Sembilan

128 12 26
                                    

Brakk...

Kerasnya suara pintu yang berhantaman dengan tembok telah sukses membuat keadaan kelas yang tadinya ricuh menjadi hening seketika.

"Kalian tau kagak?" tanya seseorang dengan suara keras yang kembali sukses membuat seluruh pasang mata mengarah padanya.

"Sekarang jamkos yuhuuuu. Ibu Nani berhalangan hadir," lanjutnya dengan semangat empat lima.

Ya, tadi yang membuka pintu dengan kencang ternyata Farhan, laki-laki jangkung yang sekarang menjabat sebagai ketua kelas. Iya, ketua kelas sekaligus sang pembuat onar.

Keadaan kelas pun kembali dibuat ricuh. Sorak sorai terdengar jelas dari para penghuni kelas 10 IPS 2.

Diantara mereka ada yang mengadakan konser dadakan, ada yang bergerombol hanya untuk bergosip ria, dan ada juga sebagian anak laki-laki yang bergerombol di pojokan hanya untuk menonton film. Entahlah itu film apa.

Tak lain hal nya dengan Alsan dan Satria sekarang. Kedua mahluk itu malah sedang asik memainkan permainan SOS yang berbahan dasarkan buku tulis milik Alsan.

Alsan tak henti-henti nya menggerutu kesal akibat kekalahan nya yang terus menerus.

Memang, cowo itu tak terlalu lihai dalam permainan tradisional. Jika disuruh memilih, permainan congklak atau SOS, Alsan dengan cepat akan menjawab congklak. Alasanya cukup simple. Cowo itu bilang, jika congklak tidak terlalu menguras pikiran berbeda dengan SOS. Aneh memang.

Alsan itu salah satu spesies yang sangat malas untuk berpikir.

Namun gara-gara Satria yang terus saja memaksa nya untuk berduel dalam memainkan permainan itu, jadilah Alsan menerima ajakan cowo itu. Ya meskipun itu dengan sangat terpaksa.

Cowo itu hanya takut Satria akan meledek nya habis-habisan.

Diajak tanding SOS aja Alsan tak berani? Mau ditaruh dimana muka dia nanti.

Jika Alsan dan Satria asik memainkan SOS, berbeda dengan Agatha, gadis itu justru duduk lesuh di bangku nya dengan kepala ia sandarkan di lipatan tangannya.

Agatha merasa dirinya sangat mengantuk. Dan kebetulan sekali, sekarang adalah jam kosong.

Lebih baik waktunya Agatha gunakan untuk tidur sampai bel pulang berbunyi.

Gadis itu kemudian memejamkan matanya, berharap bisa menghilangkan rasa ngantuk nya yang mulai menyerang.

Namun bukannya tertidur, gadis itu justru merasa terganggu dengan kebisingan yang terjadi disekitarnya.

Terlebih sekarang Echa sedang tertawa cekikikan akibat melihat wajah Alsan yang sudah di penuhi oleh bedak tabur akibat kekalahan nya memainkan permainan SOS.

Yang Agatha butuh sekarang adalah ketenangan dan bisa tidur nyenyak.

Tiba-tiba suatu tempat terlintas di otak nya.

Perpustakaan.

Ya! Dia rasa itu tempat yang tepat untuk ia kunjungi sekarang.

Agatha lalu beranjak dari duduknya, sebelum nya gadis itu menoleh ke arah Echa yang masih tertawa cekikikan.

"Ca," panggilnya.

Echa menoleh. "Iya kenapa, Ta?"

"Gue ke perpus dulu ya, nanti kalau misal pulang, telfon gue aja," ujar Agatha.

"Oke."

"Eh tapi tunggu dulu, lo ke perpus ngapain?" tanya Echa lagi.

"Gue mau tidur bentar, habis disini berisik banget."

That TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang