Mereka memutuskan untuk makan di dekat taman kota. Siang panas seperti ini, memang cocok banget kalau disuguhkan dengan minuman segar. Jadi mereka memutuskan untuk memesan es campur.
"Gak pake kacang merah, kan?" Tanya Stiven pada Darren. Darren mengangguk sambil membenarkan rambutnya yang sedikit basah karna keringat.
"Kak Darren gak suka makan kacang merah?" Sarah yang tak sengaja mendengar jawaban dari Darren tadi langsung bertanya mengenai itu dengan cukup hati-hati.
Bukannya Darren yang menjawab, Rangga malah menjawab pertanyaan dari Sarah. "Iya, katanya kacang merah kayak kotorannya cicak," Jawab Rangga yang mendapatkan lototan dan desisan kasar dari Darren.
"Luna juga gak suka sama kacang merah," Samber Bella sambil tertawa kecil. Luna yang menyadari kalau dia akan menjadi sasaran ejekan, langsung mendorong lengan Bella dengan kasar. Bermaksud menyuruh cewek itu untuk berhenti berbicara yang aneh-aneh.
Darren melirik sekilas. Ternyata bukan hanya dirinya yang aneh disini. Karna dinatara dirinya, Rangga, dan Stiven. Hanya dirinya yang tidak suka sama kacang merah.
Stiven langsung tertawa kecil. Begitu pun juga dengan Rangga. "Kenapa lo gak suka sama kacang merah?" Tanya Stiven lagi.
Lagi dan lagi, bukannya Luna yang menjawab, malah Bella yang menjawab. "Alasannya juga sama, katanya mirip kotorannya cicak. Padahal, ya, menurut gue kacang merah itu enak. Dia lembut,"
"Terus rada manis," Sambung Rangga dan Stiven.
Bella langsung menjetikkan jarinya, membenarkan ucapan Rangga dan Stiven, "Kan, itu yang gue maksud." Ucapnya yang mendadak jadi one brain cell sama Rangga dan Stiven.
"Ughh, menurut gue, kacang merah tuh gendut banget, terus baunya gak enak,"
"Rasanya hambar, warnanya kek merah jelek,"
"Sama ada putih-putih ditengahnya,"
Darren dan Luna sudah mendeskripsikan ketidaksukaan mereka pada kacang merah. Dan tanpa mereka sadari, mereka juga ikut-ikutan one brain cell. Seolah otak mereka saling berbicara saat itu. Saling nyambung satu sama lain.
Stiven, Rangga, Bella, Arga, Bastian, Shasha, Sarah, dan Sadrah hanya bisa mematung dalam diam. Tak menduga kalau Darren dan Luna akan menjadi kompak seperti ini.
"Kan, bener kata gua. Kacang merah tuh jelek," Ucap Darren yang sudah geli sendiri saat membayangkan topping utama dari es campur tersebut.
"Dia juga gak enak, rasanya hambar," Lanjut Luna yang ikut-ikutan menjelekkan kacang merah.
Sekarang mereka berdua terlihat seperti dua teman yang memiliki kesamaan.
Stiven dan Rangga saling melemparkan senyuman. Tak menduga kalau Darren akan berbicara banyak dengan cewek itu. Karna hampir setiap hari, Darren selalu mengeluh karna dia terus bertemu dengan Luna dimana pun. Sampai-sampai, Rangga dan Stiven sudah hafal nama Luna diluar kepala mereka.
"Cocok, nih," Batin Stiven tertawa sambil menggeleng.
"Jadian, sih, ini," Tebak Bella yang ikutan tertawa kecil.
~
"Lo lagi di Taman Kota, kan?"
Luna mengangguk samar sambil membenarkan posisi duduknya. Louis dengan tiba-tiba menelfonnya beberapa detik yang lalu. Bersamaan dengan es campur miliknya datang. "Iya, gue masih mau latihan. Pulang jam tujuh keknya," Jawab Luna melapor.
"Bukan itu yang gue tanya. Gue tanya, lo masih di Taman Kota, gak?"
"Iyaaa! Kenapa? Lo nyuruh gue pulang?" Melas Luna yang sudah sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARREN ; on going
Teen FictionSosok Darren Christopher Pratama di mata orang itu... "Kak Darren itu ganteng." "Darren, yaaa.... Orangnya pinter, berprestasi." "Lumayan irit bicara, lebih banyak mingkem daripada bicara." "Rival gue, karna dia pinter." Sosok Darren selalu dikagumi...