Dua Puluh Satu

37 4 20
                                    

Alsan berjalan santai seorang diri, sesekali mulut nya mengeluarkan siulan kecil.

Cowo itu berniat akan ke toilet untuk mencuci wajah nya setelah di tegur guru sejarah nya karena ia tertidur di saat jam pelajaran berlangsung.

Meski begitu, ia masih beruntung karna tidak di beri hukuman, melainkan cuma disuruh untuk mencuci wajah nya, berharap bisa mengusir rasa ngantuk yang tengah mendera nya.

Ditengah perjalanan, Alsan melihat Laras dengan dua teman nya dari arah berlawanan.

Menyadari keberadaan nya, gadis itu memelankan langkah nya ketika akan berpapasan dengan cowo itu.

"Mau kemana, de? Gak belajar?" tanya Laras sopan.

Alsan memandang Laras sinis. Ia tak menjawab ucapan gadis itu.

Pandangan nya berpindah pada dua sosok gadis disamping Laras yang terlihat kalem, berbeda dengan gadis itu yang di matanya sudah seperti nenek lampir.

Ditambah setelah mendengar penuturan Echa dan Satria ketika insiden di kantin tadi, tentu hal itu sukses membuat nama Laras sudah di cap sangat jelek di mata Alsan.

"Bukan urusan lo!" kata Alsan ketus.

Ia lalu segera melanjutkan langkah nya menuju ke toilet.

Laras berbalik, menatap punggung Alsan yang mulai menjauh.

Perlahan, senyum sinis tercetak dibibirnya.

Liat aja nanti--batin nya.

°°°°

Sheban men-drible bolanya dengan gerakan pelan. Rambut dan kaos hitam nya pun sudah basah oleh keringat.

Sekarang ia tengah bermain basket bersama teman-teman kelas nya.

Meskipun sebagian teman nya sudah kelelahan dan memilih untuk beristirahat di pinggir lapangan, tapi Sheban tetap melanjutkan aktivitas nya.

"Bas, udahan dulu napa. Tuh liat, para betina sampe melotot gitu liatin lo!" teriak Jeno, laki-laki yang memiliki kulit sawo matang itu.

Sheban masih terus memantul-mantulkan bola nya tanpa memperdulikan panggilan Jeno.

Ia juga tau jika dirinya sedari awal memang menjadi pusat perhatian, namun Sheban tak terlalu memperdulikan hal itu.

Melihat panggilan Jeno diabaikan oleh Sheban, lantas membuat Riko yang tak lain adalah teman satu kelas mereka tertawa.

"Aduh ... Nyesek aku tuh," ujar nya. Jeno mendelik kesal kearah Riko yang masih mengejek nya.

"Si Jeno mah udah biasa di kacangin, ya gak, Jen," timpal Isal.

Sejurus kemudian, Jeno langsung menggeplak kepala mereka berdua menggunakan botol minum milik nya.

"Lo kira pala gue ini beton apa hah!" sewot Riko.

"Ia idih ... Si Jeno baperan."

Keberuntungan sedang berpihak pada Isal, sebelum Jeno mendarat kan botol minum pada kepala nya, cowo itu lebih dulu bangun dan menghindar. Alhasil, ia selamat dari amukan Jeno.

"Makan nya yang sopan sama majikan!" ucap Jeno. Sedangkan Riko dan Isal menunjukan raut ingin muntah nya ketika Jeno menyebut diri nya sebagai majikan.

That TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang