13 : Sumpahan Ver. 2

37 16 1
                                    

Luna membanting tasnya, membuat Bella yang sedang santai meminum susu botol langsung terpekik kaget. "Astaga, kaget," Gumam Bella lalu menutup kembali susu botol dingin tersebut. "Apa, sih? Masih pagi juga," Lanjut Bella menggerutu kesal.

"That piece shit dirt and any another birds in hell," Luna suah bergumam dan kelaur misuhan yang membuat Bella kaget dalam diam.

"Astaga, Bahasa Inggris lu bagus, anjir." Heboh Bella.

Luna menoleh kasar. "Kak Darren, anjingggg!!!"

~

Berulang kali Darren memperbaiki posisi kertas yang ia pegang. Sangat merepotkan kalau kertas itu akan jatuh ke lantai dan membuat kerjaannya tambah banyak.

Sekarang ini Darren ingin pergi ke ruang osis, mengurusi beberapa berkas sekolah dan bekas murid yang sudah tak terpakai. Rangga dan Stiven sedang sibuk dengan persiapan lomba di lapangan.

Dubrak!

Terdengar suara ringisan dair bawah. "Aduh," Ringis Luna mengusap pinggulnya.

Darren menghela nafas sesaat, lalu dia mengulurkan tangannya kearah Luna. Dirinya bermaksud untuk membantu cewek itu berdiri.

Luna memegang erat tangan Darren dan berdiri. Dia mengibaskan rok belakangnya smabil bergumam kesal. "Kenapa sih nabrak?!" Tegur Luna mengomel. Darren diam tidak menghiraukan. Darren mengulurkan tangan Luna dan memberikan setumpuk kertas di tangan Luna, "E-eh apa, nih?!" Ucapnya heran.

"Ikut gue," Ucap Darren dengan wajah datar.

Luna keluar kelas bermaksud untuk pergi ke gudang dan mengambil bola basket, namun sekarang dia menjadi babu dadakan.

Luna mengikuti Darren dari belakang, dia bingung mau dibawa kemana oleh cowok itu.

"Ini mau kemana, sih?!" Seru Luna.

Darren diam.

"Der, gue ngomong, lho. Gue ngomong ama lo." Serunya lagi karna tak mendapatkan jawaban dari Darren. "Lo bener-bener, ya, gue kutuk lo jadi batu." Lanjut Luna kesal.

"Diem, lo bukan Ibu gue, dan gue bukan Malin Kundang. Jadi lo gak usah sok-sok mau ngutuk gue jadi batu. Mendingan lo diem, jangan cerewet, karna gue capek dengernya." Celutuk Darren panjang.

"Der, lo bener-bener, deh, ya. Gue bener-bener kesel, bener-bener marah, dan bener-bener-"

"Masuk," Potong Darren.

Luna menatap pintu di depannya, "Ohh, perpus." Ucap Luna mengangguk pelan.

Mereka berdua pun masuk ke dalam perpustakaan bagian belakang.

"Ini mau taro dimana?" Tanya gadis itu.

Darren mengangkat dagunya, "Meja."

Luna meletakkan setumpuk kertas itu diatas meja kayu, "Lo emang sesibuk ini di sekolah?" Tanya Luna.

"As you can see." Jawab Darren tanpa menolehkan kepalanya.

"Gila, sih, emang rajin banget. Gua kalau jadi lo pasti udah kewalahan."

"Itu lo, bukan gue." Ketus Darren yang mendapatkan decakan kesal dari Luna. Luna memutar bola matanya malas, malas akan ucapan Darren yang menyindir. Luna yang merasa tidak enak, akhirnya berinisiatif untuk membantu Darren membereskan setumpukan berkas osis yang sudah tidak dipakai lagi.

"Ngapain?" Tanya Darren tanpa memalingkan kepalanya.

"Menurut lo?" Balas Lua ikutan ketus.

Darren berdecak pelan, dia mengambil kertas yang Luna pegang. "Gak usah, lo keluar aja, biar gue yang urus." Usir Darren.

DARREN ; on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang