Sembilan belas

50 5 27
                                    

Sheban membanting tubuh nya diatas kasur.

Bibirnya terangkat, membentuk seulas senyum dikala mengingat sosok gadis itu.

Gadis itu adalah .... Agatha. Gadis yang beberapa jam lalu baru saja bersamanya untuk menikmati waktu dimalam hari.

Entah kenapa, disaat berada di samping gadis itu, ia merasa sangat nyaman, seolah semua beban yang ia rasakan sirna begitu saja.

Hatinya pun terasa menghangat.

Ada desiran aneh, yang entah ia pun susah untuk mendeskripsikan nya.

Drrtt ...

Dering ponsel membuyarkan lamunan Sheban.

Disana tertera nama Laras, dengan malas Sheban mengangkatnya.

"Bas, tolong jemput gue, gue ada di cafe melati."

Sheban masih diam mendengarkan, tak berniat untuk menyahuti.

"Bas .."

"Ada supir."

Terdengar rengekan dari sebrang sana.

"Supir gue kalau malem gak nugas. Gue takut pulang naik taksi nya!"

"Ck ... Nyusahin!" Setelah itu Sheban mematikan sambungan telfon nya dan meraih kunci motor untuk menuju dimana gadis itu berada.

°°°°

Alsan menenteng dua plastik belanjaan milik Agatha dengan kesusahan. Disaat dirinya sedang repot membawa barang belanjaan milik gadis itu, Agatha justru enak-enakan menggendong kucing oren yang mereka temukan di depan ruko kosong. 

Malam ini, mereka pergi ke minimarket dengan berjalan kaki.

Memang, sepulang pergi dengan Sheban, gadis itu langsung menghampiri rumah Alsan untuk menemani nya berbelanja membeli beberapa bahan masakan.

Karena tak tega, jadilah Alsan menemani gadis medusa itu, ya meskipun awalnya ia tak mau

"Al, kasian ya kucing nya, dia kurus banget. Gak jauh beda sama lo."

"Gak tau terima kasih ya lo!"

"Sstt ... Lo jangan berisik! Nih liat .... dia tidur." Agatha menunjukan kucing yang berada di gendongan nya pada Alsan.

"Mau gue adopsi aja ah .. Itung-itung buat temen gue dirumah." Agatha mengelus lembut bulu kucing oren itu.

"Kasih nama dong, Ta!"

"Ah iya, gue harus kasih nama," jawab Agatha antusias.

"Al, kira-kira nama yang cocok buat si mpus siapa, ya?" sejenak, Agatha tampak berfikir.

"Rakun aja, Ta!" celetuk Alsan.

"Eh bego! Ini kucing napa lo kasih nama Rakun." Sontak Agatha mencubit pinggang Alsan.

"Eh ... Tapi boleh juga tuh, yaudah deh gue kasih nama Rakun aja!" ujar nya sambil terkikik.

"Dakjal memang!"

Alsan dibuat jengkel sendiri dengan tingkah gadis itu, ingin sekali ia masukan Agatha ke dalam got samping rumah nya.

Langkah Agatha tiba-tiba memelan, sementara Alsan terus saja mendumel di belakang gadis itu.

That TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang