Hampir dilecehkan

1.1K 91 7
                                    

Sakin asiknya mengamati ruangan yang penuh misteri itu, Syaqila lupa waktu. Ia belum sadar kalau hari semakin sore. Suasana semakin dingin di tempat tersebut, barulah wanita cantik tersebut tersadar. Ia langsung melirik arloji yang di pergelangan tangannya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 16.30 WIB.

"Astaga ... sudah sore. Aku harus pulang sebelum matahari tenggelam. Bisa-bisa Tuan Nicho akan menghukumku lagi." Syaqila langsung berlari keluar.

Kini, Syaqila sudah keluar dan ia sedang menunggu ojek yang lewat dari kawasan itu. Ingin sekali Syaqila memesan ojek online, tetapi batre ponselnya sudah habis. Sedari tadi wanita cantik tersebut menunggu ojek, tetapi tidak ada yang lewat. Awan putih sudah berubah menjadi rona merah ke-orangean.

Mau tidak mau, ia harus berjalan kaki dulu. Mana tahu nanti di tengah jalan ada angkot atau ojek. Kini, Syaqila sedang melewati jalanan yang sangat sepi.

"Piwwut!" Seorang pria berambut ikal bersiul saat Syaqila melewati mereka. Bulu kuduk wanita cantik tersebut langsung bangun saat melewati tiga pereman yang terus saja melihatnya.

"Sendirian, ya, Neng? Sini biar Abang temani." Salah satu di antara ketiga pereman tersebut berjalan di samping Syaqila.

"Tolong jangan ganggu aku, aku mau pulang," lirih Syaqila ketakutan.

"Mending temanin Abang saja biar Adek tidak kesepian." Ketiga pereman tersebut langsung mendekati Syaqila, sesekali mencoleknya.

Di rumah, Nicho terus saja mondar-mandir. Wanita yang selalu membuat emosi Nicho membara belum juga  di rumah. Biasanya jam segini Syaqila---sang istri sudah berada di rumah. Entah mengapa firasat Nicho mengatakan kalau sang istri sedang dalam bahaya.

"Ngapain juga aku harus peduli samanya? Biarin aja, mau dia mati, mau dia stending aku tidak peduli," gumam Nicho.

Hati Nicho semakin gundah. Jika terjadi sesuatu pada Syaqila, maka yang disalahkan pasti Nicho. Nicho langsung beranjak dari tempatnya, lalu bergegas menuju mobilnya. Sudah Nicho tebak, istrinya pasti di gedung angker itu. Jujur, Nicho sangat takut jika harus pergi lagi ketempat yang menurutnya sangat terkutuk itu.

"Pergi kalian! Atau aku akan berteriak!"

"Berteriaklah anak manis. Berteriaklah sampai tenggorokanmu kering." Para pereman tersebut langsung tertawa terbahak-bahak.

Syaqila langsung berlari. Akan tetapi, salah satu pereman itu mencekal pergelangan wanita malang tersebut.

"Mau ke mana, Baby?" tanya pereman berambut ikal.

"Tolong lepaskan aku!" teriak Syaqila.

Pereman tersebut langsung mendorong tubuh Syaqila sampai tersungkur sehingga sang empu meringis. Bagai mana ia tidak meringis? Lututnya masih sakit dan sekarang ditambah lagi dengan dorongan itu, membuat kaki Syaqila kembali berdarah karena tertusuk oleh benda tajam di tanah.

"Siapa yang duluan?" tanya pereman berambut ikal.

"Siapa aja, yang penting aku dapat bagian," jawab preman berambut gondrong.

"Kalian jangan macam-macam! Aku mohon tolong jangan sakiti aku." Syaqila terus saja mundur ke belakang saat salah satu pereman mendekatinya.

Preman berambut ikal langsung memegang kaki jenjang Syaqila. Tubuh wanita malang tersebut sudah bergetar hebat. Preman itu langsung mengelus-elus kaki Syaqila.

"Nathan," ucap Zevanya di mobil.

"Iya, ada apa?" tanya Nathan.

"Itu tengok, seperti ada wanita yang mau dilecehkan." Tunjuk Zevanya.

Cinta untuk Syaqila [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang