Chapter 20 : Begin again?

19.1K 2.3K 298
                                    

"Lucas tangkap!"

"Okay man!"

Lucas menerima bola basket yang Hendery lemparkan kemudian memantul-mantulkannya ke lantai lapangan. Pemuda berusia 19 tahun itu melemparkan bola di tangannya ke dalam ring kemudian berseru. Padahal ia hanya main berdua dengan Hendery, tidak ada orang lain di sekitar sini tetapi ia berlagak seolah-olah ia sedang bertanding basket.

Halusinasi berlebihan.

Setelah itu ia kembali meraih bolanya dan berjalan ke pinggir lapangan. Meraih botol minum lantas meneguk isinya hingga tandas. Mereka berdua memutuskan untuk duduk sejenak guna menetralkan nafas mereka yang memburu.

"Sudah lama tidak bertanding basket." Ujar Lucas, Hendery menganggu menyetujui.

"Bagaimana jika kita bergabung dengan tim basket? Kita punya banyak sertifikat bukan?" Lanjutnya lagi dengan mata berbinar cerah.

"Benar, tapi sebaiknya saat kita memasuki semester tiga atau empat saja."

"Okay!"

Tiba-tiba ponsel Hendery berdering pertanda ada panggilan masuk. Pemuda itu segera meraih ponselnya dan menekan ikon berwarna hijau.

"Ada apa?" Tanya Hendery kepada Ten di seberang sana.

'datanglah ke rumah ayahmu, kita akan makan malam bersama.'

Hendery melirik ke arah jam digital yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, "baiklah."

'ajak Lucas juga, okay?'




.
.
.
.
.
.






"Selamat sore, hehe."

Lucas membungkuk sopan saat melihat orang tua Hendery berada di dapur. Johnny dan Ten yang sedang memasak pun menoleh ke belakang kemudian memberikan senyum terbaik mereka. Lucas tidak bisa menahan rasa senang sekaligus malunya ketika berjabat tangan dengan Johnny, hei Lucas suka menonton semua filmnya!

"Kalian pergilah ke ruang tengah dan main game bersama. Makanannya akan jadi sekitar setengah jam lagi." Ujar Johnny menepuk pundak Lucas. Anak itu mengangguk mengerti kemudian berbalik mengikuti langkah Hendery menuju ruang tengah.

Sepasang suami istri itu kembali sibuk dengan aktivitas masing-masing. Ten sibuk dengan sup ayamnya, dan Johnny sibuk membuat salad sayur untuk anak-anak. Masih banyak makanan lain yang akan mereka buat, untungnya Taeyong datang tepat waktu sehingga semua pekerjaan dapat teratasi segera.

Jam tujuh malam tiba, makanan sudah siap disajikan di atas meja makan. Mereka segera mengambil tempat masing-masing, seperti biasa Haechan akan duduk di samping ibunya membuat Hendery mendengus sebal.

Sebelum makan mereka berdoa terlebih dahulu setelah itu mereka makan bersama. Sesekali bercengkrama kecil menghasilkan kehangatan di ruang makan. Ten menyuapkan makanan ke dalam mulutnya sendiri lalu menyuapkannya ke mulut Haechan. Anak itu sibuk bermain ponselnya.

"Nanti lagi ya." Ujar Ten lalu mengambil ponsel Haechan, Haechan sempat merengut tetapi Ten segera menyodorkan suapan lagi.

"Hendery, mau menambah nasi lagi? Atau Lucas juga mau?"

"Aku mau ikannya, paman. Hehe."

Melihat hal itu, Johnny tersenyum kecil. Ia bersyukur Ten memperhatikan anak-anak dengan baik. Berbeda dengan Ten yang dulu, dulu Ten selalu makan dengan cepat karena ia harus kembali bekerja. Bahkan ia tidak sempat memasak atau mencuci alat makan yang sudah digunakan.

Home | SeoFamily✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang