can be happy here.
Tahun tahun sebelumnya sangat kacau, hancur, dan buruk. Tahun ini tidak akan terulang lagi..
Aku berjanji, aku akan memulai hidup baru lagi, tanpa beban sedikitpun.Aku melempar belanjaanku ke kasur, mengambil sepasang lingerie yang menguras kantongku dan mencoba yang ke tubuhku.
Sangat pas, tidak salah harganya sangat mahal. Aku membelinya di Victoria's Secret. Kau tahu Gigi Hadid atau Kendall Jenner? Mereka model internasional sekaligus dengan bayaran termahal yang pertama kali memamerkan lingerie ini di Victoria's Secret Fashion Show.Tunggu, aku sedikit merinding, apa ada hantu di kamar ini? Astaga, ini membuatku takut.
Aku menoleh ke pintu...
"Hiyaaaaa!" teriakku spontan dan langsung melompat ke kasur untuk menutupi badanku menggunakan selimut."Apa yang kau lakukan di sini!" teriakku. Aku merasa malu, kesal.
"Aku yang seharusnya bertanya seperti itu, apa yang sedang kau lakukan?" tanya Aland santai. Pasti ia melihat lekukan tubuhku tadi. Akhh,, sial...
"Kenapa kau tidak mengetuk dahulu? Aku juga punya privasi."
"Aku pergi ke manapun aku suka."
"Kau baru pulang dari mana? Kau tidak permisi.""Aku tidak harus memberitahumu, itu bukan urusanmu."
Jawabanku sepertinya membuatnya kesal, ia berjalan ke arahku dan berdiri tepat di depanku."Itu urusanku, lain kali kau harus memberitahuku pergi ke mana, dengan siapa dan kapan kau akan kembali," sahutnya berbisik di telingaku. Wangi parfumenya membuatku mabuk, dan suaranya membuat darahku berdesir.
"Kalau aku tidak mau?" sahutku. Apa aku ingin mati ya bertanya seperti itu?!
Aland melihatku tenang membuatku was-was, bola matanya menyisir sekujur tubuhku. Satu menit, dua menit, ia masih menatapku dengan lekat.
"Maaf," cicitku sangat pelan, aku tidak tahu ia bisa mendengarnya atau tidak.
"Ella, aku sudah bilang ribuan kali, aku tidak suka ada orang yang membantahku," katanya sarkastik mengangkat daguku kasar. Aku menahan pipiku yang sakit karena ia menarik daguku cukup kuat.
"Paham?"
Aku mengangguk pelan. Aku tidak berani menangis di depannya karena ia akan semakin kesal.Tapi tiba-tiba, ia, Aland memelukku. Ia mendekapku erat. Aku ingin melepas tapi ia berkata-
"Aku ingin seperti ini beberapa menit saja."Aku menunggunya, ia menenggelamkan wajahnya ke leherku. Ada apa dengannya? Apa ia ada masalah atau terlalu serius bekerja?
Aku mengangkat tanganku dan dengan penuh keraguan aku mengelus punggungnya dan menepuk-nepuknya pelan. Ia mulai cukup tenang, dan kekuatannya memeluku berkurang tapi ia masih saja tetap mendekapku. Dasar ...
****
Hv u pressed the vote?
Vote now..oky?I'm so sorry for this imperfect story, u know i'm not a good writer, right?
Sorry for all of the typosSee u next page....
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Mine [Lengkap✓]
RomanceWATTYS NOMINATED 2021✅ ! 16+ Aland Whaston : berbahaya, miliarder sombong yang tidak suka ketika ada orang tidak taat padanya. Membunuh bukan ciri-cirinya tetapi membuat orang menderita adalah kesukaannya. Ia sangat kejam dan tak berbelas kasihan. ...