Sepuluh

99 12 46
                                    

Alsan dan Agatha sekarang sudah berada di parkiran. Sewaktu Alsan menjemputnya di perpus tadi, Agatha meminta cowo itu untuk menemani nya mengunjungi makam sang mama. Tanpa rasa sungkan, Alsan pun mengiyakan ajakan gadis itu.

"Al, nanti kita berhenti dulu di penjual bunga," pinta Agatha. Gadis itu kemudian duduk diboncengan motor matic milik Alsan.

"Iya bawel."

Mendengar jawaban Alsan, senyum Agatha semakin merekah.

"Baik deh," pujinya dengan menepuk-nepuk pelan pundak cowo itu.

"Ada mau nya aja muji, dasar Agatha medusa," gerutu Alsan.

Agatha tak peduli dengan ucapan cowo dihadapanya, gadis itu justru asik mengotak-atik hp nya.

Alsan lalu menyerahkan helm nya yang biasa ia pakai.

"Nih pake." Agatha terlihat bingung ketika Alsan menyerahkan helm untuknya.

"Loh kok buat gue sih?" tanyanya.

"Iya, gue bawa helm cuma satu. Jadi lebih baik lo yang pake." Tanpa banyak bicara lagi, Alsan langsung memakaikan helm nya pada gadis itu.

Awalnya Agatha akan menolak, namun melihat sang helm sudah terpasang apik dikepalanya ditambah melihat kedua mata Alsan melotot, jadi gadis itu urungkan.

"Pegangan yang kenceng," ujar Alsan, memperingati.

"Modus lo," ucap Agatha, Alsan malah tertawa mendengar jawaban gadis di boncengan nya itu.

Lalu Alsan pun segera men-stater motor nya.

"Yukk mareeee.." ujar Agatha dan motor Alsan pun melaju meninggalkan area sekolah.

°°°°

Selesai membeli bunga, mereka berdua langsung menuju ke pemakaman. Setelah menempuh perjalanan sekitar 8menit dari penjual bunga, akhirnya mereka berdua telah sampai ditempat tujuan.

Agatha turun dari boncengan dan diikuti dengan Alsan. Gadis itu lebih dulu melangkah, tak sabar untuk cepat-cepat menyapa sang mama yang sudah berada di peristirahatan terakhirnya.

Langkah Agatha berhenti dihadapan nisan yang belakangan ini jarang sekali ia kunjungi.

Agatha menjongkokan badannya. Diusapnya nisan sang mama dengan pelan.

"Assalamualaikum, Ma," ucapnya. Senyum Agatha nampak senduh. Alsan yang baru datang langsung mengambil posisi di samping Agatha.

"Mama disana baik-baik aja kan. Tata kesini karna kangen banget sama mama," ujar Agatha masih dengan senyum yang sama.

Gadis itu kemudian mengeluarkan bunga yang ia beli bersama Alsan tadi.

"Aku juga bawain mama bunga. Mama suka sama tulip kan, kita punya banyak kesamaan ya hehe, Tata juga suka tulip." Bibir Agatha nampak bergetar. Mata gadis itu sudah berkaca-kaca, tak lama kemudian bulir-bulir bening telah meluncur bebas menyusuri pipi putihnya.

Namun sebisa mungkin Agatha menahan agar tak terisak dihadapan Alsan.

Alsan yang paham dengan keadaan Agatha hanya bisa mengelus lembut pundak gadis itu, berharap bisa menyalurkan sedikit ketenangan.

"Aku kangen mama, papah juga pasti kangen banget sama mama. Mama baik-baik disana ya."

Agatha meletakan beberapa bunga tulip diatas nisan Mira. "Aku sayang mama," lanjutnya.

Alsan hanya diam melihat pemandangan di hadapanya. Ia juga ikut merasakan apa yang Agatha rasakan.

Kehilangan seorang ibu memang sangat berat ralat kehilangan salah satu orang tua kita memang bukan hal mudah.

That TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang