Chapter 12 : Care

20.1K 2.5K 229
                                    

"sampai jumpa!"

Haechan melambaikan tangannya kepada sang kakak yang kini sudah mengendarai mobil keluar dari area perumahan. Kemudian Haechan berbalik dan berjalan masuk, ia masih menggunakan piyama yang Ten berikan. Sepertinya ia akan kembali tidur tanpa membersihkan diri terlebih dahulu. Sang ayah mengikuti langkahnya dari belakang hingga mereka tiba di ruang tengah.

"Jelaskan padaku bagaimana bisa kalian berdua bertemu." Ujar Johnny sambil berdiri menghadap anak bungsunya. Haechan menghela nafas panjang sambil melempar tasnya ke atas sofa.

"Takdir yang mempertemukan kita berdua, appa. Tuhan tidak ingin kita berpisah terlalu lama."

"Haechan-ah," Johnny memeluk tubuh gembul anaknya, mendekap kepala bersurai madu itu di depan dada. Johnny menghela nafas panjang sekaligus lega. Lega karena Haechan sudah kembali ke rumah dengan keadaan baik-baik saja. Namun, melihat Ten dan Hendery dengan sepasang matanya sendiri adalah sesuatu yang cukup mustahil untuk jadi nyata.

"Aku ingin kita kembali seperti dulu..." Lirih Haechan pelan, membalas pelukan ayahnya. Johnny hanya diam tak berkata mendengar pernyataan Haechan yang berhasil membuatnya memandang kosong ke arah lantai.

"Hendery hyung harus datang ke kampus untuk menyelesaikan urusannya besok pagi, aku akan menemaninya. Boleh 'kan?"

Johnny mendorong bahu Haechan menjauh kemudian memandangi wajah anak bungsunya yang mirip seperti wajahnya. Pria tampan bersurai hitam itu tersenyum kecil kemudian mengusap kedua pipi gembil tersebut, "besok kamu harus sekolah, aku yang akan mendampingi kakakmu ke kampus."

"Benarkah!?" Wajah Haechan mendadak cerah ditambah anggukan dan Johnny. Haechan tersenyum lebar lalu memeluk tubuh ayahnya lebih erat. Ia merasa senang karena ayahnya akan bertemu lagi dengan kakaknya, mungkin hal itu termasuk langkah kedua untuk melakukan pendekatan kedua belah pihak.

"Calon mahasiswa memang seharusnya didampingi oleh orang tua bukan saudara apalagi adiknya, mengerti?"

"Mengerti."

"Nah, sekarang kembalilah beristirahat. Aku harus mengirimkan surat izin kepada wali kelasmu."

"Okay!"

Hendery pasti senang mendengar berita baik ini. Haechan jamin!




.
.
.
.
.
.






"Sayang, apa kamu baik-baik saja pergi sendirian ke kampus?"

"Tidak apa-apa. Aku sudah fasih berbahasa Korea dan Inggris, eomma tidak perlu khawatir."

"Maafkan aku karena terlalu larut bekerja tadi malam sehingga pagi ini aku jatuh sakit lagi."

Hendery menghela nafas panjang dan berbalik. Ia memeluk tubuh ibunya lembut sambil mengusap surai panjang berwarna hitam itu. Sedangkan Ten memejamkan matanya sambil mengusap punggung Hendery, ia benar-benar merasa bersalah karena tidak bisa menjaga kesehatannya sendiri sehingga pagi ini Hendery pergi ke kampus seorang diri.

Kemudian Hendery pun pergi ke kampus barunya mengendarai mobil milik Haechan. Memandangi jalanan yang sudah ramai mengingat hari ini adalah hari senin dimana hari tersebut menjadi hari aktif sedunia. Setelah mengendarai mobil selama kurang lebih tiga puluh menit akhirnya Hendery sampai halaman parkir kampus. Ia memarkirkan mobil tersebut di antara dua mobil yang lain.

Ia terdiam di dalam mobil terlebih dahulu. Memandangi luar jendela yang tampak ramai dengan calon mahasiswa baru serta para senior. Banyak juga calon mahasiswa asing yang akan menempuh pendidikan di sini. Pemuda bersurai hitam itu menghela nafas panjang kemudian memutuskan untuk turun dari mobil, menggendong salah satu tali tasnya di bahu.

Home | SeoFamily✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang