Delapan Belas

53 7 46
                                    

Bel tanda pelajaran berakhir berbunyi nyaring. Serentak anak-anak langsung membereskan peralatan menulisnya lalu bangkit dari kursi dan berhamburan keluar jelas, menyebabkan suasana saat itu menjadi ribut oleh decitan kursi dengan lantai.

Agatha berdiri di dekat gerbang menunggu seseorang. Kalian juga pasti tau siapa orang yang sedang Agatha tunggu. Ya! Dia Sheban.

Gadis itu menggigit bibir bawah nya ketika melihat Sheban mendekat ke arah nya.

Sekilas ia melirik ketiga teman nya.

Sungguh-sungguh sekarang Agatha ingin sekali menimpuk wajah ketiga teman nya yang sedang menggoda dirinya dari balik pos satpam.

Disana ia dapat melihat Satria mengacungkan kedua jempol nya diikuti kedua teman nya yang senyum-senyum menggoda.

"Naik!" ajak Sheban yang sudah nagkring diatas motor sport hitam nya.

Agatha mengangguk dua kali.

Ia segera bersiap naik keatas motor milik Sheban.

Melihat Agatha sudah duduk, Sejurus kemudia Sheban menjalankan motornya membelah jalanan kota.

Dijalan hanya ada keheningan di kedua nya.

Sesekali Sheban melirik gadis itu dari helm full face nya lewat kaca spion.

Ia tersenyum tipis disaat melihat Agatha memejamkan matanya, terlihat gadis itu sedang menikmati angin sore yang menerpa wajahnya.

Lalu Sheban menghentikan motor nya di penjual bunga.

Sebenarnya Agatha cukup penasaran, tapi ia belum cukup nyali untuk sekedar bertanya.

Dirasa sudah mendapatkan yang ia butuhkan, Sheban melanjutkan perjalanan nya.

Agatha cukup bingung ketika Sheban malah berhenti di sebuah pemakaman umum.

"Ayo," ajak nya.

"Kita emang mau kemana, Kak?" gadis itu hanya mengekor di belakang Sheban.

"Ngunjungin nyokap," jawab pria itu jujur.

Agatha sempat kaget beberapa saat.

Ternyata nyokap nya Kak Sheban juga udah gak ada--batin Agatha.

Langkah mereka terhenti pada sebuah nisan yang terlihat sangat terawat.

"Makam nyokap gue," tutur Sheban. Agatha melihat nisan yang terpampang disana tertulis nama Reva.

Sheban jongkok di samping nisan itu.

"Sheban bawain mawar ungu buat bunda," ujar nya.

Ia lalu meletakan beberapa tangkai mawar disana.

Agatha cukup tertegun mendengar ucapan Sheban yang lumayan panjang.

Membuat kedua sudut bibir nya berkedut naik.

Agatha lalu menghampiri cowo itu.

"Nyokap gue juga sama udah gak ada."

Sekilas Sheban menoleh dikala mendengar penuturan Agatha.

"Lo hebat."

"Maksud nya?"

"Lo hebat karna orang lain belum tentu kuat kaya lo!"

Agatha tertegun untuk yang kedua kalinya.

Perlahan-lahan membuat hati Agatha menghangat.

"Lo juga sama, malah lebih hebat dari gue ...."

That TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang