10 : Bukan Meet n Greet

30 17 2
                                    

"Nanti main lagi di lapangannya taman kota, ya. Kumpul jam tiga siang." Cetus Bella yang membuat usulan sendiri.

Timnya yang beranggota Sarah, Sandrah, dan Shasha langsung mengangguk cepat. Namun, Luna hanya terdiam bengong. Antara setuju sama tidak setuju sama usulan Bella tadi.

"Lun, lo gak ikut?" Tanya Sarah dengan nada kecewa.

Raut wajah Shasha langsung berubah menjadi murung. Dengan ketidakhadiran Luna, suasana akan menjadi terasa berbeda. "Yahhh, beneran?" Tanya cewek itu memelas.

Luna nampak berpikir sejenak. Dia lumayan malas untuk pergi keluar sekarang ini. Selain cuaca yang mendadak jadi mendung, badannya seolah menandakan dia cukup lelah hari ini. Latihan basket mulai dari jam sembilan pagi sampai jam satu siang. Istirahat pun tidak sampai setengah jam. "Gue-"

"Lomba bakalan datang bentar lagi, dan lo beneran gak mau ikut? Yakin?" Tanya Bella seolah mengompor.

"Gue-"

"Tinggal minggu depan gak, sih?" Tanya Shasha yang mendadak ikut mengompori.

Luna berdecak pelan sambil memutar bola mata dengan malas. "Iya-iya, gue ikut." Jawabnya yang mendapatkan senyuman lebar dari Shasha.

~

Di taman kota bukan hanya ada mereka saja, banyak juga para remaja yang ikut berolahraga atau hanya sekedar mencuci mata untuk melihat cowok dengan beberapa buih keringat mereka saat berolahraga.

Paras Darren yang menggoda para kaum hawa tak usah diragukan lagi, sambil dihiasi oleh tetesan keringat, Darren mampu membuat orang-orang menjadi terpikat padanya.

Segerombolan gadis yang tertawa-tawa sambil memakai baju latihan basket datang ke lapangan. Sorot mata Arga, Bastian, Stiven dan Rangga langsung tertuju pada segerombolan gadis itu, kecuali Darren. Dia memainkan bola basketnya sambil mencetak gol beberapa kali, dia tak memperhatikan segerombalan gadis itu datang.

Ada satu gadis yang menarik lirikan Rangga dan Stiven, gadis yang berambut pendek sebahu dengan warna rambut hitam kecoklatan. Yap, itu adalah Luna, gadis yang paling cerewet dari antara segerombolan tersebut, gadis yang dirumorkan gadis yang tak takut dengan Darren. Tangan Stiven melambai-lambai pundak sang ketua osis SMA Langit Biru, namun sang ketua osis itu tak menghiraukannya dan masih sibuk untuk mencetak gol lagi.

"Itu bukannya cewek yang nabrak lo di kantin?"

Darren langsung berbalik badan. Dan rahangnya langsung mengeras saat melihat cewek itu lagi dan lagi. Entah kebetulan atau tidak, tapi dirinya terus bertemu dengan sosok Luna. Mau itu diluar sekolah, atau di wilayah sekolah.

"Dia lagi," Gumam Darren.

"Dia lagi?" Ceplos Rangga terheran. "Lo pernah ketemu sama dia?" Lanjutnya mendadak heboh.

Stiven langsung bertepuk tangan heboh, membuat Darren terheran. "Bhuahaha, jodoh," Ucapnya asal.

"Gak jelas," Ketus Darren malas.

~

Segerombolan gadis itu melakukan pemanasan sebelum mereka mulai beraksi.

"Eh, ini Shasha teh kemana? Kok belum dateng?" Sahut Sandrah yang mencari keberadaan salah satu sahabatnya.

"Telat palingan," Jawab Luna sambil melakukan pemanasan pada kakinya.

"Ntar, gue telfon dulu," Lanjut Sandrah sambil mengambil hpnya.

Terlihat cewek berambut sepinggang berlari menghampiri Sandrah, cewek itu pun menepuk bahu Sandrah sambil ngos-ngosan. "Sorry, gue lambat," Ucap Shasha sambil membungkukan badannya karna capek berlari.

DARREN ; on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang