A5%(R) : Chapter 12

285 44 33
                                    





Another 5% (Remake) : Chapter 12





Taeyong duduk di ranjangnya, di kegelapan malam sambil memegang ponselnya. Berkali-kali dia berusaha menghubungi Johnny, tetapi nomor hp kekasihnya itu tetap tidak aktif.

Apakah Johnny masih di rumah sakit? Bersama Rosé? Kenapa Johnny tidak menghubunginya?

Perasaan Taeyong terasa sedih, bergelayut dengan rasa kecewa yang mendalam, diliriknya jam dinding di kamarnya, sebentar lagi lewat dari jam dua belas malam. Ulang tahunnya akan berakhir, dan Johnny bahkan belum memberikan satupun ucapan selamat ulang tahun kepadanya.

Setetes air mata bergulir dari sudut mata Taeyong ketika dia membaringkan tubuhnya ke tempat tidur, meringkuk miring dalam posisi janin yang baru lahir dan memejuamkan matanya.




.





.






Ketukan di pintu flatnya membuat Taeyong membuka matanya. Ketukan itu terdengar bersemangat dan semakin lama semakin kencang, hingga sampai ke kamarnya.

Taeyong terduduk, berusaha mengumpulkan kesadarannya setelah terbangun dari tidurnya, dan kemudian mengernyitkan kening, kembali melirik ke arah jam dinding.

Masih pukul empat dini hari, siapa gerangan yang bertamu sepagi ini?

Dengan hati-hati Taeyong meraih sweater yang tersampir di kursi di sebelah ranjangnya dan memakainya untuk melapisi gaun tidurnya. Dia kemudian melangkah ke luar kamarnya, sambil menyalakan lampu-lampu ruangan karena keadaan masih gelap.

Ketika sampai di depan pintu, Taeyong tertegun ketika mendengarkan suara itu.

"Taeyong, sayang! Bukakan pintu, ini aku Johnny."

Tanpa pikir panjang, Taeyong langsung membuka pintunya, jemarinya sedikit gemetar ketika melakukannya.

Johnny datang!

Pintu pun terbuka, dan di ambang pintu berdiri Johnny dengan wajah sedih dan menyesal. Lelaki itu tampak kusut, seperti tidak tidur semalaman.

"Maafkan aku sayang." Suara Johnny begitu serak, lelaki itu melangkah maju, tampak ragu, tetapi kemudian karena tidak ada penolakan dari Taeyong, dia langsung bergerak dan merengkuh Taeyong ke dalam pelukannya, erat-erat sampai napas Taeyong terasa sesak.



.



.



Jaehyun duduk termenung di kegelapan, di ruang kerjanya yang luas dan dingin. Matanya hanya tertuju kepada satu titik.

Sebuah foto.

Foto mamanya, senyumnya lebar dan ceria. Ketika itu penyakitnya belum sampai merenggut senyum itu dari wajahnya.

Dahi Jaehyun mengerut. Kalau saja waktu itu Junmyeon memutuskan untuk menolong ibunya, apakah Jaehyun akan menjadi orang yang berbeda?

Seluruh dirinya dipenuhi oleh dendam, kebencian yang mendalam kepada kekuatan terang dan keinginan kuat untuk menghancurkannya. Mungkin kekuatan kegelapan telah mempengaruhinya, dan membuatnya begitu kejam, tetapi Jaehyun masih teringat rasa putus asanya ketika berlutut di depan Junmyeon dan memohon kepadanya demi nyawa mamanya, hanya untuk diabaikan.

Kekuatan terang bukanlah kekuatan kebaikan, tidak jika Junmyeon bahkan tega menolak permohonan seorang anak kecil - yang sangat mencintai mamanya - dan putus asa.

ANOTHER 5 % (REMAKE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang