Enam

116 15 43
                                    

"Bas, habis pulang sekolah jangan lupa ada rapat," ujar Rival, memperingati. Laki-laki yang di panggil dengan sebutan 'Bas' itupun menoleh. Setelah mengangguk sebagai jawaban, pria itu pun kembali di fokuskan pada sebuah komik yang ada di hadapanya.

Ya, laki-laki itu ternyata Bastian Sheban.

Memang, hampir seluruh teman se angkatanya terbiasa memanggilnya dengan sebutan 'Bas'.

"Yaudah, gue duluan kekantin."

"Iya."

Setelah Rival pergi, Sheban kemudian mengedarkan pandangan nya.

Sepi.

Melihat kelasnya yang sudah kosong, Sheban menutup komik miliknya. Sekarang tenggorokanya terasa sangat kering. Jadi, dia berinisiatif untuk pergi ke kantin.

Sheban berdiri didepan pintu yang langsung mengarah ke kantin, sangat sesak. Kemudian cowo itu lebih memilih untuk menghampiri meja tempat dimana Rival duduk.

Terlihat cowo itu sedang makan.

Sampai didepan meja, Sheban langsung mendudukan diri di kursi sebelah Rival yang memang kosong.

Fokus Rival kini teralihkan pada kursi disamping nya. Ternyata Sheban yang datang.

"Gue kira lo ngga kesini," ujar Rival disela-sela kunyahan nya.

Sheban mengedarkan pandangannya. Dia tak menggubris ucapan Rival, Sheban berniat memanggil seorang pelayan kantin untuk memesan makanan.

Namun, netra nya justru berhenti pada sosok gadis yang juga sedang melihat ke arahnya. Menyebabkan netra mereka saling beradu satu sama lain.

Sheban sempat terpaku untuk beberapa detik. Ya, ketika dia melihat mata dan wajah gadis itu seakan mengingatkannya pada seseorang.

Seseorang yang sangat ia sayangi, bahkan yang sangat Sheban inginkan kembali kehadirannya.

Gadis bernetra cokelat itu...sudah berhasil menghipnotis nya. Tatapan matanya yang teduh, mempunyai daya tarik tersendiri untuk Sheban.

Hingga akhirnya sebuah suara telah menyadarkannya.

"Bas, malah bengong. Liatin apa sih?" tanya Rival sambil mengikuti arah pandang Sheban.

"Gak ada," jawabnya.

"Lo jadi makan ngga? Kalau jadi gue tungguin. Kalau engga kita cabut."

Lantas Sheban menggelengkan kepalanya. Entah mengapa semenjak kejadian tadi, seakan nafsu makannya hilang begitu saja.

Rupanya, sosok gadis itu sudah berhasil masuk dalam pikirannya. Berhasil mengusik luka lama yang sudah ia pendam rapat-rapat.

"Yaudah buruan ke kelas," ajak Rival yang langsung diikuti oleh Sheban.

°°°°

Agatha tersentak kaget ketika Alsan menarik rambutnya pelan.

"Apaan sih!" ujar Agatha tak santai.

"Liatin apa lo sampe bengong gitu."

"Bukan urusan lo, orang mata-mata gue kok," sewot Agatha.

Berbeda dengan Alsan, Echa justru menampilkan senyum penuh artinya pada gadis itu. Karna sedari tadi Echa telah memperhatikan gerak-gerik Agatha.

"Gue tau Agatha liatin apa, Al."

Ucapan Echa berhasil membuat Agatha kelabakan.

That TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang