Dua Puluh Dua

42 3 10
                                    

Sheban mengendarai motor nya dengan kecepatan standar, ia sengaja, karena ingin menikmati waktu bersama Agatha lebih lama.

Agatha terlihat tak nyaman berada di boncengan cowo itu, semenjak dirinya di klaim milik Sheban beberapa jam lalu, ia jadi merasa canggung. Ah ... Tidak, lebih tepat nya grogi.

Sheban meraih tangan Agatha, lalu meletakan nya di pinggang nya.

"Pegangan," ucap nya.

Agatha terkejut, tapi ia tak menolak. Kini kedua tangan Agatha sudah melingkar indah di pinggang Sheban.

Melihat kedua tangan gadis itu melingkar sempurna di pinggang nya, membuat Sheban menarik kedua ujung bibirnya.

Sesekali tangan nya mengusap lembut punggung tangan Agatha.

Merasakan usapan lembut itu, membuat pipi Agatha memanas.

Untung sekarang Sheban tak melihat rona itu, jika ia .... maka cowo itu akan menggoda nya lagi.

Motor Sheban berhenti di halaman rumah Agatha.

Melihat Agatha sudah turun, ia melepaskan helm full face nya.

"Makasih," ucap Agatha, Sheban mengangguk, lalu tangan nya terulur untuk mengelus puncak kepala gadis itu.

"Aku pulang, night my girl." Setelah itu, Sheban kembali melajukan motornya.

Sedetik kemudian, Agatha menampar pipinya cukup keras.

Plakk ..

"Aww ... Sakit ternyata, berarti gue gak mimpi sekarang," monolog nya.

"Ja-jadi sekarang gue bener udah jadian?"

°°°°

Selesai melaksanakan sholat subuh, Agatha bergegas ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

Gadis itu sibuk berkutat dengan kompor dan alat-alat dapur lainnya.

Meski luka di tangannya belum sepenuh nya mengering, tapi itu tak masalah bagi Agatha.

Lagian, kemarin ia sudah melepas perban dan menggantikan nya dengan plester bergambar panda untuk membalut lukanya.

Dirasa sudah cukup matang, ia mencicipi hasil masakannya.

"Oke, udah pas."

Sup buatannya sudah matang, gadis itu dengan hati-hati menuangkan masakan nya ke dalam mangkuk.

Dirasa sudah beres semua, Agatha menghampiri kamar papah nya.

Tok tok tok

"Pah? Udah bangun belum?"

"Udah, Ta. Tunggu aja di meja makan, bentar lagi papah kesana," sahut Gevan dari dalam kamar.

"Yaudah aku tunggu ya!"

Sambil menunggu Gevan datang, Agatha menuangkan nasi ke dalam piring.

"Wah .. Masak apa nih? Tumben banget kamu, Ta." Gevan datang, lalu duduk di kursi yang berada di seberang Agatha.

"Lagi pengen aja kok, pah," jawab nya. Ia masih sibuk mengambilkan Gevan nasi beserta lauk pauk nya.

Agatha menyodorkan piring nya ke Gevan.

"Aku masak sup daging hari ini."

Gevan menyendokan satu suapan ke mulutnya.

"Wah enak, udah lama juga ya papah gak makan sup buatan kamu," ungkap nya berbinar.

That TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang