Luna terbangun tepat pada pukul jam tujuh pagi. Kalau bukan karna ketukan pintu dari Louis, pasti dia tidak akan terbangun saat ini.
Luna berjalan sempoyongan menuju pintu, lalu dia membuka pintu itu secara perlahan. Didepannya sudah tertampang Louis yang sudah sip untuk pergi kuliah.
"Hm?" Luna mengucek sebelah matanya. Nyawanya masih belum terkumpul.
"Lo gak sekolah? Udah jam tujuh," Tanya Louis.
Luna hendak menggeleng. Dia sudah tau kalau dirinya terlambat. "Eng- Eh, gue mau sekolahhh!" Ucapnya yang teringat kalau hari ini dia ada latihan basket bareng timnya. Kalau dia tidak datang, bisa-bisa dia kena omel sama guru olahraga. Karna dirinya berperan penting didalam tim basket itu.
"Kann," Ucap Louis memelas, dirinya sudah menebak kalau Luna akan terlambat lagi.
Luna menutup pintu kamarnya dan langsung mencari seragam sekolahnya. "Perasaan gue tidur jam enam sore, kok terlambat sih, anjir?" Keluhnya yang terheran dengan dirinya sendiri.
Selang beberapa menit, Luna langsung keluar dari kamarnya dan mengambil roti sandwich yang sudah dibuatkan bibik mulai dari jam enam pagi.
Bibik yang melihat Luna sedang tergesa-gesa, langsung memperigati cewek itu untuk barhati-hati dalam berjalan. "Non, alon-alon, atuh, nanti jat-"
Dubrak!
"Kan, Non. Bibik bilang juga apa?"
Luna segera bangun dari lantai. Dia tidak menghiraukan lututnya yang sudah biru karna jatuh ke lantai dengan cukup keras. "Kak Louis mana? Kak Louis mana?" Tanya Luna saat tidak mendengar Louis mengomel pagi-pagi begini.
"Udah berangkat tadi, Non. Barusan aja tiga menit yang lalu." Jawab Bibik.
"Mampus," Gumam Luna lalu beralih untuk mengambil kunci mobil.
Kali ini, dia memutuskan untuk menggunakan mobil yang selalu dihematin bensinnya. Mobil Nissan New X Trail berwarna hitam. Mobil kesayangan Louis yang jarang Louis gunakan.
"Kak Louis marah, gue bodoamattt!" Lontar Luna yang sudah terburu-buru untuk memasang seatbelt. Sambil mengeluarkan mobil dari pekarangan rumah, Luna bergumam curiga. "Gue curiga ada yang nyumpahin gue hari ini,"
~
Jalanan Bandung pada pukul setengah delapan pagi cukup padat. Banyak kendaraan yang saling meng-klakson dan bersahut-sahutan.
Luna menundukkan kepalanya ke setiran mobil dan membenturkan kepalanya dengan perlahan. "Telat, telat, gue udah telat. Telat banget. Tamat, tamat riwayat gue," Ucapnya berulang kali.
Tak lama, ponsel Luna berbunyi. Luna mengambil ponselnya asal lalu mengangkat panggilan tersebut. Dengan mata yang tertutup dan kepala yang masih ia tundukkan, Luna bergumam bermaksud menjawab, "Telat...,"
"Luuunn!"
"Bel, tolong sebutkan dosa gue satu per satu. Hari ini gue apes lagi. Apesnya terlalu berat, Bel." Ucap Luna seperti orang depresot.
"Lo lambat bangun lagi?" Tanya Bella.
Luna mengangguk pelan. Kali ini dia tidak mengelak. Karna mulutnya sudah terlalu lelah untuk mengelak kenyataan bahwa dirinya memang ratu terlambat sejati. "Lagi, lagi, lagi, dan lagi. Gue gak akan ngelak." Ucapnya parau.
"Parah-parah. Lo parah banget,"
"Iya, parah banget, Bel. Gue jadi gak mau sekolah hari ini, tapi tinggal enam meter lagi gue NYAMPE!" Teriak Luna gemas sendiri.
Spanduk wajah Darren sudah berada tepat didepannya. Yang berarti sekolah SMA Langit Biru sudah sangat-sangat dekat. Tinggal enam meter lagi, dirinya akan sampai di sekolah ternama itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARREN ; on going
Teen FictionSosok Darren Christopher Pratama di mata orang itu... "Kak Darren itu ganteng." "Darren, yaaa.... Orangnya pinter, berprestasi." "Lumayan irit bicara, lebih banyak mingkem daripada bicara." "Rival gue, karna dia pinter." Sosok Darren selalu dikagumi...