{32} For You

620 84 5
                                    

Playlist : Baek Ah Yun – Always Be With You
🎶

Mi Kyong menatap rumah bertingkat tiga di hadapannya dengan ekspresi hampa. Sekilas, rumah itu tampak seperti istana mewah. Namun Mi Kyong yang pernah makan malam di rumah itu bersama Jae Hyun tahu, kalau rumah itu ditempati oleh orang kaya yang gemar merendahkan orang lain. Di sinilah almarhum Jae Hyun tinggal semenjak masih balita hingga dia dewasa, sebelum akhirnya dia memutuskan untuk pergi.

"Berat memasuki rumahnya?" tanya Ji Woon yang baru saja keluar dari mobilnya. Dia berdiri di samping Mi Kyong. Tatapannya juga tertuju ke arah rumah yang didominasi cat putih marmer. Sudah tiga hari berlalu semenjak upacara pemakaman Jae Hyun. "Oppa pasti dulu sangat kesepian di rumah ini," tutur Mi Kyong dengan sorot merenung.

Mi Kyong masih ingat betapa kaku dan dinginnya Jae Hyun saat awal dia bekerja sebagai sekretaris Jae Hyun. Pria itu mulanya sangat pendiam dan memancarkan aura yang membuat orang segan dengannya. Sangat berlawanan dengan Seo Jun yang santai dan menarik perhatian orang-orang di sekitar. Semenjak Mi Kyong keceplosan mengenai sikap Jae Hyun yang menurutnya membosankan itu, Jae Hyun akhirnya mulai berubah menjadi lebih santai, walaupun tidak sepenuhnya. Biasanya dia hanya mau menunjukkan perubahannya itu kepada Mi Kyong saja.

"Hmmm, dia memang pria yang kesepian," aku Ji Woon. Pria itu sudah mengenal Jae Hyun sejak tahun pertamanya kuliah di Harvard. Saat itu Jae Hyun tengah menyelesaikan pascasarjananya. Mereka tidak sengaja bertemu di halaman kampus, lalu menjadi sahabat sekaligus atasan dan bawahan. Mereka memiliki kesamaan : tidak punya teman akrab. Ji Woon yang mengidap OCD yang cukup parah itu kesulitan bergaul dengan orang lain. Dia selalu merasa tak nyaman melihat kelakuan orang lain yang menurutnya 'jorok'. Hanya saat bersama Jae Hyun-lah dia merasa cukup nyaman.

Mereka pun memasuki rumah itu, mengabaikan tatapan penasaran para pengurus rumah tangga. "Menurutmu, kenapa pengacara pribadi Oppa juga mengundang kita?" tanya Mi Kyong.

"Mungkin dia meninggalkan beberapa barang penting untuk kita," tebak Ji Woon.

Mereka pun tiba di ruang tamu yang dilengkapi perabotan mewah. Orang tua dan adik Jae Hyun beserta Pengacaran Kang sudah berada di sana. Nyonya Kim menatap Mi Kyong yang melangkah mendekati sofa dengan tajam. "Kenapa si pembunuh ini harus datang kemari," desis Nyonya Kim penuh kebencian.

"Ini keinginan dari almarhum putra Anda, Nyonya Kim," jawab Pengacara Kang sopan. "Dan pembunuh putra Anda adalah Nam Myeong Ju, bukan Han Mi Kyong." Pria paruh baya itu mempersilahkan Mi Kyong dan Ji Woon duduk di sofa sisi kirinya, lalu memasang kaca matanya. Nyonya Kim ingin membantah namun dihentikan oleh suaminya. Akhirnya dia pun diam sambil menunggu si pengacara membuka surat wasiat.

"Saya akan membacakan wasiat dari almarhum Kim Jae Hyun," kata Pengacara Kang penuh wibawa. "Rumah baru di Seoul dan seluruh uang asuransi berserta tabungan lalu mobil pribadi milik Kim Jae Hyun diberikan kepada Han Mi Kyong." Ucapan si pengacara terhenti ketika Nyonya Kim menjerit tak terima. "Kenapa justru dia yang mendapatkan semua harta putraku?!" protes Nyonya Kim. Dia melayangkan tatapan seolah ingin meremuk Mi Kyong yang sedikit syok. Yah, Mi Kyong tidak menyangka kalau Jae Hyun akan menyerah hampir seluruh aset milik pria itu kepada dirinya.

"Izinkan saya menyelesaikan surat ini dulu," sela si pengacara dengan sopan.

"Sudahlah Ibu, itu hanya harta kecil," sahut Hyun Jin yang sibuk mengamati kukunya yang baru dimanikur. Nyonya Kim kembali duduk di samping suaminya dengan wajah merengut. Pengacara Kang berdeham sebelum melanjutkan, "Karena Kim Jae Hyun dan Han Mi Kyong masih belum resmi menikah, maka seluruh bagian saham milik Kim Jae Hyun beserta apartemen pribadinya dan isinya diberikan kepada Lee Ji Woon."

The Lost Soul Mate ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang