Lantunan lagu dari band favoritnya Armada mengalun melalui headset yang terpasang di telinganya. Harusnya ia yang di sana mendampingi Mario di pelaminan, tersenyum sambil mengenakan baju bodo khas Sulawesi Selatan. Dengan mata terpejam, Dahlia membayangkan wajahnya dipulas oleh tatarias gemerlap, tidak lupa di sekitar wajahnya digambar motif dadasa yang menyerupai bunga teratai. Rambutnya akan disanggul sedemikian rupa, dan dihias dengan mahkota atau aneka aksesoris sehingga menyerupai keanggunan burung merak. Sayang sekali, bukan Dahlia yang duduk di atas pelaminan, di samping Mario, kekasihnya. Ah, salah mantan kekasihnya.
"Harusnya aku yang di sana, dampingimu, bukan dia." Suara sang vokalis Armada yang khas, makin mengaduk-aduk perasaannya.
Harusnya Dahlia yang menikah dengan Mario, bukan Puang Andi Elisa apalah-apalah itu.
Gadis itu memandang ponsel terbaru miliknya, hadiah dari mantannya sewaktu mereka masih menjadi sepasang kekasih. Ingin rasanya Dahlia menyingkirkan gawainya jauh-jauh, tetapi ia tidak memiliki cukup uang untuk membeli yang baru, apalagi yang sebagus ini. Makanya walaupun menatap benda di tangannya ini membuat hatinya sakit, gadis itu tetap mempertahankan ponselnya.
Barang yang ia bawa ke Surabaya tidak banyak, hanya satu koper besar dan satu koper kabin. Toh, ia akan menumpang di indekos Sandra sampai ia bisa mandiri dan menemukan tempat yang lebih murah, serta terjangkau dengan gajinya.
Sandra, sepupunya menawarkan pekerjaan di saat yang tepat. Ketika ia patah hati dan ingin melarikan diri dari kota yang setiap sudutnya mengingatkan kisah cintanya dengan Mario. Kekasihnya yang mencampakkannya begitu saja, seperti seonggok sampah.
"Aduh," pekiknya ketika sengatan rasa dingin dan basah menyapa kulit putihnya.
"Ah, maaf." Lelaki di hadapannya terlihat sama-sama terkejut dan meminta maaf.
Entah siapa yang salah. Apa Dahlia yang menabrak lelaki itu, atau lelaki itu yang teledor dan menabraknya. Yang jelas gadis itu kesal setengah mati. Baju putihnya basah dan bernoda kecoklatan, terkena sesuatu yang baunya seperti es kopi kekinian.
"Maaf, Mbak. Aduh, bajunya basah. Sebentar saya carikan tisu," kata lelaki tersebut yang berbalik menuju konter minuman untuk meminta segepok tisu pada pelayan.
Dengan putus asa, gadis itu berusaha melakukan perbuatan sia-sia dengan menepuk cairan kecoklatan yang sudah terlanjur terserap di kaos lengan panjangnya.
"Sudah, Mas. Nggak apa-apa, saya coba bersihkan di toilet dulu." Dahlia berbalik dengan cepat meninggalkan lelaki itu untuk menuju ke toilet terdekat. Ia harus melihat seberapa parah noda tersebut di depan kaca.
"Mbak, please, saya ganti bajunya ya. Saya belikan yang baru biar Mbak nggak pakai baju basah." Lelaki berkacamata hitam itu berkata lagi.
Dahlia menggeleng dan mengucapkan terima kasih, seraya berjalan meninggalkan lelaki tersebut dengan langkah-langkah cepat. Dalam hati, ia meratapi nasib buruknya yang membuat baju bagusnya harus tersiram es kopi.
*
Di toilet, ia memandangi noda kecoklatan yang menyebar di bagian dada dan lengan sebelah kanan kausnya. Dalam hati, ia berdoa agar noda tersebut bisa hilang dengan direndam. Sementara itu yang bisa ia lakukan hanyalah mengganti pakaiannya dengan yang lain dari dalam koper kabinnya. Ia mengeluarkan waffle shirt berwarna lavendel dari kopernya dan bergegas berganti pakaian di toilet.Setelah mengecek kerapian penampilan dan riasannya, Dahlia segera melangkahkan kaki jenjangnya yang dibalut flat shoes bermotif bunga menuju ruang tunggu. Baru saja ia melangkah, ketika bahunya ditepuk oleh seseorang.
"Mbak, ini mohon diterima sebagai permintaan maaf saya." Lelaki itu menyodorkan sebuah paper bag berlogo orang yang sedang menunggang kuda. "Maaf ya, Mbak."
Dahlia bertatapan langsung dengan mata teduh lelaki itu, yang membiusnya sehingga ia lupa bereaksi. Gadis itu nyaris saja menggeleng, tetapi sesuatu di mata lelaki itu membuatnya menggangguk.
"Ini isinya cuma baju, kan, Mas? Bukan narkoba?" Dahlia bertanya sambil mengangkat alis.
Lelaki itu tertawa dan matanya menyipit menjadi segaris, khas pria oriental. "Enggak, Mbak. Mbak, boleh cek deh." Ia tersenyum lebar. "Nama saya, Segara. Mbak siapa?" Lelaki itu mengulurkan tangan padanya.
"Saya Dahlia," kata gadis itu seraya menjabat tangan lelaki di hadapannya.
*
Holaaa,
Posting cerita baru lagi wkakakkaka.... Ini hasil perbaikannya cerita sebelah ya. Setelah melalui perombakan konflik di sana sini, akhirnya diketik ulang. Semoga suka.
Doakan bisa selesai dan lekas dipinang. Aamiin.
Oiyaaa, Thank You, Erina! Udah dipinang. Masuk tahap editing, semoga cepat selesai dan bisa segera dipeluk. Aamiin.
Love,
Kanaya Aprilia.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAY WITH FIRE (Tayang Di CABACA)
ChickLitSudah Terbit di CABACA. Tayang setiap hari senin. Beberapa part sudah dihapus untuk keperluan penerbitan. #1 Indonesia 21/06/2021 #1 Kota 04/09/2021 #11 metropopindonesia 11/06/2021 Start maret 2021 - may 2021 Hidup adalah pilihan. Bahkan untuk Dahl...