{29} It's You 2

439 84 3
                                    

Playlist : Hareem & Henry Lau - It’s you
🎶

You're the right time at the right moment

You're the sunlight, keeps my heart going

Know when I'm with you

I can't keep myself from falling

Right time at the right moment

It's you

You... it's you.

===================

Setelah memohon kepada kakaknya untuk mengantarnya ke rumah Seo Jun, akhirnya Mi Kyong dan Mi Sun berhenti di depan pagar logam hitam. "Kau yakin ingin kembali padanya?" tanya Mi Sun untuk yang ketiga kalinya. Mi Kyong hanya mengangguk mantap. Dia masih belum memberitahu informasi yang baru ditemukannya tadi kepada Mi Sun. Dia ingin memastikan kebenaran yang satu ini dari mulut Seo Jun sendiri.

Mi Kyong membuka pintu mobil lalu menatap pintu rumah Seo Jun yang tertutup. Kenangan memilukan itu kembali menyerangnya lagi, menohok dadanya hingga Mi Kyong sedikit meringis. Saat itu dia terlalu terbawa emosinya hingga dia tidak memikirkan kemungkinan yang lain. Dia sudah mencintai pria itu sejak SMA dan menunggunya hingga sekitar dua tahun lamanya. Lalu, pemandangan pertama yang dilihatnya adalah Seo Jun berciuman dengan wanita lain. Mi Kyong saat itu merasa seluruh penantiannya hanya sia-sia.

Mi Kyong tiba-tiba teringat kata-kata Paulo Coelho pada salah satu novel karyanya berjudul Brida. Bahwa dalam cinta, kita tidak bisa menghindari rasa sakit. Perasaan cinta dan rasa sakit itu seperti koin yang bagian belakang dan depannya sudah menyatu. Ketika kau memberikan hatimu kepada seseorang, kau sama saja menyerahkan pisau agar orang tersebut bisa melukai hatimu.

Mi Kyong menghela napas panjang sebelum kakinya kembali berjalan. Dia menekan tombol bel yang menempel di dinding batu. Di tengah penantian Mi Kyong menunggu pagar terbuka, pintu rumah Seo Jun terbuka dan menghasilkan suara yang cukup keras. Pria itu berlari begitu cepat hingga dalam sekejap dia sudah membuka pagar dan memeluk Mi Kyong. Pelukan itu begitu erat, membuat Mi Kyong sedikit kesulitan dalam bernapas.

"Kau akhirnya bersedia menemuiku," ujar Seo Jun. Ada kelegaan pada suaranya.

"Seo Jun," kata Mi Kyong susah payah. "Kau memelukku terlalu erat." Mendengar suara Mi Kyong yang begitu berat, Seo Jun pun melepaskan pelukannya. Kedua tangannya masih berada di pundak Mi Kyong ketika dia berkata, "Mianhae. Aku terlalu bersemangat. Sudah lama sekali aku tidak bertemu denganmu."

Seo Jun melirik mobil putih kecil yang diparkir di depan pagar rumahnya. Sosok Mi Sun yang duduk di bangku kemudi itu melotot setajam silet kepada Seo Jun. Kedua tangan wanita itu mencengkram kemudi begitu kuat. Seo Jun yakin jika wanita itu ada di hadapannya, dia pasti sudah mencengkiknya hingga kehabisan napas.

"Seo Jun," panggilan Mi Kyong itu membuat Seo Jun menatap gadis di hadapannya. "Aku ingin memberitahumu sesuatu." Mi Kyong menelan saliva lalu berkata, "Ingatanku sudah kembali." Dia menunggu respon Seo Jun. Pria itu hanya menatapnya, tak sanggup berkata-kata. Ketika detik demi detik berganti, Mi Kyong memecah keheningan. "Kenapa kau tidak memberitahuku saat kita makan Bbq, kalau kita sebelumnya pernah pacaran?"

Seo Jun menghela napas berat. "Apa kau akan percaya padaku kalau aku mengatakannya?" Seo Jun balik bertanya. "Sekalipun aku masih memiliki beberapa bukti kalau kita pernah berpacaran, apa kau akan mempercayainya? Atau mungkin kau mengira aku ini sebenarnya hanyalah mantanmu?" Mi Kyong hanya membisu, sementara Seo Jun melanjutkan, "Keluargamu menyalahkanku dan menuduhku berselingkuh di belakangmu akibat perkataan Jae Hyun. Mereka lebih mempercayai Jae Hyun daripada aku. Bagaimana denganmu ketika aku memberitahumu waktu konser? Kau meragukan perkataanku juga bukan?"

Seo Jun mengeluarkan liotin kalung berbentuk setengah hati yang tersembunyi di balik sweeternya. "Saat kau memberitahuku kalau kalungmu itu adalah hadiah dari mantan kakakmu, aku jadi semakin ragu menunjukkan kalung ini kepadamu."

"Seo Jun," suara Mi Kyong terdengar lemah. Yah, dia tidak bisa meyakinkan Seo Jun kalau dia akan mempercayai pria itu. "Hubungan apa yang kau miliki dengan Yu Kyung?"

Ekspresi Seo Jun berubah muram saat berkata, "Kau masih ingat, seorang wanita yang pernah mengangkat teleponmu?" Mi Kyong mengangguk. "Dia lah wanita itu."

"Jadi, ibunya sungguh mengidap tumor?" tanya Mi Kyong untuk memastikan.

Seo Jun mengiyakan. "Saat itu aku merasa kasihan padanya. Dan ibunya termasuk salah satu penggemarku. Jadi aku membiarkan Yu Kyung merekam nyanyianku untuk menghibur ibunya. Saat itu kami memang cukup dekat, tapi aku berani bersumpah, kami hanya sebatas teman. Lalu... sebelum kau tiba di sini, Yu Kyung datang ke rumahku. Aku sempat heran bagaimana dia tahu alamat rumahku. Dia menyatakan perasaannya kepadaku lalu menciumku. Dan, kurasa kau sudah tahu bagaimana kelanjutannya."

Mi Kyong mengamati wajah belahan jiwanya. Ada kepedihan dan keputusasaan yang bersemayam pada wajahnya. "Mi Kyong," kata Seo Jun agak serak. "Aku tidak tahu kalau kebaikanku ternyata malah menimbulkan malapetaka untukmu dan hubungan kita. Kumohon, bisakah kau memberiku kesempatan untuk memperbaikinya?" Hati Mi Kyong perlahan menghangat ketika dia mengingat sisi altruisme Seo Jun. Pria itu memiliki empati yang cukup tinggi sehingga dia sering menolong dan menghibur orang yang kesusahan.

Seo Jun mulai merasa resah ketika Mi Kyong belum juga merespon. Gadis itu tampak sibuk dengan pikirannya. Sebelum Seo Jun sempat membuka mulutnya, Mi Kyong berkata dengan tenang, "Aku mau memberimu kesempatan." Mata Seo Jun melebar, tak percaya dengan apa baru saja didengarnya. "Kau... kau serius?" ucap Seo Jun memastikan.

Mi Kyong mendengus kesal. "Kalau kau tidak mau, ya sudah," sahut Mi Kyong sedikit ketus.

Wajah Seo Jun berbinar nakal. "Wah, mana mungkin aku tidak mau," gumam Seo Jun riang seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan favoritnya. Mi Kyong berusaha mencengah bibirnya menyungging senyum, namun gagal. Kedua lengannya melingkar di pinggang Seo Jun. Wajahnya bersandar di dada pria itu ketika dia bergumam, "Bogo sipeo¹."
__________________________
¹Aku merindukanmu.

♡♡♡

Tidak lama setelah Mi Kyong pergi dari rumah Seo Jun, dia meminta Mi Sun untuk mengantarnya ke perusahaan, di mana Jae Hyun saat ini berada. Jae Hyun mengalihkan tatapannya dari layar laptopnya. Tatapannya kini terpaku ke wajah Mi Kyong sedingin es. "Ada apa tiba-tiba kemari?" tanya Jae Hyun. Walapun suara dan ekspresinya tenang, dia tetap merasa sedikit cemas.

Mi Kyong berhenti di depan meja kerja Jae Hyun yang dipenuhi berkas dokumen. Dia melepaskan cincin berlian di jarinya lalu meletakkannya dengan pelan di atas meja. "Aku ingin membatalkan pernikahan kita," tegas Mi Kyong. Jae Hyun langsung berdiri dari kursinya dengan cepat. "Kenapa?" tanya Jae Hyun sementara dia berusaha meredam amarahnya.

"Oppa pasti tahu kenapa," tutur Mi Kyong tenang. Dia tetap teguh dengan keinginannya walaupun Jae Hyun menunjukkan ekspresi pangeran es tak berperasaan. "Kau ingin kembali dengannya," tutur Jae Hyun setengah menggeram. Bungkaman Mi Kyong sudah cukup menjawab pertanyaan Jae Hyun.

"Aku tahu Oppa sudah memberiku banyak hal," lanjut Mi Kyong, mengabaikan aura tak nyaman di ruangan itu. "Namun aku tidak bisa membalas cinta Oppa padaku. Maafkan aku." Jae Hyun tetap mematung, bahkan setelah Mi Kyong pergi dari ruangannya 2 menit yang lalu. Napasnya sedikit terengah sementara gelombang amarah kembali menerjangnya dengan kuat. Jae Hyun menyapu bersih barang-barang di atas mejanya dengan kedua lengannya. Yang masih tersisa di atas mejanya hanyalah cincin yang ditinggalkan Mi Kyong.

Jae Hyun tertawa miris ketika dia menatap cincin itu. Tidak peduli seberapa banyak yang telah dia berikan, Mi Kyong tetap mencintai Seo Jun. Kenyataan itu membuat Jae Hyun tertawa pahit. Dengan amarah yang masih belum padam, Jae Hyun pun meninggalkan ruang kerjanya yang berantakan.

CONTINUED...

The Lost Soul Mate ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang