Chapter 15 : Sleep together

19.4K 2.4K 72
                                    

Hendery baru saja menerima telepon dari ayahnya yang berkata bahwa Haechan mengurung diri di kamar selama tiga hari. Hendery mengerti sekarang kenapa Haechan tidak menghubunginya akhir-akhir ini. Selain itu, ayahnya bilang jika mungkin Haechan akan keluar kamar jika Hendery dan Ten datang ke rumah.

Alhasil Hendery berjalan keluar kamar menuju ruang tengah. Di sana ada Ten yang sedang menonton siaran di televisi sambil memakan keripik kentang.

"Eomma.." Panggil Hendery setelah berdiri di samping Ten.

"Hm?" Tanya Ten mendongak.

"Haechan tidak keluar dari kamarnya selama tiga hari belakangan. Sepertinya kita harus menemuinya supaya dia mau keluar kamar." Meski nada bicaranya terdengar tenang tetapi percayalah jika Hendery merasa sangat khawatir. Ia tidak pernah sekhawatir ini sebelumnya. Takut jika Haechan melakukan hal di luar dugaan seperti menyakiti diri sendiri misalnya.

Ten mengerutkan kening, "kenapa? Apakah terjadi sesuatu?"

"Entahlah."

Alhasil Ten dan Hendery datang ke rumah Johnny. Ten meremas kedua tangannya gusar karena khawatir dengan keadaan anak bungsunya. Ia juga membawakan banyak makanan yang sudah ia masak untuk makan siang tadi. Mobil putih yang Hendery kendarai mulai memasuki sebuah komplek perumahan yang tampak asing bagi Ten, Ten rasa Johnny telah pindah rumah? Sepertinya begitu.

Sesampainya mereka di depan sebuah rumah minimalis berlantai dua, Ten segera turun membawa tas selempang serta satu tas karton berisi makanan. Ia mengikuti Hendery yang berjalan masuk melewati pagar hingga berdiri di depan pintu utama. Tangan pemuda itu menekan tombol bel.

Setelah tiga kali bel dibunyikan, seseorang membuka pintu utama dari dalam. Orang itu adalah Johnny, pria tinggu itu terkejut melihat anak sulung dan istrinya datang secepat ini.

"Dimana Haechan?" Tanya Ten segera.

Johnny tampak gelagapan karena terkejut melihat istrinya untuk yang kedua kali setelah 12 tahun berlalu, "Haechan ada di lantai atas."

Johnny mengantarkan Ten dan Hendery menuju lantai atas. Mereka pun sampai di depan pintu berwarna putih tersebut. Di dalam sana terdengar hening, sehingga Ten langsung mendekati pintu tersebut.

"Haechan-ah, ini eomma. Apa kamu baik-baik saja di dalam sana?" Tanya Ten penuh kekhawatiran. Kedua bola matanya bergetar ketika tidak ada jawaban.

Hendery melangkah maju lalu mengetuk pintu berulang kali, "Haechan buka pintunya. Aku datang bersama eomma membawa banyak makanan." Ujarnya meninggikan suara. Tetapi nihil. Tidak ada jawaban dari dalam sana.

Pria mungil itu menghela nafas panjang, tangannya kembali mengetuk pintu putih di depannya lantas berbicara, "Haechan-ah, buka pintunya. Eomma ingin memelukmu."

Terjadi keheningan sesaat sebelum cklek! Pintu dibuka dari dalam sana. Haechan muncul dengan keadaan berantakan. Piyama yang ia pakai sekusut rambutnya, matanya bengkak sekali, wajahnya memerah, dan keadaan kamarnya gelap gulita sekaligus kotor. Berbeda dengan Haechan yang asli.

Tanpa basa basi Haechan langsung memeluk tubuh mungil Ten. Ten menghela nafas lega sama seperti Johnny yang tersenyum simpul. Sepasang matanya memandangi Ten yang tampak kesulitan membalas pelukan si bungsu karena tas serta tas karton di tangannya. Tanpa basa basi Johnny langsung meraih dua benda tersebut dan menyerahkannya kepada Hendery.

"Eomma." Lirih Haechan sedih. Ten menghela nafas lalu memeluk tubuh anaknya. Memejamkan mata perlahan sekaligus menyalurkan kasih sayangnya lewat pelukan tersebut.



Home | SeoFamily✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang