Chapter 11 : First step

19.5K 2.5K 88
                                    

"eomma sedang tidak sehat jadi aku yang akan mengantarmu pulang, ayo segera berkemas." Hendery pergi meninggalkan kamar Ten setelah berucap demikian. Ia harus segera mengambil jaketnya dan juga dompet serta ponselnya sebelum berangkat mengantar Haechan kembali ke rumah.

Haechan menghela nafas panjang. Ia menarik selimut hingga bahu Ten kemudian membubuhkan kecupan singkat di kening ibunya. Ten baru saja terlelap setelah menghabiskan waktu lama untuk menangis dan menyendiri di dapur. Berakhir dengan tubuhnya yang lemas tak berdaya sekaligus kepalanya yang sangat amat sakit. Alhasil Ten tidak bisa mengantarkan Haechan kembali ke rumah.

"Aku pulang dulu. Nanti aku akan mengunjungi eomma lagi." Ucap Haechan dengan nada sedih karena melihat wajah Ten yang sangat sembab dan merah. Haechan terus-terusan menyalahkan dirinya sendiri karena ia memaksakan diri untuk menginap menyebabkan Johnny dan Ten bertemu tanpa direncanakan sebelumnya. Jika saja kemarin Haechan kembali ke rumah setelah menghabiskan waktu bersama Ten, mungkin Johnny tidak akan datang ke apartemen lalu membuat Ten menangis dan sedikit trauma hingga jatuh sakit seperti ini.

12 tahun bukanlah waktu yang singkat.

Haechan meraih ponselnya yang mati total lalu menggendong tasnya di punggung. Bahkan ia masih memakai piyamanya, sebenarnya ia masih mengantuk karena jam baru menunjukkan pukul 05.25 pertanda masuh terlalu pagi untuk beraktivitas. Namun, Haechan harus segera kembali sebelum Johnny kembali datang dan menarik paksa Haechan untuk pulang. Atau bahkan Johnny langsung membuat dinding pembatas supaya Haechan tidak bisa bertemu dengan ibu dan kakaknya lagi.

"Ayo pergi." Hendery dan Haechan pun keluar dari apartemen dengan berat hati karena harus meninggalkam Ten sendirian. Haechan berjalan sambil meremas kedua tali tasnya dengan erat, khawatir dengan keadaan Ten saat ini.

"Hyung, aku tidak ingin pulang. Aku ingin menemani eomma." Ujar Haechan menghentikan langkahnya.

Hendery menghela nafas panjang, "Haechan, cukup. Kau harus kembali ke rumah. Aku yang akan mengurus eomma setelah mengantarkanmu nanti."

"Tapi kenapa?"

"Taksinya sudah datang, ayo cepat." Pemuda itu mendorong bahu adiknya masuk ke dalam taksi yang sudah ia pesan sebelumnya. Haechan menurunkan sudut bibirnya sedih selama perjalanan, enggan menoleh ke arah kakaknya.

Sesampainya mereka di rumah Haechan, keduanya turun dari taksi. Hendery mengisyaratkan sang pengemudi untuk tidak pergi karena Hendery harus kembali lagi ke apartemennya. Alhasil pria tersebut mengangguk patuh sambil tersenyum simpul.

Hendery menahan bahu Haechan yang terus saja berjalan tanpa berpamitan terlebih dahulu. Hendery mengerti Haechan sedang marah padanya namun ia ingin menyelesaikannya sekarang juga supaya hubungan mereka ke depannya tidak canggung atau apalah itu. Terpaksa Haechan berbalik sambil menatap malas sang kakak.

"Apa lagi?" Tanya Haechan jengah.

"Kau tidak perlu marah seperti ini. Kau masih bisa bertemu dengan eomma kapanpun kau mau. Ayolah jangan kekanakan!"

"Aku hanya ingin menemani eomma yang sedang sakit, hyung!"

"Hari ini kau harus sekolah! Segeralah bersiap atau kau akan ketinggalan pelajaran, ingat kau sudah berada di akhir kelas. Jangan main-main."

"Ughhh!!"

"Haechan-ah."

Keduanya menoleh ke belakang Haechan. Johnny keluar dari rumah lalu berjalan cepat menghampiri anak bungsunya. Hendery meneguk ludahnya kasar, ia bisa melihat jelas wajah sang ayah yang selama ini ia rindukan. Wajahnya masih sama seperti dulu, hanya saja terdapat sedikit kerutan di sudut mata dan rambutnya sedikit lebih panjang. Omong-omong Johnny belum mencukur rambutnya karena terlalu sibuk bekerja.

Home | SeoFamily✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang