Awal dari Segalanya

2.6K 82 12
                                    

Kini, di kediaman Al-Farizzi sedang duduk di ruang tamu. Terlihat wajah mereka sedang serius. Syaqila---sang putri juga berada di situ, dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tadi, Fara---sang ibu menyuruh Syaqila agar datang keruangan tamu. Kini, mereka bertiga sudah berkumpul.

"Syaqila. Ayah mau memberi tahumu, kalau perusahaan kita akan gulung tikar," ujar Al kepada putrinya.

Syaqila membulatkan matanya, perusahaan yang sudah dirintis ayahnya mulai dari nol. Sudah berjalan selama 20 tahun dan sekarang mau gulung tikar?

"Astaga ... Ayah," Syaqila menutup mulutnya dengan telapak tangan. "Ayah yang sabar, ya," ucap Syaqila.

"Apa? Sabar katamu? Bagaimana aku bisa sabar! Aku tidak mau miskin, aku tidak mau bangkrut. Gebrak!" murka Al sambil menggebrak meja.

"Ayah, itu ujian," ujar Syaqila.

"Aku tidak butuh ujian! Hanya ada satu cara agar perusahaanku tidak bangkrut. Kamu harus menikah dengan anak Perdana!" Emosi Al masih tidak stabil.

Syaqila membulatkan matanya, kenapa harus dia yang menanggung semuanya? Lagian, Syaqila masih sekolah di universitas indonesia. Dia masih belum siap menyandang gelar ibu rumah tangga.

"Iya, Syaqila. Kamu harus mau menikah dengan anak Perdana. Kalau bisa porotin semua kekayaan Perdana. Iya, kan, Yah?" ujar Fara.

Apa-apaan ini? Kenapa orang tuanya bisa seperti ini? Kenapa orang tuanya jadi gila harta? Apa karena tidak mau jadi orang miskin, makanya mereka seperti itu? Pertanyaan itulah yang ada di benak Syaqila.

"Aku masih belum mau menikah, Ayah. Aku masih sekolah!" tegas Syaqila.

Fara dan Al langsung melihat putri mereka dengan tajam. Melihat tatapan orang tuanya yang seperti itu membuat Syaqila menjadi takut. Al langsung beranjak dari duduknya, kemudian menjambak rambut Syaqila.

"Oh, kamu tidak mau menikah? Oke, aku akan menjualmu ke om-om hidung belang! Aku memberimu penawaran, siapa yang akan kamu pilih, melayani om-om secara bergantian atau hanya melayani suamimu?" Lalu Al mepaskan jambakannya hingga sang empu merasa kesakitan.

Tidak terasa netra Syaqila mengeluarkan butiran air. Kata orang, cinta pertama seorang wanita adalah ayahnya, tetapi kenapa Syaqila tidak merasakan cinta tersebut? Orang tua Syaqila sudah sering menyiksanya, bahkan Syaqila kadang merasa bahwa dia bukan anak kandung orang tuanya.

Sekarang Syaqila menatap manik hitam milik ibunya, berharap kalau sang ibu akan membantunya. Akan tetapi, ekspektasi tidak sesuai dengan realita. Ibunya hanya acuh tak acuh sambil mengangkat bahunya.

"Cepat jawab! Siapa yang kamu pilih! Om-om hidung belang atau menikah dengan anak perdana!" ucap Al dengan suara yang menggelegar.

"Bisakah aku tidak memilih?" lirih Syaqila.

Plak! Plak!

"Aku menampungmu di rumahku ini! kuberi kau makan! Kusekolahkan kau supaya berotak dan membantuku jika aku susah! tapi apa balasanmu padaku?!" sergah Al seperti orang kesetanan.

"Masih kurang itu, Yah. Hajar aja dulu. Dasar anak tidak tau diuntung," ucap Fara.

Sebenarnya Syaqila anak mereka atau tidak, sih? Kenapa kata-kata mereka sangat menyakiti hati gadis tersebut. Jangan tanya lagi hati gadis itu, hatinya sudah sangat hancur sekali.

Tidak ada jawaban dari Syaqila, membuat emosi Al semakin naik. Dia langsung menarik tangan putrinya dengan kasar.

"Aku akan menjualmu sekarang!" gertak Al.

"Tidak, Ayah. Jangan, Syaqila mohon," ucap gadis itu sambil meneteskan air matanya.

"Oke, Syaqila mau menikah," jawab gadis cantik itu dengan pasrah.

"Seperti itu dong, cepat masuk ke kamarmu. Jangan coba-coba untuk kabur!" Al langsung mendorong tubuh putrinya.

Syaqila langsung berlari ke kamarnya. Sesampainya di sana, dia langsung menumpahkan segala kesedihannya.

Di kediaman Perdana Aditama, mereka juga duduk di ruangan tamu sambil memaksa agar putra mereka mau dijodohkan dengan putri Al.

"Papi, Nicko tidak mau menikah. Lagian ini bukan zaman situ nur--- entah Nur apa. Pokoknya aku gak mau!" tegas Nicholas.

"Oke, sekarang buka bajumu, buka celanamu, buka jam tanganmu, keluar dari rumah ini! Satu lagi hapus nama belakangmu!" ucap Perdana.

Akhh! Nicholas langsung mengepalkan tangannya. Masa, iya, keluar rumah tanpa memakai baju dan celana.

"Mi," rengek Nicholas.

"Nak, percayalah pilihan Mami sama Papi tidak akan pernah salah," Diana meyakinkan putranya.

'Awas aja kau, ya. Aku akan membuatmu menderita jika kamu mau menerima perjodohan ini' batin Nicho.

Dalam hati Nicho, dia berharap kalau yang dijodohkan dengannya tidak akan menerima perjodohan ini. Jika gadis itu menerima perjodohan ini, maka siap-siaplah masuk dalam sangkar harimau kalaparan.

"Oke, aku menerimanya. Puas kalian," jawab Nicho.

"Baiklah. Nanti malam kita akan kerumah Al," ucap Perdana.

Semoga suka ya❤

Cinta untuk Syaqila [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang