Prolog : Home

40.1K 3.6K 399
                                    

"Berani-beraninya kau mengkhianatiku, bajingan!"

"Apa maksudmu!?"

"Kau!" Pria bertubuh mungil itu menarik kerah pakaian suaminya yang baru saja kembali dari kantor, "sudah berapa wanita yang kau tiduri, Johnny Seo!?"

Pria tinggi bernama Johnny itu membulatkan matanya. Ia mengeraskan rahang kemudian meraih kedua bahu istrinya dan meremasnya kuat hingga membuat sang istri berada dalam kendalinya.

"Aku tidak pernah meniduri siapapun terkecuali dirimu, Ten Lee!" Jawabnya meninggikan suara.

Ten, pria berambut hitam pendek itu mengerjapkan sepasang matanya yang berkaca-kaca. Ia menggeram kecil karena seluruh amarahnya naik ke kepala. Kedua tangan kurus itu mencoba menepis kedua tangan kekar suaminya tetapi nihil, yang ada dirinya semakin didorong ke dinding dan kedua bahunya ditekan semakin menempel pada permukaan kokoh tersebut.

"Katakan padaku, apa sebenarnya yang ada di kepalamu?"

Pria mungil itu meneteskan air matanya, "kau terlalu sibuk bekerja hingga kau melupakan keberadaan anak-anak di rumah."

"Kau pikir apa yang kau lakukan selama ini? Kau pun sama sibuknya denganku hingga kau meninggalkan anak kita bersama seorang pengasuh, apa kau pantas disebut seorang ibu?"

"A-aku, aku bekerja untuk anak-anakku! Aku ing-"

"Cukup aku yang bekerja, Ten! Sudah berapa ribu kali aku mengatakan hal itu!?"

"AKU TIDAK INGIN MENJADI IBU RUMAH TANGGA YANG HANYA MELAKUKAN TUGAS RUMAH! AKU LEBIH MEMILIH KARIRKU DARIPADA DIRIMU DAN ANAK-ANAK!"

Teriakan Ten membuat Johnny langsung melayangkan tamparan kencang ke wajah cantik tersebut. Ten terjatuh ke lantai dengan sepasang mata membukat dan tangan di atas pipinya yang merah. Tamparan itu adalah tamparan pertama yang Johnny berikan sejak mereka pertama kali bertemu sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah. Ten meneteskan air matanya sebelum berdiri lalu menatap nyalang ke arah sang suami.

"T-Ten... Sayang..." Johnny hendak meraih tangan istrinya tetapi Ten berbalik lalu naik ke lantai atas. Johnny menggeram kencang karena merasa menyesal telah menyakiti Ten tetapi mendengar perkataan Ten barusan membuatnya benar-benar marah.

Johnny dan Ten adalah sepasang suami istri super sibuk karena pekerjaan masing-masing. Johnny adalah seorang produser film dan Ten adalah seorang desainer ternama karena karya-karyanya yang unik. Mereka menikah lima tahun yang lalu setelah menjalin hubungan kurang lebih tiga tahun sebelumnya.

Mereka dikaruniai dua anak laki-laki yaitu Hendery anak sulung mereka yang baru berusia lima tahun dan Haechan anak bungsu mereka yang baru berusia empat tahun. Mereka berdua lebih sering menjalani kehidupan bersama pengasuh mereka karena kesibukan yang diterima oleh kedua orang tua. Mereka kurang diperhatikan oleh Johnny maupun Ten, bahkan Ten jarang sekali menemani anak-anaknya sebelum tidur. Jika di hari libur, Ten akan menyibukkan diri di kamarnya sedangkan Johnny mencoba meluangkan waktunya sedikit untuk Hendery dan Haechan.

Ten kembali bersama Hendery di tangan kanannya dan koper di tangan kirinya. Air mata pria itu bercucuran tanpa isakan. Johnny melihat anak sulungnya yang masih mengantuk tampak menggandeng tangan sang adik yang terisak kecil.

"Ten! Tunggu!" Johnny menahan tangan Ten lalu melepaskan Hendery dari tangan istrinya.

"Jangan sentuh anak-anakku, bajingan! Aku akan pergi bersama mereka! Minggir!"

Ten menarik kasar tangan Hendery membuat Hendery memberontak dan memeluk adik kecilnya yang menangis. Hendery yang padahal sudah berkaca-kaca mencoba menepis tangan Ten.

"hyung.." Lirih Haechan ketakutan melihat kedua orang tuanya berkelahi dengan suara tinggi. Ia menatap sang kakak dibalas senyuman kecil oleh yang lebih tua.

"Tidak apa-apa." Hendery mengecup kening adiknya sebelum ia membulatkan mata karena Ten menariknya dari belakang. Sontak pelukan mereka berdua terlepas, Hendery mencoba meraih adiknya tetapi sang adik sudah lebih dulu digendong oleh sang ayah.

"Haechan!"

"HYUNG!"

"Ayo kita pergi dari sini, sayang." Ten menggendong tubuh Hendery lalu menarik kopernya. Ia berjalan keluar, meninggalkan Johnny dan Haechan yang terdiam di tempat. Hendery menangis karena ia tidak bisa meraih sang adik, Ten yang mendengarnya hanya bisa mengeraskan rahang lalu ia pun segera masuk ke dalam taksi yang tadi ia pesan saat membereskan pakaian ke dalam koper.

"Hyung....." Haechan menangis. Kakaknya, teman hidupnya, pergi begitu saja bersama sang ibu. Anak berpipi gembul itu menangis tersedu-sedu membuat Johnny memejamkan mata lalu memeluk Haechan. Ia mengecup puncak kepala si bungsu kemudian mengusap-usap punggung kecilnya.

"Appa akan selalu bersama Haechan, okay?" Bisik Johnny pelan.

"A-apakah hyung... dan eomma akan pulang lagi....?" Lirihnya sambil menatap mata Johnny yang mirip dengan matanya itu.

Johnny menghela nafas. Ia pun menutup pintu utama rumahnya lalu membawa Haechan ke kamar. Ia tidak menjawab pertanyaan Haechan karena ia pun tidak tahu ke depannya bagaimana.

Di sisi lain, Ten meraih pipi Hendery lalu mengecup kepala anak tampan itu lama. Mengusapkan pipinya ke helaian rambut halus tersebut sambil memejamkan mata.

"Eomma... kenapa Haechan tidak ikut?" Tanya Hendery penasaran. Mereka sudah berada cukup jauh dari rumah dan ia sudah merindukan adik gendutnya.

"Hendery," Ten menghela nafas panjang lalu mengusap kedua pipi gembil tersebut, menatap sepasang mata bulat yang mirip dengannya, "eomma akan selalu bersama Hendery, ya?"

Saat itu tidak ada kata lain selain 'iya' sebagai jawaban. Hendery memejamkan matanya menerima pelukan dari sang ibu yang sangat ia rindukan. Hendery tidak pernah tahu bahwa itu adalah pertemuan terakhirnya dengan sang adik sebelum ia dibawa pergi ke luar negeri oleh Ten dan tidak pernah kembali.







.
.
.
.
.
.

To be continue

.
.
.
.
.
.





Note :

Hai aku baru revisi buku ini, jadi ada beberapa perbedaan dan missgendering. Untuk siapapun yang kurang nyaman dengan unsur missgendering lebih baik balik kanan bubar jalan daripada kalian malah ga mood pas baca chapter-chapter selanjutnya.

Terima kasih 😊

- navypearl -

Home | SeoFamily✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang