Break Up

586 63 23
                                    

Mereka benar-benar putus.

"Kamu harus bertahan tanpaku."

Dunia boleh menentang atau mendukung, selama saling memiliki satu sama lain, Plan akan baik-baik saja.

Tapi setelah mendengar kata perpisahan, ia tidak menyangka bakal sesakit ini.

"Ini bukan karena orang lain dan aku masih menyayangimu." Mean membujuk, nyaris memohon. "Kamu tahu aku sudah memimpikannya sejak lama."

Tentu saja Plan tahu. Mean sangat ambisius. Dia akan membabat habis apapun yang menghalanginya mencapai puncak karir, termasuk pacarnya.

Sekarang mantan.

Plan tidak pernah menghalanginya, tapi kontrak mengharuskan hubungan mereka berakhir.

"Aku juga memiliki impianku sendiri, Mean. Aku nggak akan menyerah hanya karena berat di kamu."

"Aku nggak mau kamu menyerah."

"Baiklah. Kalau begitu, sejak hari ini dan seterusnya, perasaanku padamu sudah berubah." Plan menatapnya datar.

"Plan, jangan berpikir macam-macam. Jangan melakukan hal-hal gila." Suara Mean kalut. Dia paham senekat apa pacarnya.

Sekarang mantan.

"Aku akan mendengarkan apa kata orang kalau aku sudah mati." Plan tersenyum, tapi dalam hati dia menambahkan, "Kamu akan, kamu pasti, kamu harus menyesal telah mutusin aku."

Ini tentang balas dendam.

Anehnya, ketika Mean tidak ada, ia merasa lega. Plan kembali menjadi dirinya sendiri. Ia tidak butuh pencitraan, tidak perlu pengakuan.

Sebagian dirinya berteriak, merengek, menangis, meratap ingin kembali. Sebagian lagi ingin segera melupakan. Lebih cepat lebih baik.

Tapi sampai berapa lama?

Bahkan saat beredar foto-foto Mean bersama cewek, Plan masih terpaku. Dia masih terkejut oleh betapa besar dampak kerusakan yang ia tanggung.

Mean masih memiliki pengaruh padanya.

"Aku tidak pernah peduli." Dia bicara sendiri.

Di hari ulang tahun Plan. Ribuan jam setelah mereka putus. Mean datang.

"Aku nggak bisa mencintaimu seperti dulu." kata Plan.

"Bagaimana mungkin?"

"Yeah. Sesuatu berubah."

"Tapi aku nggak sedang bersama cewek lain. Sungguh. Itu semua akal-akalan haters."

Siapa yang percaya?

"Dunia sudah membuka mataku." Plan tersenyum. "Kamu bikin aku sadar, bahwa aku lebih mencintai impianku, jauh sebelum kita bertemu."

Hening. Terdengar detik jarum jam di dinding.

.

.

.

TBC


How was it?
Aku berusaha konsisten, tapi kayaknya gaya bahasaku agak berubah...

BROKEN • ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang