Chapter 19 : Haechan's graduation

18.4K 2.3K 113
                                    

- 4 Juni

"Haechan-ah, apa kau sudah memakai pakaianmu? Kenapa lama sekali?" Taeyong bertanya sambil mengetuk pintu kamar keponakannya berulang kali. Jarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang, satu jam sebelum acara kelulusan Haechan dimulai.

"Sebentar." Jawab Haechan dari dalam sana dengan suara yang sumbang karena terlalu banyak menangis semalaman. Haechan menangis karena Johnny bilang Ten tidak bisa datang di hari berharganya. Entahlah sudah berapa liter air mata dan tisu yang Haechan keluarkan.

Tak lama kemudian pintu kamar Haechan terbuka menampilkan sosok berwajah bengkak. Taeyong sampai membulatkan mata karena melihat kondisi Haechan yang mengenaskan. Bahkan anak itu tidak memakai dasinya dengan benar, rambutnya juga terlihat kusut karena tidak ditata. Mau tidak mau Taeyong mendorong anak itu masuk kembali ke dalam kamar kemudian mendudukan tubuh Haechan di atas kasur.

"Hari ini adalah hari berhargamu, hanya terjadi satu kali dalam hidup. Jangan rusak suasananya hanya karena menangis." Ujar Taeyong marah-marah sambil menyisir surai Haechan tidak lupa menyemprotkan vitamin rambut.

"Aku benci eomma." Ujar Haechan acuh.

Taeyong menggulirkan matanya malas, "hentikan, kau sudah dewasa jadi kau harus mengerti kenapa Ten tidak bisa datang ke acara kelulusanmu."

"Apakah dia lebih memilih pekerjaan daripada anaknya!? Katakan padaku Paman!" Haechan meninggikan suaranya hingga Taeyong terkejut.

Taeyong pun terdiam tidak bisa menjawabnya karena ia juga tidak mengerti kenapa Ten lebih memilih pekerjaan dibandingkan anaknya. Pria bermata bulat itu turut prihatin kepada Haechan yang harus menanggung kesedihan di hari berharganya. Dari raut wajah kesal nnak itu membuat Taeyong khawatir jika Haechan benar-benar membenci ibunya sendiri.

Setelah Haechan selesai bersiap, ia berjalan cepat menuju mobil tanpa mempedulikan panggilan Taeyong. Johnny menghela nafas panjang kemudian segera berjalan menyusul si bungsu ke arah mobil. Hari ini Taeyong tidak bisa ikut karena ia harus membereskan rumah serta membeli barang kebutuhan yang sudah habis.

"Mau beli makanan dulu?" Tanya Johnny sambil menginjak pedal gas, Haechan hanya diam melipat tangan di depan dada dengan wajah menghadap ke luar jendela mobil.

Keheningan melanda seisi mobil. Hanya ada suara mesin yang halus serta suara klakson mobil dari luar sana. Mobil berwarna hitam mengkilap itu mulai memasuki gedung dimana acara kelulusan Haechan diselenggarakan. Johnny memarkikan mobilnya di antara dua mobil yang lain.

Haechan segera turun tidak lupa membanting pintu hingga mobil terguncang. Johnny menghela nafas panjang lantas membuka ponselnya, tidak ada satupun pesan masuk dari Ten. Apakah pria itu benar-benar tidak peduli dengan anak bungsunya?

Alhasil Johnny segera turun untuk menyusul Haechan yang sudah masuk ke dalam gedung aula. Ia sempat melakukan scan sidik jari untuk mengisi daftar kehadiran dari orang tua Seo Haechan. Ia mengucapkan terima kasih sebelum kembali melangkah masuk. Sesekali ia akan tersenyum menyapa orang tua murid yang ia kenal, seperti orang tua dari Jaemin atau Renjun.

Di kursi yang sudah disediakan, Haechan duduk dengan tatapan sinis ke arah depan. Johnny mendudukkan dirinya di samping sang anak lalu meraih tangan kanan Haechan. Memberikan usapan lembut di tangan tersebut.

"Jangan pasang wajah kesal seperti itu, ayo tersenyum." Ujarnya mencoba meluluhkan hati Haechan.

Tapi Haechan sudah kelewat kesal. Ia berdecak sebal lalu melepaskan tangannya dari genggaman sang ayah, "gak." Jawabnya.



.
.
.
.
.
.




"Saya sebagai kepala sekolah berharap anak-anak yang lulus bisa memilih jalan kesuksesannya sendiri. Saya juga berharap orang tua murid dapat membantu atau mendampingi anak-anak dengan baik, la-"

Home | SeoFamily✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang