Chapter 13

2.6K 165 1
                                    

Tidak bosan mengingatkan untuk bantu aku melalui vote...
Vote dulu...

Kalo udah happy reading!!

****

No great thought, no great object, satisfies the mind at first view, nor at the last
~Aben Stevens

ELLA
Sudah 4 hari aku beristirahat di rumah Aland, pria itu tidak mengizinkan aku bekerja beberapa hari ini padahal aku sudah bisa berjalan seperti biasa walaupun lukaku belum kering.

Aku meletakkan ponselku ke meja dan keluar dari kamar hendak mengambil minum. Tapi di ruang tengah aku melihat seorang wanita yang tampak asing dan entah kenapa cara dia menatapku membuatku bergidik ngeri.

Aku berhenti, sepertinya dia adalah maid, walaupun ia tidak memakai baju maid tetapi terlihat papan namanya di kemeja putihnya. Semua maid di rumah ini memakai papan nama yang motifnya sama.

Tapi ada yang salah, bajunya terlalu kecil untuknya.
Ia mendorong troli dengan banyak makanan dan sampanye, tapi bukan itu yang menarik perhatianku.

Payudaranya yang besar hampir mencuat dan roknya begitu kecil dan ketat nyaris tidak menutupi pantatnya.
Rambutnya sangat panjang, pirang dan bibirnya merah dan besar. Matanya berwarna biru gelap.

Dia menatapku dingin dan berdiri tegak di depanku.
"Siapa kau?" tanyanya terkejut dan sarkasme.

"- aku Ella. Asisten pribadi Aland."
Dia tertawa terbahak-bahak.
"Jika kau pelacur bilang saja jangan beromong kosong kau adalah asistennya," ucapnya tersenyum seperti merasa kasihan padaku. Cihhh

Aku tak percaya dia menyebutku pelacur! Pacaran saja aku belum pernah.
Aku tahu Aland dikenal suka tidur dengan wanita tapi bukan pembantunya sendiri 'kan?
Aku menatap mata wanita di depanku tak kalah sengit.

"Kau lebih tampak seperti pelacur,"  sahutku dengan sinis.
Dia berhenti tersenyum dan menatapku dengan marah, dia bersiap menjawabku tetapi tetapi lift terbuka lebih dulu dan di dalam datang dengan sangat santainya Aland, akar masalah ini.

Dia berjalan ke arah kami dan menatap kami begitu dingin membuatku kembali bergidik. "Ada yang salah?" tanya Aland sesantai-santainya.

"Tidak, aku membawamu makanan kesukaanmu," jawab wanita di depanku cepat dengan suara menjijikkan. Aku memutar bola mataku malas.

"Dia bilang aku pelacurmu," kataku santai menatap tajam mata wanita itu. Lihat saja siapa yang menang ...

"Melanie, kau pasti tahu kalau pelacur tidak tidur di rumahku," kata Aland melihat wanita bernama Melanie tersebut sekilas.

"Tentu," jawab Melanie tersenyum geli. Aghh, aku ingin muntah saja. Darahku mendidih karena kesal.

"Dia asisten pribadiku, Ella," kata Aland memperkenalkanku pada Melanie.

Melanie menatapku dengan tak percaya dan terkejut.
Aku menghela napas dan tersenyum senang.
"Kau boleh pergi," ujar Aland ke arahnya dan dia hanya tersenyum dan mengangguk, berjalan menuju dapur.
Dia menghilang dari pandangan kami dalam 10 detik berikutnya.

"Kau tidur dengan pembantumu sendiri?!" aku berteriak padanya dengan ketidakpercayaan dan kekecewaan.

"I don't see your problem. Jangan khawatir, kami tidak pernah melakukannya di sini," sahutnya begitu santai. Kalian tahu? Aku ingin saja meludahi wajahnya, aku tersakiti.

Tapi walaupun aku membencinya, aku tak punya hak menyuruhnya berhenti bermain wanita. Dia memiliki hidupnya sendiri sebagai miliarder yang melakukan apa pun yang dia inginkan dan aku hanya PA nya dan orang lain. Not like i wanna be somebody else

You're Mine [Lengkap✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang