Chapter 23 : The real love is our home

19K 2.2K 109
                                    

"aku pulang, terima kasih untuk makan malamnya!" Lucas membungkuk sopan lalu berbalik. Kedua tungkai panjang itu berjalan mendekati motor besarnya dan ia segera pulang ke asrama karena besok ada jadwal kuliah pagi. Ia tidak ingin terlambat.

Setelah mengantar Lucas sampai pintu utama, Haechan dan Ten pun berbalik juga lantas berjalan menuju ruang keluarga. Di sana ada Hendery yang duduk di atas karpet sambil menyender pada sofa, ia sedang sibuk bermain video game. Haechan mempoisiskan diri untuk duduk terlebih dahulu disusul dengan Ten. Haechan segera berbaring, mengistirahatkan kepalanya di kedua paha kecil ibunya.

Mulai manja.

"Eomma, Haechan mau tidur dengan eomma malam ini." Ujar Haechan sambil menatap mata Ten berbinar. Ten tersenyum melihatnya lalu ia pun mengangguk menyetujui. Sudah lama ia tidak tidur dengan si bungsu.

Ten mulai sibuk dengan tab dan pena digitalnya, ia sedang menyelesaikan desain akhir mungkin membutuhkan waktu beberapa menit saja. Merasa diacuhkan, Haechan merengut tidak suka kemudian memeluk pinggang ibunya erat-erat sehingga wajahnya tertanam di perut rata tersebut.

"Ada apa, Haechan-ah?" Tanya Ten merasa terganggu. Tangannya yang mengangguk ia gunakan untuk mengusap surai halus Haechan.

"Eomma jangan cuekin aku." Suaranya teredam di perut Ten. Tapi Ten yakin, anak ini sedang ingin bermanja-manjaan dengannya.

"Iya, sebentar ya. Sedikit lagi selesai kok."

Dan yah tidak membutuhkan waktu lama akhirnya Ten berhasil menyelesaikan desainnya. Ia meletakkan dua barang elektronik tersebut di atas meja kaca lalu mengusap-usap kepala si bungsu, sesekali mengecupinya. Haechan terkekeh geli. Ia senang sekali jika ibunya memperlakukannya seperti bayi.

"Anak siapa ini? Kenapa menggemaskan sekali? Kemari kemari!" Ujar Ten gemas lalu mengusakkan hidung runcingnya ke kepala Haechan.

"Hehe." Haechan terkekeh geli dibuatnya.

Melihat itu, Hendery memutar matanya malas. Kenapa setiap hari ia harus disuguhkan oleh seorang pria yang memperlakukan anaknya yang sudah berusia 20 tahun seperti bayi? Yang benar saja? Lalu kenapa adiknya semakin manja seiring berjalannya waktu? Menyebalkan!

"Apa aku melewatkan sesuatu?" Tiba-tiba Johnny datang. Ia baru saja selesai membersihkan diri, aroma tubuhnya menguar ke seisi ruang tengah termasuk ke indra penciuman Ten. Astaga Ten terpaku dengan aroma tubuh yang sangat jantan tersebut, wajahnya memerah karena mengingat sesuatu.

Johnny duduk di sebelah istrinya kemudian merangkul bahu sempit tersebut. Saling melempar senyuman sebelum pria tinggi tersebut mengecup dahi Ten dengan penuh kasih sayang. Ten tersenyum kecil, ia merasa bahwa dirinya begitu beruntung mendapatkan suami seperti Johnny. Johnny adalah pria yang baik, bertanggung jawab, dan memperlakukan istri serta anak-anaknya sebagai 'ratu'.

Ten menyenderkan kepalanya ke bahu Johnny seiring memejamkan mata. Ia benar-benar butuh istirahat penuh malam ini. Untungnya desain terakhir dari klien yang berasal dari Thailand, sudah selesai ia kerjakan barusan. Jadi besok ia tidak perlu repot-repot memikirkan pekerjaan lagi.

"Love you." Bisik Johnny ke telinga Ten disertai senyuman kecil dan tatapan memuja.

"Hei," Ten memandangi wajah tampan tersebut. Dari mata hingga turun ke bibir, "I love you too." Jawabnya. Mereka berdua saling melempar senyuman.

Tiba-tiba mereka mengingat masa-masa muda. Johnny adalah mahasiswa asing dari Amerika sedangkan Ten adalah mahasiswa dari Thailand. Mereka dipertemukan di sebuah acara kampus lalu menjalin hubungan selama 5 tahun sebelum memutuskan untuk menikah dan memiliki dua anak laki-laki berselisih satu tahun. Saat itu karir mereka sedang melonjak sehingga mereka dipenuhi oleh kesibukan tiada akhir.

Home | SeoFamily✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang