Jam istirahat telah tiba, Darren duduk di salah satu kursi kantin dengan Rangga dan Stiven.
"Gak makan?" Tanya Stiven sambil menyuapi mie ayam ke mulut Rangga.
"Kenyang," Jawab Darren sambil membaca artikel tentang universitas impiannya.
Alis Rangga tertaut, bingung dengan jawaban Darren. "Kenyang? Makan apa? Mulai dari tadi gak makan."
"Nasi goreng." Jawab Darren lagi.
"Nasi goreng darimana?"
Darren berdecak sambil menatap tajam kearah Rangga. Cowok itu terlalu mengusik dirinya yang sedang berkonsentrasi membaca artikel.
Ranggak tertawa gugup. "Hehe, gak usah jawab gak papa."
~
"Lo lambat lagi, kan, makanya gak masuk jam pelajaran pertama sama kedua?" Tebak Bella sebal.
Luna mengangguk pelan. "Gue punya alasan untuk itu," Jawabnya membela diri.
"Mau lo pake alasan, saran, kata terimakasih pun gak bakalan mempan di gue. Lo sampe dicari sama Pak Yanto gara-gara gak masuk jam pelajarannya." Jawab Bella.
Luna melototkan matanya kaget. Pasalnya, keberadaanya selalu dicari oleh Pak Yanto. Mau itu jam istirahat, atau jam pulang. "Lagi? Buset. Sayang banget dia sama gue." Ucap Luna.
"Serah lo, deh." Helah Bella yang sudah lelah menghadapi Luna.
Mereka berdua duduk di salah satu kursi kantin. Menu hari ini, batagor buat Luna, dan mie ayam bakso buat Bella. Hampir setiap hari pada jam istirahat, Luna akan selalu memesan batagor di tempat Bu Imah. Cuman bumbu kacang dari Bu Imah yang bener-bener gurih.
"Buset, bumbunya banyak banget, Lun. Gak jerawatan lo?" Tanya Bella ternganga pada bumbu kacang batagor milik Luna.
"Untungnya, enggak." Jawab Luna tersenyum.
Saat ingin menyuapi satu siomay ke dalam mulutnya, ponsel Luna berbunyi, menandakan ada orang yang menelfonnya. Luna mengintip layar ponselnya, ternyata Louis yang menelfonnya. Tanpa berpikir panjang, Luna mengangkat panggilan itu.
"Halo?"
"Lun, lo masih di sekolah?"
"Iya, kenapa?"
"Ada temen gue yang minta kenalan sama lo,"
"Gak tertarik. Bye."
Luna mematikan panggilan secara sepihak. Entah kenapa kakaknya –Louis- selalu menjadi cupid cinta. Memang, Luna itu gak pernah pacaran, tapi bukan berarti dia ingin single seumur hidup. Hanya saja, masih belum ada cowok yang bisa mendapatkan hatinya.
"Kak Louis?" Tanya Bella. Luna mengangguk. "Kenapa? Tumben nelfon lo pas di sekolah."
"Jadi cupid," Jawab Luna malas.
"Lagi?" Belak Bella.
Luna nampak berpikir, pertanyaan 'lagi' dari Bella membuatnya menghitung berapa kali Louis menjadi cupid cinta didalam hidupnya. "Iya," Jawab Luna menghela. "Emang cewek seumuran gue udah harus punya pacar?" Tanya Luna lagi.
Bella nampak berpikir. "Enggak harus, Lun. Tapi cewek seumuran kita rata-rata udah pernah ngerasain yang namanya jatuh cinta, bukan jatuh ke got. Tapi gue gak pernah denger gosip kalau lo suka sama cowok." Jawab Bella terang-terangan.
"Lo..." Luna menghela, dia hampir melempar sendok ke kepala Bella. "Lo secara gak langsung bilang gue belok, anjir." Lanjutnya menahan marah.
Bella kembali berpikir, "Emang iya?" Tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARREN ; on going
Teen FictionSosok Darren Christopher Pratama di mata orang itu... "Kak Darren itu ganteng." "Darren, yaaa.... Orangnya pinter, berprestasi." "Lumayan irit bicara, lebih banyak mingkem daripada bicara." "Rival gue, karna dia pinter." Sosok Darren selalu dikagumi...