Bonus #4 : Lakukan yang terbaik

14.2K 1.8K 103
                                    

Orang tua Johnny datang untuk menemui keluarga kecil anak tunggalnya. Mereka membawa banyak bingkisan sebagai hadiah, selain itu mereka juga mengadakan acara bakar daging di halaman belakang rumah. Orang tua Johnny tinggal selama kurang lebih dua minggu di sini, mereka menyewa sebuah apartemen yang cukup untuk dua orang karena tidak mungkin bagi mereka untuk tinggal di rumah Johnny.

Terkadang Ten akan datang ke apartemen mertuanya untuk menginap jika 'ingin'. Hal itu membuat Haechan merengut sebal berakhiran ia yang ikut menginap juga. Selama neneknya di sini, Haechan dan Hendery banyak makan. Begitu juga dengan Ten. Tugasnya dalam menyiapkan makanan diambil alih begitu saja dengan alasan Ten tidak boleh lelah.

Sesayang itu ibu Johnny dengan mertua tunggalnya.

Dan hari ini mereka akan kembali ke Chicago. Berat rasanya meninggalkan keluarga kecil itu tapi mau tidak mau mereka harus kembali karena hari cuti mereka sudah habis. Hendery dan Johnny yang mengantarkan mereka ke bandara sedangkan Haechan membantu Ten membersihkan rumah.

Haechan sedang sibuk memotongi rumput-rumput yang sudah memanjang di halaman depan. Ia juga menyusun pot tanaman hingga rapi, memberikan pupuk dan menyiramnya dengan air.

"Haechan-ah, kemari tolong bantu aku." Ujar Ten sambil melambaikan tangannya ke arah Haechan di pintu utama. Haechan menyahut lalu segera berlari masuk ke dalam rumah tidak lupa membasuh kedua tangannya dulu.

Pemuda bersurai cokelat madu itu membantu Ten meletakkan buah ceri matang di atas cupcakes yang sudah dipanggang sebelumnya. Tapi sebelum itu ia memberikan krim terlebih dahulu supaya cerinya bisa menempel dengan sempurna. Wajahnya terlihat sangat serius hingga kedua belah bibirnya sedikit terbuka.

"Haechan-ah, apakah kamu merasa tidak senang jika memiliki adik?" Tanya Ten setelah melepas apron dari tubuhnya.

"Ah..?" Haechan mendongak memandangi ibunya, sebenarnya ia masih bingung dengan hal itu karena ia pun tidak tahu tentang perasaannya sendiri, "entahlah."

"Kenapa? Bukankah menyenangkan jika memiliki adik? Haechan memiliki teman baru, dan mungkin nanti adik bayinya mirip dengan Haechan?"

Terjadi keheningan selama beberapa saat. Haechan terlihat sedang berpikir sedangkan Ten mendudukan diri di samping Haechan. Mencoba menjelaskan sesuatu agar Haechan mengerti dan menerima kehadiran si adik bayi.

"Dengar, aku dan ayahmu tetap akan memprioritaskan kakakmu dan juga kamu jika adik bayi sudah lahir. Atau perlu aku tidak perlu bekerja lagi supaya aku bisa memperhatikan kalian bertiga nanti. Terutama kamu, Haechan."

Haechan menoleh, "eomma."

"Jangan khawatir, Haechan-ah. Meskipun kamu akan menjadi seorang kakak tetapi kasih sayang yang akan aku berikan pasti sama rata. Aku berjanji tidak akan mengabaikanmu."

"Eomma, bukan begitu maksudku." Haechan melukiskan senyuman kecil, "aku... mau punya adik. Aku akan mencoba menerima adik bayi dan mendewasakan diriku sendiri. Maaf karena aku selalu saja bersikap kekanakan seperti ini."

"Bagaimanapun juga kamu adalah anakku, Haechan. Aku selalu menyayangimu dan mencintaimu, kamu harus tahu itu."

"Eomma, jangan buat aku menangis lagi. Malam ini aku akan pergi karoke dan aku tidak ingin wajahku bengkak."

Ten tertawa lalu memeluk tubuh si bungsu yang sebentar lagi akan menjadi kakak. Merasakan betapa hangat pelukan mereka berdua. Mungkin malam ini Ten akan tidur bersama Haechan saja, karena Ten ingin memeluk tubuh gembul ini sepanjang malam.

"A-ah!"

Tiba-tiba Ten mendesis kesakitan. Haechan membulatkan mata dan langsung berdiri memegang kedua bahu ibunya. Ten terus meringis kesakitan, lalu terbatuk selama beberapa kali. Terdapat cipratan darah di telapak tangannya disusul dengan sesuatu yang seperti menghantam bagian rahimnya.

Home | SeoFamily✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang