Dua Puluh

54 5 10
                                    

Prankk ....

Semua mata langsung mengarah pada gadis yang sekarang tersungkur. Nampan yang tadi ia bawa pun jatuh beserta bakso yang sekarang sudah tumpah berceceran.

Alsan langsung menaruh nampan bawaannya, sejurus kemudian cowo itu segera menolong Agatha yang masih terlihat syok.

"Ta, are you okay?"

"Gue gapapa, Al." Agatha bangun, tentu di bantu dengan Alsan.

Melihat kedua teman nya sedang dalam masalah, Satria dan Echa pun segera menghampiri keduanya.

"Jalan liat-liat bisa gak!" sewot Laras. Gadis itu bersedekap angkuh, memandang Agatha sinis.

Wajah Alsan memerah, jika saja gadis di hadapannya bukan perempuan, sudah di pastikan sekarang juga Alsan sudah membuat nya babak belur.

"Lo yang harus nya liat-liat!" bentak Echa. Ia pun ikut membantu Agatha membersihkan bagian rok nya yang terkena kuah bakso.

Jelas Echa tak terima, karna ia sendiri melihat dengan jelas jika Laras, si kakak kelasnya itu dengan sengaja menyenggol lengan Agatha hingga membuat gadis itu jatuh. 

"Gue gak salah!" belanya.

"Makanya punya mata di pake!" lanjutnya lagi.

"Mata lo yang harus nya di pake! Katarak ya lo, sampe-sampe ada orang malah lo tabrak!" timpal Echa yang sudah naik pitam. 

Laras menggeram kesal setelah mendengar ucapan gadis itu.

Lalu ia berdecih ketika melihat wajah Agatha yang sok merasa menjadi korban. 

Lemah!-- batin Laras.

Gadis itu .... Laras ingin sekali menyingkirkannya dari kehidupan Sheban.

Karena ia tau bagaimana cara Sheban menatap dan memperlakukan nya. Dan yang paling membuat rasa ingin menyingkirkan Agatha semakin besar ialah arti tatapan Sheban pada gadis itu.

"Udah Cha, gue gapapa kok."

Melihat kerumunan yang semakin banyak, Laras langsung pergi meninggalkan kantin dengan tangan terkepal kuat.

"Astaga! Tangan lo merah banget, ini pasti kena kuah bakso," panik Echa, ia meringis ngilu ketika melihat tangan Agatha yang sedikit melepuh.

"Ayo kita ke UKS."

"Sekarang aja lo bawa Agatha ke UKS, biar gue sama Alsan yang beresin pecahan mangkuknya."

"Iya, cepet obatin biar lukanya gak makin parah," sambung Alsan.

Setelah itu, Echa langsung membawa Agatha ke UKS untuk mengobati luka di tangannya.

°°°°

Agatha meringis kecil disaat Echa mengoleskan salep di bagian tangan nya yang melepuh.

"Pelan-pelan ya, Cha."

"Iya, iya. Gue padahal udah selembut kapas ini ngolesinnya," jawab Echa yang masih fokus mengoleskan salep.

"Ya ampun, tangan lo juga berdarah ... Ini pasti kena pecahan mangkuk tadi," oceh nya.

Selesai mengobati tangan Agatha yang melepuh, gadis itu beralih mengobati tangan gadis itu yang berdarah.

"Luka biasa, lagian tadi gue gak kerasa sakitnya," tutur Agatha.

Echa hanya mendengus kesal, bagaimana sahabatnya itu mengatakan jika luka yang ia alami hanya luka biasa, sedangkan yang ia lihat luka itu cukup menganga lebar.

That TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang