Tiga Belas

52 6 22
                                    

Selesai mendapat pidato panjang lebar dari Bu Intan, disinilah mereka bertiga berkahir. Berdiri di tengah lapangan dengan tangan hormat menghadap sang merah putih.

Tak dapat dihindari, terik matahari langsung menyorot kulit mereka bertiga.

"Buset.. Panas banget. Gue berasa jadi ikan asin," keluh Satria, ngaco. Cowo itu mengibas-ibaskan seragam nya, berharap akan mengurangi sedikit rasa gerah yang menyerangnya.

Memang, sedari tadi Satria lah yang paling banyak mengeluh. Sedangkan disamping nya, Alsan lalu Farhan. Kedua cowo itu sedari tadi hanya memejamkan matanya erat-erat dengan badan tegak seperti patung pancoran.

Melihat tak ada respon dari kedua teman nya, Satria lantas menyenggol lengan Alsan cukup keras hingga membuat cowo itu terhuyung ke depan.

"Apaan sih lo, ganggu tau gak!" omel Alsan karna kegiatannya terganggu oleh ulah Satria begitupun dengan Farhan yang sekarang telah membuka mata nya.

"Alhamdulillah masih napas." Satria menengadahkan tangannya keatas, seolah-olah mengucap syukur.

Disampingnya, Alsan hanya memutar bola matanya malas.

Satria hanya takut Alsan mati gara-gara di jemur di terik matahari terlalu lama, seperti yang dialami hamster kepunyaan Giva--mama nya.

Hamster Giva mati setelah Satria jemur dibawa matahari, dan hal itu, tentu membuat Giva menangis histeris. Alhasil, semua fasilitas yang Satria punya ditahan selama dua hari lama nya.

Padahal niat nya baik, dengan menjemur, cowo itu berharap agar hamster kepunyaan mama nya cepet melar, sama hal nya dengan bayi yang baru lahir. Ada-ada saja, dasar Satria aneh!

Nah, jadi Satria pikir kedua cowo yang berdiri di samping nya akan mengalami hal yang sama. Pasalnya sudah hampir 10 menit Alsan hanya diam dengan posisi mata terpejam begitupun dengan Farhan yang berdiri di samping cowo itu.

"Emang, lo pada lagi ngapain sih," tanya nya kemudian.

"Gue lagi semedi. Yakali aja dapet ilham yekan, yekan." Jawaban yang dilontarkan Alsan membuat kening Satria berkerut heran.

"Maksud lo, Ilham si kelas sebelah itu? Jadi lo selama ini suka sama Ilham yang tukang ngutang itu? Astagfirullah ya Allah, gue gak nyangka temen gue selama ini ternyata belok," jawab Satria sambil geleng kepala tanda masih tak percaya jika Alsan ternyata menyukai sesama jenis.

Alsan yang geram pun langsung menendang tulang kering Satria hingga membuat cowo itu mengadu cukup keras.

"Kalau ngomong disaring dulu, mas. Enak aja lo ngatain gue belok."

"YANG GUE MAKSUD ILHAM ITU BUKAN ORANG WOY! TAPI ILHAM SEMACAM WAHYU, MENDAPATKAN WAHYU PAHAM GAK LO!" teriak Alsan tepat di telinga Satria.

Mendapat teriakan yang super duper kencang, Satria hanya memejamkan matanya erat-erat.

Setelah suara sangkakala Alsan meredah, barulah Satria membuka kedua matanya. Mulut cowo itu membentuk huruf O. "Jadi sekarang lo sukanya ganti sama si Wahyu?" tanya nya lagi dengan polos nya.

Alsan langsung mengusap wajah nya kasar. Tak habis pikir dengan pikiran Satria yang kelewat polos seperti kertas HVS.

"Disini, gue yang bodoh apa lo yang kelewat bego sih," ucap Alsan frustasi.

Tiba-tiba Farhan yang berdiri di samping Alsan heboh sendiri dengan tangan menunjuk-nunjuk ke arah koridor kelas 12.

"Heh, heh cepet liat. Noh, noh diatas ada kak Inez. Beuh ... Body nya anjir kek gitar Spanyol." Tangan cowo itu menirukan bentuk body Inez, si kakak kelas nyentrik di angkatannya dan terkenal sebagai tukang bully itu.

That TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang